Info Harian Laduni.ID: 19 Maret 2024

 
Info Harian Laduni.ID: 19 Maret 2024

Laduni.ID, Jakarta – Hari ini Selasa, 19 Maret 2024 bertepatan dengan hari wafat Syekh Mas Mohammad Arsyad Thawil Al-Bantani dan Syekh Muhammad Ali Ash-Shabuni.

Syekh Mas Mohammad Arsyad Thawil Al-Bantani
Syekh Arsyad Thawil lahir di Desa Lempayung, Kecamatan Tanara, Kabupaten Serang Banten pada Zulkaedah 1255 H/Januari 1840 M. Riwayat lain menyebut beliau lahir tahun 1263 H/1847 M. Tidak ada yang tahu persis, namun dibatu nisan tempat wafatnya di Manado tertulis beliau lahir tahun 1851 M.

Syekh Arsyad menikah di tempat pengasingannya di Manado dengan seorang gadis Minahasa yang merupakan anak dari seorang pendeta setempat bernama Magdalena Runtu yang setelah memeluk agama Islam mengubah namanya menjadi Tarhimah Magdalena Runtu.

Syekh Arsyad Thawil, wafat di Manado, Sulawesi Utara, pada hari Senin, 14 Zulhijah 1353 Hijriyah atau bertepatan dengan 19 Maret 1935 Masehi. Beliau dimakamkan di Pemakaman Lawangirung.

yekh Arsyad menerima pendidikan agama dasar langsung dari ayahnya yang juga seorang ulama dan memiliki Pesantren di Tanara. Saat usia 16 tahun, pada tahun 1867 M. Syekh Arsyad melakukan perjalanan menuju Bima di Pulau Sumbawa untuk belajar kepada Syekh Abdul Ghani.

Namun baru sampai di Surabaya, beliau bertemu dengan Syekh Abdul Ghani yang akan melaksanakan ibadah haji ke Makkah. Selanjutnya beliau menyatakan keinginannya untuk belajar kepadanya, Syekh Abdul Ghani kemudian menerima Syekh Arsyad sebagai murid sekaligus mengajaknya untuk pergi ke Makkah.

Pada tahun 1893 M, Syekh Arsyad kembali ke Banten. Saat itu Banten menghadapi bencana besar. Setelah letusan Gunung Krakatau 1883 M. disusul dengan wabah penyakit hewan pada tahun 1885 M, sampai masyarakat percaya akan tahayul dan perdukunan.

Syekh Arsyad Thawil termasuk tokoh utama dalam Pertempuran Geger Cilegon 1888 M. sehingga termasuk yang paling dicari oleh penjajah. Setelah pemberontakan, Belanda kemudian menangkap Ulama-ulama Banten dan mengasingkan mereka.

Selama lima tahun (dari 1868-1873), Syekh Arsyad adalah murid dari ulama Makkah yang juga berasal dari Banten, Syekh Nawawi Al-Bantani. Suatu hari, Syekh Nawawi mengirimkan karyanya berupa naskah buku (kitab) kepada ulama Mesir, namun karya tersebut ditolak dan dikembalikan dalam bentuk kode. Setelah kode tersebut diterima, Syekh Nawawi kemudian menjawabnya kembali dalam bentuk kode yang sama.

Menerima kiriman kode dari Syekh Nawawi, ulama Mesir pun sangat terkejut karena hanya ulama-ulama berpengetahuan tinggi yang dapat memahami kode tersebut. Untuk mengobati rasa penasaran, para ulama Mesir sepakat mengundang Syekh Nawawi untuk ditanyai. Syekh Nawawi pun memenuhi undangan ulama Mesir dan mengajak Syekh Arsyad sebagai muridnya untuk bersandiwara dan bertukar tempat (Syekh Nawawi menjadi Syekh Arsyad, begitupun sebaliknya).

