Haul Mbah Yai Bisri Syansuri, Kiai Said Minta Umat Islam Bangga dengan Agamanya

 
Haul Mbah Yai Bisri Syansuri, Kiai Said Minta Umat Islam Bangga dengan Agamanya

LADUNI, ID. JAKARTA - Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj meminta umat Islam bangga dengan agamanya. Terutama bagi nahdliyin. Hal ini dikarenakan Islam punya banyak kelebihan dibandingkan agama lain. Salah satunya yaitu keunggulan Islam dalam metodologi memahami nash Al-Qur'an dan Al-Hadits.

"Kita harus bangga dengan khazanah keislaman yang kita miliki, yaitu pemahaman agama yang diwarisi oleh para ulama. Orang Islam punya metodologi memahami nash. Di mana hal ini tak dimiliki oleh agama lain. Mereka hanya membaca kitab sucinya," katanya saat menghadiri Haul ke-40 KH Bisri Syansuri di Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar, Jombang, Jawa Timur, Kamis (7/3) malam.

Dikatakan, dalam Islam ada ilmu yang membahas tentang Al-Qur'an yang berkaitan dengan ayat yang khos, mutasyabibah, muqayyad, makna hakiki, majazi, muhakamah. Dalam bahasa lain Islam mengkaji apakah ayat ini bermakna mutlak, metaforis, spesial, absolut, atau non absolut.

"Orang non Islam tidak punya ilmu ini. Adanya di pesantren, dengan nama ilmu ushul fiqih. Kita harus bangga karena pesantren punya keilmuan yang mendalam. Orang Islam selain pesantren dan Nahdlatul Ulama jarang mengkaji ilmu ini," tambah alumni Pondok Pesantren Lirboyo ini.

Kiai Said menjelaskan, ilmu ushul fikih ini sangat penting bagi orang yang ingin mendalami agama Islam secara sempurna. Sebagai pedoman dalam berbicara, bersikap, dan memahami ayat-ayat suci.

"Memahami Al-Qur'an tanpa ushul fiqih maka salah semua. Kalau ada yang mendalami Islam tanpa ushul fiqih maka bisa melenceng. Nanti bisa salah, ayat Al-Qur'an Al-Isra ditambahi menjadi 176 dan mengartikan bahasa Arab ngawur. Model kayak begini mungkin ngaji agamanya pesantren kilat," tegas Kiai Said.

Dijelaskan, selain metodologi memahami nash atau firman Tuhan. Islam juga punya punya metodologi memahami hadits, suatu ucapan, keputusan, perbuatan yang disandarkan kepada rasul.

Maka pada tahap selanjutnya muncul hadits shahih, hasan, hasan lighorihi, daif. Ini tidak ada di agama lain. Lalu ada tingkat hadits yang paling baik yaitu hadits yang memuat perintah atau larangan langsung dari Nabi Muhammad, redaksinya seperti naha rasulallah dan amara Rasulallah.

Bobot hadits pada tingkatan kedua yaitu yang memuat kata saya bersama rasulullah, kami bersama rasulullah saat melakukan itu atau dalam peristiwa tertentu. Dalam bahasa Arab biasanya menggunakan kata kunna ma'a rasulallah.  Baru pada tingkatan ketiga yaitu hadits yang menggunakan redaksi saya melihat rasulullah (roaitu rasulallah) melakukan ini atau itu. 

"Tingkatan hadits nomor empat yaitu hadits yang memakai redaksi "dari Pulan bin Pulan, telah berkata Nabi Muhammad SAW tentang suatu masalah," beber Kiai Said. 

Tak berhenti di sana, Kiai Said juga menjelaskan panjang lebar dalam hal meriwayatkan khabar dan hadits Islam memiliki metode di mana periwayat sebuah hadits harus muttasil, adil, tsiqah (cerdas) dan terpercaya. Bahkan Imam Bukhori mensyaratkan muttasil fizaman (hidup dalam waktu yang sama) dan muttasil fil makan (berada di tempat kejadian). 

"Dari segi bobot makna hadits adalah ilmu yang membahas apakah hadits ini mutawatir, masyhur, aziz atau ahad. Ilmu ini ada dalam kitab musthalah hadits," ungkapnya.

Dengan keluasaan ilmu dalam Islam, alumni Universitas Ummul Qura ini menyayangkan masih banyak orang Islam tidak percaya diri dengan kehebatan Islam. Terutama kaum pesantren yang setiap hari mengkaji ilmu ushul fiqih dan musthalah hadits.

"Ini harus kita banggakan, betul-betul kita pahami dan kita jaga. Harus percaya diri dengan hal ini. Saya berpesan, walaupun pesantren sekarang maju-maju, tapi jangan meninggalkan pelajaran ushul fiqih. Kaji ilmu ini dalam kitab yang lebih rendahan namanya Lataiful Isyarah, naik lagi ada kita Ghoyatul Ushul lalu Kitab Jam'ul Jawami," tandas Kiai Said.

Hadir juga dalam haul ini Rais 'Aam PBNU KH Miftahul Akhyar, Wakil Pengasuh Pesantren Tebuireng KH Abdul Hakim Mahfudz, dan KH Agoes Ali Masyhuri. Ikut hadir serta Ketua DPRD Jawa Timur Halim Iskandar dan Wakil Ketua MPR RI Muhaimin Iskandar serta ribuan santri dan  jamaah. (nuo

 

 

 

Tags