Tingkatan Suul Khatimah dan Bahayanya

 
Tingkatan Suul Khatimah dan Bahayanya

 

LADUNI.OD,HIKMAH-KITA sebagai hamba dangat mendambakan akhir hidup husnul khatimah (kesudahan yang baik akhir hayat). Salah satu yang sangat kita takuti bahkan ulama terdahulu dimana akhir hidup dengan suul khatimah. Para ulama menyebutkan bahwa suul-khatimah itu ada dua tingkatan; masing-masing besar bahayanya, tingkatan pertama yaitu hati kita diwaktu sakaratul-maut atau diwaktu bersusah payah menderita sakit dekat kepada sakaratulmaut dan sudah nampak huru-haranya, datang di hati ke ragu-raguan, atau ketidak percayaan sama sekali terhadap Allah. Maka nyawanya dicabut dalam keadaan tidak beriman, tidak percaya kepada Allah SWT. atau dikuasal oleh keragu-raguan, naudzubillah.

Jadi yang menguasainya ialah keruwetan kufur yang menjadi tabir penghalang hatinya antara dia dengan Allah S.W.T. selama-lamanya. Tentu saja yang demikian itu akan menyebabkan dia terjatuh dari Allah selama- lamanya,dan adzab yang kekal yang terus-menerus tidak bisa terpisah, kekufuran, adzab kufuran, jauh dari Allah SWT.

Tingkat yang kedua : yaitu hatinya dikuasai oleh kecintaan terhadap soal-soal dunia yang tidak ada, hubungannya dengan akhirat atau satu keinginan dari soal-soal duniawi yang selalu terbayang di hatinya, misalnya dia sedang, membangun sebuah rumah, dan hatinya masghul (bimbang) akan hal itu saja sehingga pada waktu sakaratulmaut, terbayang saja rumah yang belum selesai itu, ia tenggelam di dalamnya, hatinya penuh, sampai tidak ada tempat untuk yang, lain.

Bila kebetulan nyawanya dicabut dalam keadaan demikian, maka tidak ada tempat bagi Allah S.W.T. dihatinya. Jadi hatinya tenggelam dalam keadaan demikian, kepalanya dijungkir-balikan kepalanya kedunia dan kakinya ke Allah SWT. Mukanya hanya melihat dunia saja, sedangkan punggungnya dikasihkan kepada Allah SWT. seseorang kalau muka sudah berpaling daripada Allah, datanglah tabir itu. Kalau tabir penghalang antara dia dengan Allah sudah turun, artinya sudah ada adzab itu. siksa sudah ada, tidak dapat tiada.

Hal ini disebabkan api yang menyala-nyala itu, yang disebut dalam Al-Qur’an, hanya akan memakan orang-orang yang dihijab itu. Adapun, orang mukmin yang sehat hatinya, jadi tidak tertambat oleh hubbud-dunya, dan menghadap kepada Allah SWT. yaitu yang disebut dalam firman Allah SWT. :“Pada hari itu, hari manusia meninggalkan dunia, tidak ada gunanya uang dan anak-anak. Yang selamat hanyalah orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang sehat”, artinya sehat tidak ada penyakit hubbud¬dunya. “.

Kepada orang itu, maka api neraka berkata “Boleh engkau lihat wahai orang mukmin, sebab nur yang ada dihati¬mu itu sudah memadamkan nyala apiku”. Ini diriwayatkan dalam hadits Ya’la bin Munabbih. Kalau kebetulan dicabut nyawanya dalam keadaan tertarik oleh hubbud-dunya, dikuasai oleh hubbud-dunya (hubbud dunya itu cinta dunia yang tidak ada. hubungannya dengan akhirat), ini sangat berbahaya sekali. Alasannya, manusia itu matinya bagaimana hidupnya, begitu hidupnya begitu pula matinya, juga begitu matinya begitu pula bangkitnya dari kubur, jadi keadaannya berantai.

Apabila engkau bertanya : “Apa yang menyebabkan suul Khatimah itu ?”. Maka jawabnya:Ketahuilah bahwa sebab-sebabnya banyak, tidak bisa diperinci satu persatu, tetapi bisa ditunjukkan pokok-pokoknya saja. Adakalanya karena mati dalam keragu-raguan dan dalam keadaan terhijab.

**Helmi Abu Bakar El-Langkawi, Penggiat Literasi asal dayah MUDI Samalanga, Rujukan : Kitab Minhajul Abidin Karya Imam Ghazali