Tafsir Al-Qur'an dalam Praktik Kehidupan Nabi

 
Tafsir Al-Qur'an dalam Praktik Kehidupan Nabi
Sumber Gambar: Pinterest, Ilustrasi: laduni.ID

Laduni.ID, Jakarta - Dalam Al-Qur'an, Allah SWT berfirman:

اَقِمِ الصَّلٰوةَ لِدُلُوْكِ الشَّمْسِ اِلٰى غَسَقِ الَّيْلِ وَقُرْاٰنَ الْفَجْرِۗ اِنَّ قُرْاٰنَ الْفَجْرِ كَانَ مَشْهُوْدًا

Dirikanlah salat sejak matahari tergelincir sampai gelapnya malam dan (laksanakan pula shalat) Fajar (Subuh)! Sesungguhnya shalat Subuh itu disaksikan (oleh malaikat). (QS. Al-Isra’: 78)

Secara tekstual ayat ini hanya menyebutkan tiga waktu shalat, yaitu setelah tergelincir matahari, shalat malam, dan fajar. Lalu di mana penjelasan shalat lima waktu?

Penjelasannya adalah dalam praktik perbuatan Nabi SAW dalam kesehariannya. Beliau shalat Dzuhur ketika waktu dzuhur, shalat Ashar di waktu Ashar, shalat Magrib di waktu Magrib, shalat Isya di waktu Isya, dan shalat Subuh di waktu Subuh. Demikian keterangan yang terdapat dalam sebuah Hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Abdullah bin Amr.

Apa yang dilakukan Nabi SAW tersebut merupakan tafsir terhadap ayat di atas. Atas dasar inilah para ulama tafsir menjelaskan bahwa yang dimaksud shalat ketika matahari sudah tergelincir adalah shalat Dzuhur, Ashar, dan Maghrib. Ketika gelapnya malam, maksudnya shalat Isya, dan Qur'anal Fajri (bacaan di waktu fajar), maksudnya adalah shalat Subuh. Itulah sebabnya para ulama tafsir merumuskan kaidah bahwa salah satu syarat bagi penafsir Al-Qur'an adalah harus tahu dan mengerti Hadis dan Ilmu Hadis serta sejarah kehidupan Nabi SAW. 

Perlu digarisbawahi, salah satu cara praktis mengetahui tafsir Al-Qur'an adalah mengerti sikap dan perilaku kehidupan Nabi Muhammad SAW. Demikian juga ketika membaca ayat-ayat Al-Qur'an tentang orang-orang kafir dan Ahlul Kitab serta bagaimana sikap terhadap mereka, ayat-ayat tentang jihad dan perang, amar ma'ruf dan nahi munkar, ayat-ayat tentang ekonomi, dan lainnya, tidak cukup hanya terjemahan ayatnya, tapi perlu juga mengerti tafsirannya dan sejarah kehidupan Nabi SAW sehari-hari, baik ketika di Makkah maupun di Madinah. Wallahu A'lam bis Showab. []


Catatan: Tulisan ini telah terbit pada tanggal 26 Januari 2019. Tim Redaksi mengunggah ulang dengan melakukan penyuntingan dan penyelarasan bahasa.

___________

Penulis: Dr. Wajidi Sayadi (Dosen IAIN Pontianak)

Editor: Hakim