Biografi KH. Muhammadun Abdul Hadi, Pendiri Pesantren APIK Kajen, Pati

 
Biografi KH. Muhammadun Abdul Hadi, Pendiri Pesantren APIK Kajen, Pati

Daftar Isi:

1.    Riwayat Hidup dan Keluarga
1.1  Lahir
1.2  Riwayat Keluarga
1.3  Wafat

2.    Sanad Ilmu dan Pendidikan
2.1  Pendidikan
2.2  Guru-Guru
2.3  Murid-Murid

3.    Perjalanan Hidup dan Dakwah
3.1  Mendirikan Pesantren
3.2  Menjadi Direktur
3.3  Menjadi Hakim
3.4  Aktivis Bahtsul Masail
3.5  Kiprah di Nahdlatul Ulama

4.    Karir-Karir
5.    Karomah
6.    Teladan
7.    Referensi

1. Riwayat Hidup dan Keluarga

1.1 Lahir
KH. Muhammadun Abdul Hadi lahir di Kajen, Pati. KH. Muhammadun Abdul Hadi Kajen atau yang akrab dengan sapaan Mbah Madun merupakan ulama pakar ilmu fiqih dan ushul fiqih yang banyak dikagumi para kyai. Keulamaan Mbah Madun Kajen dibuktikan dengan banyaknya kitab-kitab rujukan utama pesantren yang dikajinya setiap saat dan juga kepakarannya dalam bahtsul masa'il para kyai. Beliau adalah putra Mbah Abdul Hadi.

1.2 Riwayat Keluarga
Mbah Madun dijodohkan dengan putri kyai yaitu Nyai Hj. Hamnah binti KH. Nawawi. Nyai Hj. Hamnah Nawawi adalah sosok pemimpin perempuan dari pesantren. Beliau muballighah (juru dakwah) dan aktivis fatayat NU yang aktif memberikan pelatihan kepada ibu-ibu fatayat pada zaman itu. Sebuah lompatan cara berpikir dan bertindak di era itu yang masih tradisional.

1.3 Wafat
KH. Muhammadun Abdul Hadi wafat di Kota Madinah. Jenzahnya dimakamkan di Pemakaman Baqi', samping makam Nabi Muhammad SAW. Makam beliau dekat dengan makam Imam Malik bin Anas, guru Imam Syafi'i.

2. Sanad Ilmu dan Pendidikan

2.1 Pendidikan
Dalam pendidikan ilmunya, KH. Muhammadun Kajen pernah mengaji kepada KH. Mahfudz Salam Kajen dan KH. Hasyim Asy'ari Tebuireng Jombang. KH. Mahfudz Salam ini merupakan kyai spesial bagi KH. Muhammadun Abdul Hadi. Banyak kitab yang dikaji Kyai Muhammadun bersama KH. Mahfudz Salam. Salah satunya adalah Kitab Jam'ul Jawami'. Saat itu, Kyai Muhammadun diajak berdebat dengan KH. Mahfudz tentang kandungan kitab dua jilid ini sehingga Kyai Muhammadun membaca (muthalaah) kitab ini sampai tuntas dalam satu majlis dan satu waktu. Subhanallah.

2.2 Guru-Guru

  1. Mbah Abdul Hadi (ayah),
  2. KH. Mahfudz Salam Kajen,
  3. KH. Hasyim Asy'ari Tebuireng Jombang.

2.3 Murid Beliau

  1. KH. Ahmad Fayumi Munji,
  2. KH. Ismail Fayumi,

3. Perjalanan Hidup dan Dakwah

3.1 Mendirikan Pesantren
KH. Muhammadun Abdul Hadi awal mula hanya mengisi kajian-kajian kitab kuning, seiring berjalannya waktu, santri beliau semakin bertambah, sehingga KH. Muhammaddun Abdul Hadi pada tahun 1953 M/1374 H, mendirikan Pesantren APIK Kajen.

Kitab yang dibaca tergolong kitab yang besar-besar, seperti Syarah Ibnu Aqil, Kifayatul Akhyar, Ihya' Ulumiddin, Jam'ul Jawami', dan lain-lain. Beliau meskipun sudah tabahhur ilmunya, tapi jadwal ngaji dan muthalaah-nya sampai larut malam karena aktivitas ini sudah menjadi bagian hidup yang tak terpisahkan. Beliau mencintai muthalaah dan mengaji dengan santri.

3.2 Menjadi Direktur
KH. Muhammadun Abdul Hadi adalah sosok yang rendah hati. Beliau sebenarnya yang mendapat wasiat KH. Mahfudz Salam untuk melanjutkan estafet kepemimpinan Perguruan Islam Mathali'ul Falah (PIM) pasca KH. Mahfudz Salam. Namun, KH Muhammadun Abdul Hadi tidak berkenan dan menyerahkan estafet kepemimpinan kepada KH. Abdullah Zain Salam. KH. Muhammadun siap membantu lahir batin demi suksesnya PIM dengan segenap jiwa dan raga. Hal ini beliau buktikan sebagai pendamping KH. Abdullah Salam dalam mengelola PIM. Bahkan beliau pernah menjadi Mudir (Direktur) PIM. Setelah beliau pensiun dari Hakim, beliau kembali aktif di PIM dan khususnya mengajar guru-guru PIM di Pondok APIK.

3.3 Menjadi Hakim
KH. Muhammadun Abdul Hadi pernah menjalani karir sebagai Hakim Pengadilan Agama, sebuah karir yang tidak dicari, tapi diminta karena kedalaman ilmu dan keluhuran budi. Hakim seperti inilah yang diharapkan bisa memutus perkara dengan adil dan bersih dari korupsi, kolusi dan nepotisme.

