Sya'ban, Bulannya Pembaca Al-Qur’an

 
Sya'ban, Bulannya Pembaca Al-Qur’an
Sumber Gambar: Freepik, Ilustrasi: laduni.ID

Laduni.ID, Jakarta - Sya'ban merupakan bulan muqaddimah atau juga bisa dianggap pemanasan sebelum memasuki bulan Ramadhan. Siapa saja yang mampu membiasakan diri untuk sungguh-sungguh beramal di dalamnya, maka akan berhasil dalam menerapkan gaya hidup yang sholeh di bulan Ramadhan. Sebagaimana jika kita melihat orang-orang sholeh terdahulu yang mendedikasikan waktu di bulan Sya'ban untuk membaca Al-Qur’an sebagai persiapan menjelang bulan suci Ramadhan.

Ada sebuah riwayat atsar yang menyatakan berikut:

شَهْرُ شَعْبَانَ شَهْرُ القُرَّاء

"Bulan Sya'ban adalah bulannya para pembaca Al-Qur'an."

Ibnu Rajab Al-Hanbali dalam kitabnya yang berjudul Lathaif  Al-Ma'arif, mengutip Hasan bin Sahal yang mengisahkan, bahwa ada riwayat tentang bulan Sya'ban yang pernah mengadu kepada Allah SWT sebab ia merasa minder dan iri pada dua bulan mulia yang mengapitnya, yaitu Rajab dan Ramadhan. Kemudian bulan Sya’ban itu memohon agar diberikan sesuatu yang spesial juga. Akhirnya, Allah mengabulkan permohonannya dan Sya'ban dianugerahi gelar kemuliaan sebagai bulan untuk membaca Al-Qur’an. Tetapi, ternyata akan masih banyak manusia yang rugi sebab lalai pada bulan ini. 

Bagi para sahabat dan tabi’in, ketika memasuki bulan Sya'ban, mereka bersungguh-sungguh memperbanyak amalan sunnah, dan salah satunya adalah dengan membaca Al-Qur’an. Bahkan, dikisahkan pula bahwa kepedulian salafunas sholih terhadap bulan ini sampai pada komitmen menghentikan pekerjaan mereka dalam urusan duniawi, dan mengalihkan perhatian mereka untuk lebih tertuju pada Al-Qur’an.

Orang-orang sholeh terdahulu memahami keutamaan bulan Sya’ban seutuhnya dan secara konsisten mencar keutamaan-keutmaan dari kesunnahan mengerjakan amalan sholeh. Seperti kisah Amr bin Qays Al-Mula'i, seorang tabi’in yang sehari-seharinya bekerja sebagai pedagang bumbu rempah. Begitu bulan Sya'ban tiba, ia menutup tokonya dan menyibukkan diri dengan bersungguh-sungguh dalam membaca Al-Qur’an.

Tidak hanya dengan tilawah dan hafalan, salafunas sholih juga mengeluarkan alat-alat mengaji yang mereka simpan. Berupa pelepah kurma, potongan tulang dan kulit binatang yang bertuliskan ayat-ayat suci. Hal itu dilakukan sebagai persiapannya untuk menekuni Al-Qur’an menjelang memasuki bulan Ramadhan.

Ada seorang ahli hikmah yang mengatakan, bahwa suatu masa ibarat seseorang berladang, Rajab adalah bulan untuk menanam, Sya'ban adalah bulan untuk menyiram tanaman, dan Ramadhan adalah bulan untuk memanen tanaman. Artinya, kalau seseorang tidak biasa menyirami tanaman kebaikan dari sejak dalam bulan Sya'ban, maka bagaimana mungkin akan memanen tanaman kemuliaan dan keistimewaan di bulan suci Ramadhan yang penuh berkah. Maka, karena itu kita perlu terus meningkatkan amal sholeh di bulan Sya’ban sebelum memasuki bulan Ramadhan, seperti salah satunya adalah menyibukkan diri dengan membaca dan mempelajari Al-Qur’an.

Tapi perlu diperhatikan juga, meskipun membaca Al-Qur’an dengan cara tartil atau melafadhkan ayat-ayat tentu hal itu sudah sangat baik, namun alangkah lebih utamanya lagi jika kita meneladani bagaimana cara sahabat Nabi dahulu membaca Al-Qur’an.

Dikatakan oleh Abu Abdurrahman As-Sulami, "Para pembaca Al-Qur’an, seperti Utsman bin Affan, Abdullah bin Mas’ud, dan sahabat-sahabat yang lainnya bercerita kepada kami bahwa mereka belajar dari Rasulullah 10 ayat. Mereka tidak menambahnya sampai memahami makna kandungannya dan mengamalkannya."

Dari sini kita memahami, walaupun para sahabat Nabi Muhammad SAW adalah orang Arab dan Al-Qur’an diturunkan dalam Bahasa Arab mereka tetap berusaha tadabbur atau memahami arti tiap kata yang dibacanya. Mereka tidaklah terburu-buru dalam membaca serta menghafal. Mereka tidak akan pindah ke 10 ayat yang lain, kecuali telah memahami makna ayat dan tafsirnya, serta berusaha untuk mengamalkan ayat tersebut.

Kita bisa mengambil pelajaran dari generasi orang-orang sholeh terdahulu, bahwa ikhtiar mereka dalam bersungguh-sungguh membaca dan mempelajari Al-Qur’an sejak sebelum memasuki bulan suci Ramadhan adalah wujud yang nyata tentang kemuliaan bulan Sya’ban itu. Karenanya, jika kita ingin meneladaninya atau minimal bisa mendekati akhlak dan kebiasaan baik mereka, maka sudah saatnya kitapun mencontoh bagaimana cara mereka berinteraksi dengan Al-Qur’an tersebut. Terlebih lagi saat kita masih berada di bulan Sya'ban, kita perlu untuk memanfaatkan kesempatan ini dengan sebaik-baiknya, membaca dan mempelajari Al-Qur’an sebagai pemanasan menyambut bulan Nuzul Qur’an, bulan suci Ramadhan. Dan sekali lagi, perlu ditegaskan agar seyogyanya kita tidak sekedar membaca, tapi berupaya juga untuk memahami kandungannya, mengamalkan, dan mendakwahkan pesan-pesan Al-Qur’an. []


Penulis: Rasyida Rifa'ati Husna

Editor: Hakim