Isyarat Kemerdekaan Indonesia dalam Takwil Ayat Al-Qur’an dan Hubungannya dengan Loyalitas Ulama

 
Isyarat Kemerdekaan Indonesia dalam Takwil Ayat Al-Qur’an dan Hubungannya dengan Loyalitas Ulama
Sumber Gambar: Istimewa, Ilustrasi: laduni.ID

Laduni.ID, Jakarta - Sejarah kemerdekaan Indonesia telah banyak ditulis, dikaji, dan dikisahkan. Kita mengenal tokoh-tokoh besar, peristiwa monumental, hingga detik-detik proklamasi yang begitu menggetarkan. Namun, ada satu sisi yang jarang diangkat, yakni seputar isyarat spiritual yang menyertai jalan panjang menuju kemerdekaan. Isyarat yang ditangkap oleh para ulama, para penjaga batin bangsa ini.

Gus Baha pernah menyampaikan, bahwa sejak dulu ulama-ulama Nusantara memiliki kepedulian dan loyalitas yang tinggi terhadap negara. Mereka tidak memisahkan agama dari tanah air, dan justru melihat keduanya sebagai bagian yang saling menguatkan.

“Saya masih ingat, Mbah Ahmad Shiddiq itu sangat loyal sama yang namanya negara. Kita tahu beliau adalah orang penting dalam Muktamar Situbondo, saat NU pertama kali menerima asas tunggal, yaitu Pancasila,” tutur Gus Baha.

Di sini harus dipahami, bahwa penerimaan asas tunggal Pancasila bukanlah hasil kompromi ideologis, tapi buah dari musyawarah ulama demi menjaga keutuhan bangsa yang plural. Menurut Gus Baha, ulama-ulama besar seperti Mbah Hasyim, Mbah Wahab, Mbah Bisri, Mbah Ali Maksum, Gus Dur, Mbah As’ad, hingga Mbah Moen, semua menunjukkan loyalitas penuh pada negara. Tentu hal itu bukanlah loyalitas buta, tetapi tanggung jawab untuk memastikan bahwa Islam tetap membawa rahmat dalam kehidupan berbangsa.

Jika dirunut, seputar loyalitas tersebut tidak lepas dari “isyarat kemerdekaan” yang sejak jauh hari telah ditangkap oleh para kyai. Gus Baha mengisahkan penuturan Kyai Ahmad Shiddiq, bahwa banyak ulama mengalami mimpi yang dibacakan ayat Al-Qur’an yang berbunyi:

UNTUK DAPAT MEMBACA ARTIKEL INI SILAKAN LOGIN TERLEBIH DULU. KLIK LOGIN