KH. Ahmad Fayumi Munji yang diminta KH. Muhammadun Abdul Hadi supaya meneruskan karirnya menjadi Hakim agar ada orang ahli agama yang mampu membaca kitab yang menjadi Hakim. Kredibilitas moral KH. Muhammadun Abdul Hadi tidak diragukan dalam konteks profesinya sebagai Hakim. Hal inilah yang diteladani KH. Ahmad Fayumi Munji sehingga dalam memutus sesuatu benar-benar dari hati nurani, bukan karena korupsi dan sejenisnya.

3.4 Aktivis Bahtsul Masail
Sebagai seorang faqih-ushuli (Pakar fiqih dan Ushul fiqih sekaligus), KH. Muhammadun tampil sebagai kyai yang vokal yang mampu menyampaikan argumentasi agama dengan jelas dan kokoh. Dalam Bahtsul Masail, beliau berposisi sebagai Moderator (pemimpin) yang menampung pendapat anggota, merumuskan, menawarkan kesimpulan, dan menetapkan jawaban sesuai ibarat yang shahih berdasarkan pandangan peserta Bahtsul Masail.

KH. Abdul Hadi Kurdi berkisah ketika para ulama sibuk dan belum mendapatkan dalil terhadap suatu masalah di Forum Bahtsul Masail yang diselenggarakan di Kudus, KH Muhammadun akhirnya menyampaikan; لكل فراش عدة setiap perempuan yang bersuami pasti punya iddah. Akhirnya masalah selesai dengan dawuh KH Muhammadun.

3.5 Kiprah di Nahdlatul Ulama
Sebagai santri KH Mahfudz Salam dan Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy'ari, maka wajar jika KH. Muhammadun aktif di NU, khususnya di jajaran Syuriyah bersama santri-santri Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy'ari, yaitu KH. A. Suyuthi Abdul Qadir Guyangan dan KH. Abdullah Zain Salam.

KH. Muhammadun Abdul Hadi menempati posisi sebagai Wakil Rais Syuriyah bersama KH. Abdullah Salam dengan KH. Suyuthi Abdul Qadir sebagai Rais Syuriyah. Selain itu, kepakaran fiqih KH. Muhammadun Abdul Hadi menempatkan beliau sebagai A’wan Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU).

4. Karir-Karir

  1. Direktur Perguruan Islam Mathali'ul Falah,
  2. Menjadi Hakim Pengadilan Agama,
  3. Pemimpin Bahtsul Masail,
  4. A’wan PBNU.

5. Karomah
Masyhur Sebagai Waliyullah
Kewalian KH. Muhammadun Abdul Hadi diakui KH. Abdul Hamid Pasuruan yang dikenal waliyullah. Bersama KH. Abdullah Zain Salam, KH. Muhammadun Abdul Hadi sering sowan KH. Hamid Pasuruan.

Kewalian ini tidak lepas dari konsistensi KH. Muhammadun Abdul Hadi dalam muthalaah kitab, mengajar, berkhidmah di PIM, menjalankan amanah dengan baik sebagai hakim, dan mendamarbaktikan ilmunya untuk masyarakat melalui organisasi Nahdlatul Ulama (NU). Istiqamah memang menjadi amaliah waliyullah. Istiqamah dalam iman dan takwa kepada Allah sampai akhir hayat.

6. Teladan
Cinta ilmu, cinta muthalaah inilah sifat utama KH. Muhammadun Abdul Hadi. Muthalaah bukan karena bisa, akan tetapi untuk thalabul Ilmi karena dalam setiap muthalaah selalu ada ilmu baru yang didapat. Demikian kesan KH. Ahmad Nafi' Abdillah terhadap sosok KH. Muhammadun Abdul Hadi.

Ulama yang Zuhud dan Wirai
KH. Muhammadun Abdul Hadi karena kedalaman ilmu fiqihnya dikenal sebagai sosok yang zuhud dan wirai. Beliau pernah mau dibonceng seseorang tapi khawatir jika pemilik sepeda motornya tidak ridho akhirya beliau tidak berkenan.

Kedalaman ilmu fiqih menjadikan seseorang hati-hati sehingga menghindari hal-hal haram dan syubhat (samar-samar). Dalam keseharian, waktu beliau habiskan untuk thalabul Ilmi, mengajar, dan beribadah kepada Allah SWT. Waktu seperti tidak ada yang sia-sia. Semua waktu bernilai ilmu, ibadah, dan mengajar. Maka wajar jika KH. Muhammadun mendapat anugerah Allah sebagai orang alim yang dicintai santri-santrinya.

Inspirasi Santri Sepanjang Masa
Cinta Muthalaah, cinta Bahtsul Masail, dan cinta berorganisasi adalah teladan dan inspirasi KH. Muhammadun Abdul Hadi kepada para santri milineal sekarang ini. Jangan sampai para santri bermalas-malasan dalam mengaji, muthalaah,

Bahtsul Masail, dan aktif di NU. Meneladani ulama-ulama besar seperti KH. Muhammadun Abdul Hadi adalah keharusan bagi santri sebagai jalan meniti keberkahan dan kebahagiaan hidup dunia akhirat, Amiin Yaa Rabbal Alamiin.

7. Referensi
Diolah dan dikembangkan dari data-data yang dimuat di situs: KH. Dr. Jamal Ma'mur Asmani di facebook pribadinya yang diunggah pada 27 Agustus 2019

 

Lokasi Terkait Beliau

List Lokasi Lainnya