Tiga Indikasi Adam Sebagai Manusia Pertama

 
Tiga Indikasi Adam Sebagai Manusia Pertama
Sumber Gambar: Pinterest, Ilustrasi: laduni.ID

Laduni.ID, Jakarta – Ada tiga Indikasi bahwa Adam adalah manusia pertama adalah. Pertama diciptakan dari tanah, tidak melalui reproduksi. Dengan kata lain tanpa melalui bapak dan ibu. Terdapat dalam surat-surat: Al-Hajj ayat 5; Al-A’raf ayat 12; Al-An’am ayat 12; Fathir ayat 11; Al-Mu’min ayat 67; Al-Isra’ ayat 61; Al-Mu’minun ayat 12; Al-Sajdah ayat 7; Al-Shaffat ayat 11; Shad ayat 71 dan 76. Kedua, Penciptaan Adam langsung Allah sendiri yang mendesain. Termaktub dalam surat Shad, 38: 75. Ketiga, Informasi dari Bibel.

Oleh karena itu perlu diketahui makna kata ‘Adam’ sebagai cikal bakal umat manusia yang pertama. Menurut Ahmad Ibn Faris Ibn Zakaria dalam bukunya Mu’jam Maqayis Al-Lughah menyatakan bahwa dinamakan Adam karena penciptaan fisiknya diambilkan dari bahan di muka bumi yaitu tanah. Menurut bahasa Ibrani, Adam diartikan tanah, manusia. Bahasa Ibrani adalah sebuah bahasa Semitik, dari cabang rumpun bahasa Afro-Asia, yang merupakan bahasa resmi Israel dan dituturkan sebagian orang Yahudi di seluruh dunia.

Selama 2.500 tahun, bahasa Ibrani hanya dipakai untuk mempelajari Alkitab dan Mishnah saja, ritual, dan doa-doa. Bisa dikatakan bahasa ini merupakan bahasa liturgis saja, mungkin bahkan sebuah bahasa mati. Tetapi pada akhir abad ke-19 dan permulaan abad ke-20, bahasa ini lahir kembali menjadi sebuah bahasa sejati dengan para penuturnya. Bahasa ini lalu menggantikan bahasa Arab, bahasa Ladino, bahasa Yiddish dan lain sebagainya sebagai bahasa utama kaum Yahudi sedunia dan di negara Israel kemudian hari. Bahasa Ibrani mirip sekali dengan bahasa Aram dan juga masih mirip dengan bahasa Arab Bahkan kosakata Ibrani modern, banyak pula meminjam dari bahasa Arab.

Sedangkan yang menyatakan Adam berasal dari bahasa Suryani, bermakna debu (dengan A dibaca panjang). Demikian pula Ibn Muni’ Al-Zuhri dalam bukunya menyatakan, dinamakan Adam karena ia diciptakan dari permukaan bumi/tanah.

Ayat-ayat Al-Qur’an sebanyak dua puluh lima ayat dalam Al-Qur’an yang tercantum nama ﺁﺩﻡ, sebagian adalah diiringi sebelumnya dengan kata بني (anak-anak), sehingga term tersebut menjadi بني ادم . Hal ini mengindikasikan bahwa Adam adalah bapak pertama umat manusia dan ia adalah nama diri yang tunggal, bukan nama kelompok atau kabilah. Hal ini dapat diteliti dengan ضمير (kata ganti) dalam setiap ayat yang membicarakan Adam selalu menggunakan kata ganti mufrad (tunggal). Misalnya dalam surah Al-A’raf ayat 19:

وَيٰٓاٰدَمُ اسْكُنْ اَنْتَ وَزَوْجُكَ الْجَنَّةَ فَكُلَا مِنْ حَيْثُ شِئْتُمَا وَلَا تَقْرَبَا هٰذِهِ الشَّجَرَةَ فَتَكُوْنَا مِنَ الظّٰلِمِيْنَ ١٩

“(Allah berfirman,) “Wahai Adam, tinggallah engkau dan istrimu di surga (ini). Lalu, makanlah apa saja yang kamu berdua sukai dan janganlah kamu berdua mendekati pohon yang satu ini sehingga kamu berdua termasuk orang-orang yang zalim.”

Ibn Katsir menyatakan bahwa sebelum penciptaan Adam, Allah menginformasikan kepada para malaikat bahwa Ia akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering yang berasal dari lumpur tanah hitam yang diberi bentuk. Jika penciptaannya telah selesai dengan sempurna, maka hendaklah mereka bersujud menghormat kepadanya dan merupakan ketaatan kepada perintah Allah.

Sedangkan menurut M. Quraish Shihab “hal tersebut sebagai isyarat tentang betapa manusia memperoleh penanganan khusus dan penghormatan dari sisi Allah SWT”. Sehingga menurut Wahbah al-Zuhaili ayat tersebut menunjukkan Adam diciptakan tanpa perantaraan ibu dan bapak.

Penegasan ketiga mufasir tersebut mengindikasikan bahwa penciptaan Adam tidak melalui reproduksi sebagaimana anak cucunya, Adam tidak memiliki orang tua karena penciptaan dirinya langsung Allah yang menjadikannya dengan bahan dasar tanah. Timbul pertanyaan, mengapa penciptaan Adam tidak sebagaimana manusia pada lazimnya? Pasti ada sebab sehingga terjadi perbedaan cara penciptaan. Dengan pemikiran yang sederhana dapat dijawab, karena Adam manusia pertama. Sosok manusia pertama tersebut baik bentuk maupun segenap anggota fisiknya merupakan contoh kongkrit untuk reproduksi anak cucunya kelak. Karena itu Allah Yang Maha Berilmu menanganinya sendiri penciptaan tersebut. Dalam surah Sad ayat 75 Allah berfirman:

قَالَ يٰٓاِبْلِيْسُ مَا مَنَعَكَ اَنْ تَسْجُدَ لِمَا خَلَقْتُ بِيَدَيَّ ۗ اَسْتَكْبَرْتَ اَمْ كُنْتَ مِنَ الْعَالِيْنَ ٧٥

“(Allah) berfirman, “Wahai Iblis, apakah yang menghalangimu untuk bersujud kepada yang telah Aku ciptakan dengan kedua tangan-Ku (kekuasaan-Ku)? Apakah kamu menyombongkan diri ataukah (memang) termasuk golongan yang (lebih) tinggi?”

Ibn Katsir dalam kaitan ayat tersebut menyatakan bahwa iblis dengan wataknya yang khianat ia tidak mau sujud menghormat kepada Adam, manusia pertama yang diciptakan sendiri oleh Tuhan. Tabiat yang sangat tercela dan dominan yang dimiliki iblis seperti khianat maupun lainnya, adalah penyebab utama ia tidak segan-segan melawan perintah Tuhan. 

Dan dalam Surat Al-Tin ayat 4, Allah juga berfirman:

لَقَدْ خَلَقْنَا الْاِنْسَانَ فِيْٓ اَحْسَنِ تَقْوِيْمٍۖ ٤

“Sungguh, Kami benar-benar telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.”

Ibn Katsir dalam ayat tersebut menyatakan bahwa Allah benar-benar bersumpah sesungguhnya Dia menciptakan manusia dalam rupa dan bentuk yang paling baik, yang berdiri tegak, selain anggota-anggota tubuh lainnya yang dijadikan selaras dan indah.


Penulis: Kholaf Al Muntadar
Editor: Lisantono