Merenungi Nasehat  Anak-Anak Balee Misyik “Al-Kautsar

 
Merenungi Nasehat  Anak-Anak Balee Misyik “Al-Kautsar

LADUNI.ID, KOLOM-MATAHARIang  mengitari bumi terus berotasi dalam sunnatullah-Nya, nampak di sudut perumahan sederhana beserta Balee Seumeubeut Misyik Al-Kautsar, Gampong Ulee Glee anak-anak yang masih kecil bahkan sudah ada bersekolah sangat ceria dan bahagia saat berbagai lomba yang di ikuti oleh mereka.

Orang tua juga sebagiannya sempat menemani hingga acara puncak, tamu undangan yang berdatangan sambil menyantap kenduri perayaan maulid nabi silih berganti menghiasi “Taman Surga” yang didirikan almarhumah Hj. Rukiyah Abdullah atau akrab disapa Misyik, sosok perempuan yang hidupnya menghabiskan umurnya demi agama.

Berbagai lomba tuntas dilaksanakan bahkan dewan juripun dari negeri Kota Madani, tentu saja aura lomba sangat meriah. Pasca pengumuman dan pemberian hadiah, senyuman dan tertawanya anak-anak dalam kegembirian membuat siapa saja yang melihat juga ikut bahagia.

Tantunya rohaniah almarhumah Misyik juga ikut tersenyum dalam untaian kebahagian walaupun jasadnya telah tiada, Balee dengan arsitektur keacehan dengan atap rumbia ikut menjadi saksi bahkan akan selalu menemani mereka generasi penerus agama dan negeri ini.

Senyuman mereka masih murni, sehingga keceriaannya pun, kualitasnya masih orisinal, tidak direkayasa. Walaupun ada penelitian yang menunjukkan bahwa anak-anak kecil tertawa bisa sampai 400 kali sehari, sementara orang dewasa hanya 14 kali rata-rata.

Sangat disayangkan masih ada sebagian orang tua yang mengorbankan masa depan putra putrinya hanya ekses kehidupan hedonisme yang merajakan materiaristik dan kepuasan egoistik. Awalnya bersama-sama suami istri berusaha meraih fasilitas hidup agar lebih sedikit mewah, bahkan terkadang sang istri yang mendapatkan fasilitas agak sedikit mewah dan leluasa dalam beraktifitas harus “menghkhianati” sang nahkoda batera rumah tangga dengan beribu alasan bahkan anak-anak kits korbankan, Ayahnya yang paling berhak untuk mengasuh kita “haramkan” untuk mendapatkan kasih sayangnya baik menjemput sekolah dan lainnya, terkadang miskin tanpa fasilitas mewah nikmat teristimewa untuk hamba-Nya Dan saat mendapatkan fasilitas lebih suami kita “tong sampahkan”,nikmat siapakah yang engkau dustai?

Entah apa yang terlihat sehingga terekam memori fatamorgana hembusan angin zaman now di era 4.0. Suara kegembiraan dengan memegang hadiah dan bingkisan ditangan santri Balee Beut Misyik terpantri sebuah teguran untuk kita supaya terus mendidik generasi penerus, kita sebagai orang tua jangan hanya sibuk dengan peng griek dan secuil kekuasan demi menampakkan egoisme struktural dengan saling memfitah Dan mengorbankan sesama demi hasrat duniawiyah. Bukankah anak-anak itu investasi akhirat kita?

Kegirangan dan tertawa anak-anak, hanya sedikit yang memerlukan alasan atau melibatkan ‘kegelian’ pikiran. Mungkin hampir semua penyebab tawa mereka, sangat berbeda dengan kita orang dewasa.

Mari belajar dari si kecil (anak-anak) bagaimana menjalani hidup penuh dengan keceriaan. Bagaimana menikmati keindahan hidup ini dengan keceriaan, suka cita. Naiknya layangan membuat mereka tertawa, berhasil memancing ikan mereka rayakan dengan tertawa, ketemu mainan baru mereka merespon dengan tertawa, bahkan bermain sambil berlarian, mereka terus tertawa-tawa.

Jadi, kita mesti bertanya pada diri sendiri, mengapa keceriaan kita sekarang harus melalui sebuah saringan yang namanya ‘alasan’ ? Kecerian di bawah penderitaan kaum lemah dan tertindas? Keceriaan menebas lewat kenderaan politik bahkan dalam aroma religi. Termasuk dalam mengekspresikan keceriaan dan kelegaan dalam bentuk tertawa, masihkah harus ada alasan?

Belajar dari mereka anak-anak didikan Misyik, tetapi bukan menjadi kekanak-kanakan. Bila setelah dewasa bahkan telah bercucu masih sedikit amalan kebaikan dari keburukan, tanyalah pada anak-anak Misyik pasti mereka akan menjawab dengan senyuman kebagian dunia akhirat.

Alfatihah untuk Misyik (Hj. Rukiyah Abdullah. Abi Sahal Warga Ulee Glee