Membangun Keharmonisan Sosial dengan Sikap Saling Memaafkan
Laduni.ID, Jakarta - Hidup di tengah masyarakat Indonesia yang beragam adalah keniscayaan bagi kita. Perbedaan agama, budaya, cara pandang, bahkan kepentingan sering menjadi pemicu gesekan. Namun, ada satu hal yang bisa meredam semua itu, yakni sikap memaafkan. Tanpanya, harmoni sosial hanya akan menjadi jargon kosong, dan tidak akan pernah tercipta selamanya.
Dalam salah satu pengajiannya, Gus Baha pernah menyampaikan tentang teladan Nabi Muhammad SAW yang luar biasa dalam hal memaafkan. Beliau menuturkan kisah tentang Da’sur, seorang yang sangat membenci Nabi, yang bahkan hampir membunuh beliau. Namun, Nabi tidak membalas dengan kebencian. Beliau justru memaafkan dan membiarkannya pergi. Kelak, Da’sur tersentuh oleh akhlak Nabi hingga akhirnya masuk Islam.
Gus Baha juga menyinggung bagaimana Rasulullah SAW memperlakukan orang-orang Quraisy yang sebelumnya memusuhi beliau habis-habisan. Saat mereka akhirnya masuk Islam, sebagian di antaranya justru ketakutan, mengira Nabi akan membalas dendam. Namun, jawaban Nabi sangat menenangkan, “Saya saksikan engkau sebagai orang yang tidak berperilaku bengis. Engkau adalah saudara yang terhormat.” Nabi pun memaafkan mereka sebagaimana Nabi Yusuf memaafkan saudara-saudaranya yang dulu berusaha membunuhnya.
Menurut Gus Baha, sikap-sikap agung semacam itu diikuti dan diajarkan pula oleh para ulama, hingga sampai kepada kita saat ini. Kiranya, semua itu harus terus disebarkan dan diteladankan. “Begitu banyaknya keteladanan Nabi dan ulama zaman dahulu harus menjadi
UNTUK DAPAT MEMBACA ARTIKEL INI SILAKAN LOGIN TERLEBIH DULU. KLIK LOGIN
Support kami dengan berbelanja di sini:
Memuat Komentar ...