Membaca Ulang Gus Im (1/3): Antara Intel, Musik Metal, dan Politik Abu-Abu
Laduni.ID, Jakarta - Dua puluh lima tahun lalu, surat kabar Kompas memuat sebuah wawancara yang tak biasa dengan sosok yang luar biasa yakni Hasyim Wahid, atau akrab disapa Gus Im (1953–2020). Ia adik kandung Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur), tapi jalannya berliku dan tak bisa ditebak. Ia bisa bicara soal ekonomi dan politik dengan gaya intel, menertawakan dirinya sendiri di tengah rumor, lalu beralih membahas Beethoven atau Metallica seolah semua itu masih dalam satu napas. Gus Im adalah potret generasi yang berpikir bebas di masa penuh batas.
Kini, ketika politik dan ekonomi Indonesia kembali terasa berputar di lingkar yang mirip, antara idealisme, kepentingan, dan “wilayah abu-abu”, membaca ulang wawancara ini seperti membuka wacana yang masih relevan. Ada kejujuran blak-blakan, ada sinisme khas era pascareformasi, tapi juga ada kegelisahan yang tetap relevan, bagaimana negara, kekuasaan, dan nurani sering tak sejalan. Inilah bagian pertama dari wawancara panjang yang direkam tahun 2000, tapi suaranya masih bisa kita dengar di 2025 ini.
Tulisan ini merupakan bagian pertama dari wawancara langka Hasyim Wahid dengan Budiarto Danujaya, dimuat Kompas, 28 Mei 2000.
UNTUK DAPAT MEMBACA ARTIKEL INI SILAKAN LOGIN TERLEBIH DULU. KLIK LOGIN
Support kami dengan berbelanja di sini:
Rp1.100.000
Rp360.000
Rp499.000
Rp72.000
Memuat Komentar ...