Menilai Kebesaran Orang Berdasarkan Kebenaran

 
Menilai Kebesaran Orang Berdasarkan Kebenaran

LADUNI.ID - Di antara hadis yang dibahas pada pengajian ahad malam di Masjid Raya Mujahidin Pontianak ialah Ada seseorang berjalan melewati Nabi SAW. Lalu Beliau bertanya kepada orang yang duduk di sampingnya: "Apa pendapatmu tentang orang yang lewat tadi? Sahabatnya menjawab: "Dia itu seorang mulia terpandang di antara penduduk di sini. Demi Allah, orang ini apabila melamar anak perempuan orabg lain, pasti diterima lamarannya. Apabila memberi rekomendasi pembelaan pasti diterima. Rasulullah SAW. terdiam mendengar penjelasan sahabatnya. Kemudian ada lagi orang lain yang lewat. Rasulullah SAW. bertanya lagi kepada sahabat yang ada di sampingnya: "Apa pendapatmu tentang orang ini? Dia menjawab: "Orang ini miskin, apabila melamar anak perempuan orang lain, pasti lamarannya ditolak. Apabila memberi rekomendasi pembelaan, pasti tidak diterima. Apabila memberi saran pendapat, pasti tidak didengar omongannya. Lalu Rasulullah SAW. menegaskan: "Orang ini justru lebih baik daripada seluruh penduduk bumi. (HR. Sepakat Bukhari dan Muslim).

Hadis ini merupakan kritik sosial Rasulullah SAW. atas kebiasaan masyarakat yang sering terjebak dan terkecoh oleh casing penampilan simbol assesoris yang penuh rekayasa dan dianggap itulah sebagai kemuliaan dan kebenaran. Terkadang karena jabatan kedudukan tinggi, kekayaan, strata sosial yang tinggi dan sangat berpengaruh, seolah-olah semua omongannya dan perbuatannya pasti benar, masyarakat lainnya pasti yes yes membenarkan dan membelanya. Ternyata tidak, justru yang dianggap remeh, dianggap rendah tidak ada apa-apanya, tidak diperhitungkan karena miskin, malah merekalah yang terbaik terpandang termulia di sisi agama oleh Rasulullah SAW. 

Beliau menilai kebesaran orang berdasarkan kebenaran agama, bukan menilai kebenaran berdasarkan kebesaran orang.

Oleh: Dr. Wajidi Sayadi, M.Ag

Dosen IAIN Pontianak 

sar