Kedatangan ulama Banten tersebut disambut baik oleh ulama Mesir meskipun tanpa upacara. Di hadapan ulama Mesir, Syekh Arsyad yang bersandiwara menjadi Syekh Nawawi pun duduk di atas kursi, sedangkan Syekh Nawawi duduk di bawah sebagai pengawalnya. Banyak pertanyaan diajukan oleh ulama Mesir yang tidak mudah untuk dijawab oleh sembarang ulama.

Sebagai Syekh Nawawi, Syekh Arsyad pun mempersilahkan pengawalnya untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut. Semua masalah dan pertanyaan dijawab dengan memuaskan oleh Syekh Nawawi yang bertindak sebagai pengawal Syekh Arsyad. Para ulama Mesir pun kagum mendengar jawaban memuaskan tersebut, hingga mereka berpikir bahwa pengawalnya saja sudah sedemikian hebat, apalagi yang dikawal, pastinya akan lebih hebat lagi.

Usai undangan itu, ulama dari Nusantara semakin dihormati. Karya Syekh Nawawi yang sempat ditolak penerbit Mesir pun mulai diterbitkan. Hal ini juga berimbas kepada penghormatan yang baik oleh ulama-ulama Mesir terhadap ulama Nusantara kala itu.

Simak biografi lengkapnya di: Syekh Mas Mohammad Arsyad Thawil Al-Bantani
Simak chart silsilah sanad ilmu Syekh Mas Mohammad Arsyad Thawil Al-Bantani

Syekh Muhammad Ali Ash-Shabuni
Nama lengkap beliau adalah Muhammad Ali bin Jamil Ash-Shabuni. Beliau lahir di kota Aleppo, Suriah, pada tahun 1930 M, namun beberapa sumber lainnya menyebutkan pada tahun 1928 M.

Syekh Muhammad Ali Ash-Shabuni wafat di Kota Yalova, dekat Istanbul, pada Jumat, 6 Sya’ban 1442 H / 19 Maret 2021 M, dimakamkan persis di sebelah makam Nejmettin Erbakan, Perdana Menteri Turki periode 1996-1997, yang juga merupakan sahabatnya.

Syekh Ali Ash-Shabuni dibesarkan di tengah-tengah keluarga terpelajar. Ayahnya, Syekh Jamil merupakan salah satu ulama ternama di Aleppo. Beberapa sumber menyatakan bahwa ayahnya adalah orang pertama yang membimbingnya baik di pendidikan dasar dan formal, terutama mengenai bahasa Arab, ilmu waris dan ilmu agama.

Pasca studi di Mesir, Syekh Ali Ash-Shabuni kembali ke kota kelahirannya. Beliau mengajar di berbagai sekolah menengah atas (SMA) yang ada di Aleppo. Pekerjaannya sebagai guru SMA ini beliau lakoni selama delapan tahun. Dari tahun 1955 hingga tahun 1962.

Di sela kesibukannya mengajar, Syekh Ali Ash-Shabuni pun menyempatkan diri untuk aktif dalam Organisasi Liga Muslim Dunia. Di lembaga ini beliau menjabat sebagai penasihat pada Dewan Riset Kajian Ilmiah mengenai Al-Qur’an dan Sunnah, di sini beliau aktif beberapa tahun, lalu kemudian beliau mengabdikan diri sepenuhnya untuk menulis dan melakukan penelitian.

Karena kiprahnya di dunia pendidikan Islam, di tahun 2007, panitia penyelenggara Dubai International Qur’an Award menetapkan Syekh Ali Ash-Shabuni sebagai Personality of The Muslim World. Pilihan tersebut jatuh padanya setelah beberapa orang kandidat diseleksi oleh Pangeran Muhammad ibn Rashid Al-Maktum, Wakil Kepala Pemerintahan Dubai.

Simak biografi lengkapnya di: Syekh Muhammad Ali Ash-Shabuni

Mari kita sejenak mendoakan beliau, semoga apa yang beliau kerjakan menjadi amal baik yang tak akan pernah terputus dan Allah senantiasa mencurahkan Rahmat-Nya kepada beliau.

Semoga kita sebagai murid, santri, dan muhibbin beliau mendapat keberkahan dari semua yang beliau tinggalkan.