Membaca Ulang Gus Im (3/3): Menimbang Soeharto dan Memahami Gus Dur
Laduni.ID, Jakarta - Sesudah berbicara panjang tentang perjalanan bangsa, tentang luka sosial dan harapan kultural yang tersisa, percakapan kali ini perlahan bergeser ke ruang yang lebih personal, wilayah nilai, keyakinan, dan refleksi moral seorang intelektual yang telah melintasi zaman. Gus Im seperti seseorang yang mulai menimbang bobot kata demi kata. Dua tokoh yang menjadi sorotannya sebagaimana yang ditanyakan pewawancara ialah Soeharto dan Gus Dur.
Dari pandangan tentang bangsa dan kekuasaan, kini percakapan mengerucut pada sesuatu yang lebih mendasar yakni pendidikan, akar dari segala upaya perbaikan peradaban, yang sekaligus menjadi cermin dari kepedihan seorang pemikir terhadap bangsanya sendiri. Lalu, siapakah sosok-sosok yang dikaguminya, tokoh-tokoh yang membentuk cara pandangnya terhadap manusia, kekuasaan, dan kehidupan.
Seperti biasa, Gus Im tidak berhenti pada satu posisi yang kaku. Pandangannya berayun di antara dua ekstrem yakni liberal dan tiran, idealisme dan realisme, metafisika dan empirika. Ia tertawa ringan, tapi di balik tawa itu terasa getir yang panjang, getir seorang intelektual yang selalu oscillating, bergetar di antara dua kutub yang tak pernah sepenuhnya bisa disatukan.
UNTUK DAPAT MEMBACA ARTIKEL INI SILAKAN LOGIN TERLEBIH DULU. KLIK LOGIN
Support kami dengan berbelanja di sini:
Rp98.600
Rp130.000
Rp87.900
Rp186.000
Memuat Komentar ...