Keikhlasan dalam Ayunan Becak Zaman Now

 
Keikhlasan dalam Ayunan Becak Zaman Now

 

 

TERIK MATAHARI yang menyengat menyinari negeri Pedir tepatnya Kota Beureunuen membuat sudut terminal yang terletak di jalan nasional Banda Aceh-Medan begitu membahana. Namun tidak membuat para ” Pasukan dayung” berjuang menunggu sosok yang tercecer di terminal bersejarah itu.

Walaupun terik matahari kian memanas namun bagi sosok separuh baya nan kecul mungil dengan setia menunggu dan menyapa penumpang yang turun dari arah barat dan timur baik yang mengenderai bus, L-300 dan berbagai jenis kenderaan lainnya.

Perjuangan tukang becak T. Abdullah (47) memperjuangkan hidup lewat “pusaka tua”nya menunjukkan bahwa hidup ini merupakan “jihad” dengan segala konsekwensinya. Ini juga yang dialami oleh Popon panggilan abang becak yang telah lama menggeluti dunia “sado berjalan” itu.

“Ka trep lon berprofesi sebagai RBT dan tukang becak,” ungkap pria yang berpostur mungil itu.

Mencari nafkah itu juga bentuk dari ” jihad” yang bernilai pahala bahkan terkadang pahitnya menjalani kehidupan menjadi penebus dosa yang tidak dihapus oleh ibadah apapun selain kerja keras. Ini sebagaimana diungkapkan dalam hadist Rasulullah SAW, beliau bersabda, “Sesungguhnya, di antara perbuatan dosa, ada yang tidak dapat dihapus oleh (pahala) shalat, sedekah, atau pun haji. Namun hanya dapat ditebus dengan kesungguhan dalam mencari nafkah penghidupan.”

Berdasarkan hadits tersebut, jelaslah betapa tingginya kedudukan bekerja dalam Islam. Islam mengajarkan bahwa dalam hidup ini sudah seharusnya kita bekerja keras. Allah sangat menghargai orang-orang yang bekerja keras dalam hidupnya. Sehingga hanya dengan bekerja yang sungguh-sungguh dosa dapat dihapuskan oleh Allah SWT.

Popon meraskan bekerja sebagai abang becak merupakan pekerjaan yang sangat menyenangkan walaupun penuh tantangan dan kita lebih bebas dan rileks dalam bekerja. Ini dibandingkan dengan dulunya pernah juga bekerja sebagai buruh di sebuah perusahaan kecil, namun itu dirasakannya tidak bebas bahkan gajinyapun tidak kunjung bersahabat.

“Awai lon na lon kerja bak gob, namun gajipun tidak pernah naik, lon coba alih sebagai rakyat banting tulang via becak cs,” lanjut sosok wajah bersahabat asal Keumanangan Masjid, Beureunuen, Pidie itu.

Abang becak asal Keumangan itu berbicara soal pendapatan harian selama mengelutinya setidaknya cukuplah. Mencari rezeki itu terkadang harus dia lakoni dari pagi hari, tentu saja itu dijalaninya dengan penuh semangat walaupun memberatkan namun itu harus ditempuhnya.

Tentunya apa yang dilakukan oleh T. Abdullah itu sebuah perjuangan yang mulia dengan tanpa mengenal waktu dan kelelahan. Ini seperti diungkapkan dalam sebuah hadits Rasulullah SAW, beliau bersabda, “Barang siapa pada malam hari merasakan kelelahan karena bekerja pada siang hari, maka pada malam itu ia diampuni Allah.”

Dalam hadist lain juga disebutkan, “Barang siapa yang di waktu sorenya merasakan kelelahan karena bekerja, berkarya dengan tangannya, maka di waktu sore itu pulalah terampuni dosanya.”

Di dunia travel “besi berjalan” terkadang juga kerap terjadinya “perampokan” terhadap penumpang yang tidak sewajarnya, ini biasanya dilakukan terhadap “tamu” yang dianggap berduit, padahal terkadang masyarakat biasanya. Menanggapi hal ini Bang Pon juga menyesalkan hal semacam ini, seharusnya para abang becak mengambil ongkos yang sewajarnya dan tidak harus “merampok” penumpangnya.

“Seharus para abang becak mengambil ongkos yang sewajarnya dan ini merupakan kita mencari rezeki, usahakan yang halallah,” pintanya dengan penuh berharap.

“Kuda Besi” itu terus berjalan menelusuri jalan Beureunuen-Kembang Tanjung ditengah tarik matahari dengan penumpangnya perantau suami dan istri beserta sibuah hati nan tampan menjelang sore itu. Sang “Kuda” pun berhenti di depan rumah Aceh berarsitektur indah dan masih tetap mempertahankan adat endatu walaupun arus globalisasi teus menggerogotinya budaya negeri ini. Percakapanp menarik dengan Bang Pon juga mengisahkan pengalaman dan terkadang nasehat yang menggugah dan patut diteledani dalam kehidupan sehari-hari.

Sebagai masyarakat biasa dengan pencarian sebagai abang becak walaupun dengan perjuangan nan melelahkan namun harus siap “berjihad” demi anak dan keluarga.

Setidaknya sang abang becak memberi sebuah pesan Maka mulailah bekerja dengan sungguh-sungguh dan ikhlas. Karena bisa jadi pahala shalat kita belum bisa menghapus dosa-dosa kita karena dosa kita yang terlalu besar. Maka hapuslah dosa-dosa kita dengan bekerja yang sungguh-sungguh sesuai dengan hadits Rasulullah SAW diatas. Semoga.

**Helmi Abu Bakar El-Langkawi, Penggiat Literasi asal Dayah MUDI Samalanga