Warisan Fiqih Gus Dur Meneladani Perjanjian Hudaibiyah Rasulullah SAW

 
Warisan Fiqih Gus Dur Meneladani Perjanjian Hudaibiyah Rasulullah SAW
Sumber Gambar: Pinterest/MAHA DEWO, Ilustrasi: laduni.ID

Laduni.ID, Jakarta – Di tengah hiruk pikuk pergolakan politik yang pernah menerpa bangsa, nama KH. Abdurrahman Wahid, atau Gus Dur, tetap terukir sebagai sosok yang mengedepankan perdamaian. Bagi seorang santri dan pengagum fiqih seperti KH. Bahauddin Nursalim (Gus Baha), momen pelengseran Gus Dur dari kursi presiden justru menjadi puncak kekagumannya. Bukan karena kekuasaan yang hilang, melainkan karena keberhasilan Gus Dur dalam mengelola konflik tanpa menumpahkan setetes pun darah.

Dalam sebuah forum yang dihadiri para tokoh dan santri, Gus Baha dengan penuh kekaguman menuturkan perspektif fiqihnya terhadap peristiwa tersebut. "Saya akan mengagumi Gus Dur dari segi fiqih ketika Gus Dur dilengserkan dari Presiden. Yang paling saya kenang dan para ulama seluruh Indonesia, mungkin seluruh dunia, mengenang adalah keberhasilan Gus Dur mengelola konflik itu tidak ada pertumpahan darah," ungkap Gus Baha.

Lebih lanjut, murid dari KH. Maimun Zubair ini menjelaskan bahwa tindakan Gus Dur tersebut sejalan dengan prinsip utama dalam Islam, yaitu sebisa mungkin menghindari pertumpahan darah, apalagi hanya demi mempertahankan kekuasaan duniawi. Gus Baha mengutip bagaimana Rasulullah SAW bahkan rela menerima perjanjian Sulhul Hudaibiyah yang secara lahir merugikan umat Islam demi mencegah konflik berdarah.

  • Baca Juga:

UNTUK DAPAT MEMBACA ARTIKEL INI SILAKAN LOGIN TERLEBIH DULU. KLIK LOGIN