Sekjend PBNU: Terkait Nahdlatul Ulama dalam Buku Ajar Kelas V SD

 
Sekjend PBNU: Terkait Nahdlatul Ulama dalam Buku Ajar Kelas V SD


LADUNI.ID, Jakarta - Terkait adanya penerbitan buku panduan belajar untuk Kelas V Sekolah Dasar (SD), yang membuat sejarah kemerdekaan dan menyebut Organisasi Kemasyarakatan Islam terbesar di Indonesia, Nahdlatul Ulama (NU) disebut sebagai salah satu organisasi radikal.


Meskipun frasa ‘organisasi Radikal’ yang dimaksud adalah organisasi radikal yang bersikap keras menentang penjajahan Belanda, dalam konteks ini, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama sangat menyayangkan diksi “organisasi radikal” yang digunakan oleh Kemdikbud dalam buku tersebut. Istilah tersebut bisa menimbulkan kesalahpahaman oleh peserta didik di sekolah terhadap Nahdlatul Ulama.


Organisasi radikal belakangan identik dengan organisasi yang melawan dan merongrong pemerintah, melakukan tindakan-tindakan radikal, menyebarkan teror dan lain sebainya. Pemahaman seperti ini akan berbahaya, terutama jika diajarkan kepada siswa-siswi.
Dalan buku tersebut, Kemdikbud kurang jeli dan tidak pas dalam membuat fase Pergerakan Nasional dalam memperjuangkan kemerdekaan. Penulis buku menyebut bahwa setelah mengalami fase pergerakan nasional pada tahun 1900an, kemudian dilanjutkan dengan fase masa awal radikal  yang terjadi pada tahun 1920-1926. Istilah masa awal radikal ini yang keliru dan tidak tepat.

Jika ingin menggambarkan perjuangan kala itu, yang lebih tepat frasa yang digunakan adalah masa patriotisme, yakni masa-masa menetang dan melawan penjajah.
Oleh karena itu, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama meminta kepada Kemdikbud untuk bertanggungjawab atas persoalan ini.  Potensi mudarat yang ditimbulkan sangat besar sehimgga harus diambil langkah cepat untuk menyikapinya.

HA Helmy Faishal Zaini
Sekretaris Jenderal PBNU