Magelang Bumi Para Wali: Mbah Mangli dan Mbah Jogo Rekso

 
Magelang Bumi Para Wali: Mbah Mangli dan Mbah Jogo Rekso

LADUNI.ID, Jakarta - Sekembali dari ngeromli mengais berkah di acara Munas NU Banjar Jabar kendaraan yang saya tumpangi menuju Surabaya adu kesaktian dengan truk tronton di Kebumen Jum'at lalu. Dan ternyata saya belum sakti amat, terpaksa saya harus melakukan ritual pemulihkan kesaktian di rumah kelahiran saya di Magelang dulu selama seminggu. Alhamdulillah berkah sentuhan tangan sakti simbok saya, sekarang sudah mulai pulih meski tetap belum sakti banget.

Dalam masa ritual itu mata saya tertuju pada jajaran kitab kuning kuno di almari buku di rumah. Ada puluhan kitab kuning peninggalan kakek yang pernah nyantri di Ponpes Termas Pacitan dan juga kitab bapak saat di Lirboyo. Karena khawatir kitab rusak atau dimakan rayap, saya turunkan satu persatu sembari saya bersihkan, yang covernya sudah rusak saya sendirikan untuk saya bawa ke Surabaya untuk saya jilid ulang agar lebih kuat.

Di antara tumpukan itu terlihat kitab "Majmu' Muhimmatil Mutun", kitab lumayan tebal sekitar 870-an halaman, berisi kumpulan 66 kitab matan dari 14 fan ilmu mulai Tauhid, Mantiq, Balaghoh, Tajwid, Ushul fiqh, Falaq, Jadal, Mustolah Hadis dll. Terbitan Mustofa Al-Baby al-Halabi mesir tahun 1949 M.

Kitab ini mengingatkan kisah bapak saya (bapak Ridwan Sholeh, Allahu yarhamhu) saat sowan Mbah Mangli yang bernama asli KH. Hasan Asy'ari, mursyid thariqah qodiriyah wan naqsabandiyah dan ulama yang masyhur kewaliannya. Saya masih ingat mungkin sekitar 25 tahun lalu bapak bercerita tentang sowan beliau kepada Mbah Mangli di ndalemnya di dusun Mangli, Ngablak Magelang. Menurut penuturan banyak orang tidak semua tamu ditemui oleh Mbah Mangli, hanya orang tertentu saja yang ditemui. Konon beliau sudah tahu apa yang diinginkan si tamu, sehingga ada yang hanya ditemui santri/khodim dan keinginannya disampaikan lewat khodim tersebut, juga ada yang tidak ditemui sama sekali.

Menurut kisah bapak, beliau berdua dengan seorang teman sowan silaturrahim kepada  Mbah Mangli, namun saat nyampai ndalem Mbah Mangli hanya ayah saya yang dipersilahkan masuk oleh beliau lewat sang khodim. Setelah ditanya apa keperluannya kemudian si khodim menemui Mbah Mangli di dalam, tidak lama si khodim keluar lagi membawa kitab "majmu' muhimmatil mutun", seraya menyampaikan salam dari Mbah Mangli dan beliau memberikan kitab tersebut kepada bapak. Kenapa kok kitab yang diparingkan kepada bapak, bukan uang atau yang lain ya. Walau a'lam. Saya khusnudhon Mbah Mangli ingin meluberkan berkah ilmunya kepada saya, karena kitab itu sekarang saya bawa dan mulai saya baca, semoga. Amin.

Meski bapak bukan seorang kyai, namun bapak  suka bersilaturahim sowan ke para kyai dan ulama, mungkin bapak berharap anak cucunya kecipratan doa dan berkahnya para kyai yang beliau sowani . Saya juga masih ingat saat masih kecil seringkali saya dibonceng sepeda ontel tua oleh bapak sowan kyai yang masih sugeng maupun ke makam para kyai/wali sekitar Magelang.

Selain cerita bapak sowan Mbah Mangli di atas, bapak juga bercerita tentang kisah "tragis" saat sowan Mbah Jogo Rekso, seorang kyai besar dari Gunung Pring, Muntilan. Beliau satu masa dengan Mbah Dalhar Watu Congol. Mbah Jogo seorang kyai yang juga masyhur kewaliannya dan majdub. Sebagaimana Mbah Mangli, Mbah Jogo Rekso juga tidak mudah ditemui saat disowani, bahkan ada yang diusir, dimarahi, hingga dipukul.

Sebagaimana cerita Gus Miek (KH. Hamim Jazuli, Ploso) yang saat sowan Mbah Jogo, beliau tiga kali dipukul wajahnya oleh Mbah Jogo. Bapak saya juga merasakan hal yang sama, sowan ditemui namun wajah mendapat berkah bogem dari Mbah Jogo hingga lebam. Setelah dipukul, Mbah Nyai Jogo Rekso memanggil bapak untuk masuk ndalem untuk dahar makanan. Apa rahasia di balik pukulan Mbah Jogo. Wallahu a'lam. Namun bapak pernah cerita kepada saya jika beliau mimpi Mbah Jogo Rekso meniup mbuh-mbunan saya saat masih bayi. Semoga saja tiupan itu adalah doa baik dan berkah untuk saya, amin.

Semoga doa dan keberkahan Mbah Mangli, Mbah Jogo Rekso, Mbah Dalhar, dan para aulia' senantiasa lumeber mengiringi kehidupan kita. Amin. Lahumul fatimah.


Artikel ini ditulis oleh Fathul Q.