Ini 6 Cara Menanamkan Pikiran Optimis pada Anak

 
Ini 6 Cara Menanamkan Pikiran Optimis pada Anak

LADUNI.ID, Jakarta – Sikap optimis pada anak tergantung dari pola asuh  dan kebiasaan orang tua. Sikap optimis dapat mempengaruhi mental dan berdampak pada kesehatan anak. Kebanyakan orang tua masih bingung bagaimana menanamkan sikap optimis pada anak.

Dikutip dari tabloid Nakita, ada 6 tips yang yang dapat dipraktikkan oleh orang tua dalam mendidik anak agar memiliki sikap optimis.

1. Berhenti Mengeluh.

Jangan pernah mengeluh di depan anak tentang masalah keuangan maupun pekerjaan. Hal ini akan membuat anak akan belajar untuk melakukan hal yang sama. Jangan hanya terfokus pada pikiran negatif dan frustrasi dalam mengajarkan perilaku dan moral positif bagi anak. Cobalah berbicara kepada anak tentang hal-hal yang seru, menyenangkan ataupun hal buruk yang terjadi selama satu hari ini. Hindari kebiasaan menggerutu. Tujuannya adalah untuk fokus pada hal-hal yang positif saja.

2. Memiliki Harapan Tinggi.

Anak-anak tidak akan dapat mengembangkan sikap optimis sendiri tanpa diberi kesempatan untuk membuktikan jati dirinya. "Percayakan anak-anak untuk menyelesaikan tugas yang membuat mereka merasa mampu," tulis Tamar Chansky, Ph.D., seorang psikolog anak dan penulis Freeing Your Child From Negative Thinking.

Tugas-tugas yang diberikan harus disesuaikan dengan usia, karena intinya adalah anak-anak dapat berhasil melaksanakannya dengan baik. Seorang anak yang berusia 2 tahun dapat mengambil mainannya, usia 3 tahun bisa meletakkan pakaian kotor di keranjang, usia 4 tahun dapat membawa piring ke wastafel, dan usia 5 tahun dapat mengosongkan keranjang sampah.

3. Mengambil Risiko.

Setiap orangtua pasti selalu berjuang untuk melindungi anak-anak mereka dari perasaan kecewa dan sakit hati atau dalam berbagai situasi. Tapi membatasi kegiatannya menyebabkan rendahnya keterampilan anak, sehingga akan menyebabkan anak kurang percaya diri dan pesimis.

Yang perlu para orang tua lakukan adalah melepaskan kendali, menurut penasihat orangtua Michael Thompson, Ph.D., penulis Homesick and Happy: How Time Away From Parents Can Help a Child Grow. Biarkan anak bermain sendiri di halaman depan atau pergi berjalan-jalan tanpa perlu didampingi Ibu atau pengasuhnya secara langsung, tetapi Ibu atau pengasuhnya bisa mengawasinya dari jauh. Ini akan membuat anak lebih banyak mengeksplor diri.

4. Menunggu Sebelum Bereaksi.

Membatasi insting anak dalam pengendalian diri memiliki peranan yang sangat besar. Ketika anak sedang mencoba untuk menjajaki kata baru atau membutuhkan waktu yang lama untuk menyesuaikan pasel, sangat mudah untuk cepat turun tangan. "Tapi membiarkan anak Anda mencoba untuk memecahkan hal-hal tanpa bantuan Anda akan meningkatkan prestasinya dan juga membuatnya lebih optimis tentang apa yang bisa dia lakukan di masa depan," ucap Dr Reivich.

5. Butuh Perjuangan.

“Untuk mencegah jenis-jenis kesimpulan, coba untuk mengubah perspektif anak Anda,” kata psikolog Andrew Shatte, Ph.D., yang membentuk program pelatihan untuk membantu kekuatan anak-anak melalui tantangan. Untuk membingkai ulang agar pikirannya lebih positif, katakan hal-hal yang membangun semangat dan motivasi kepada anak.

Selain itu, biarkan anak tahu bahwa bukan hanya dia yang mengalami hal buruk, tetapi orang lain pun juga mengalaminya. Butuh perjuangan lebih jika Anda ingin anak membiasakan diri dalam berpikiran dan bersikap optimis.

6. Tetap Menerapkan Kebiasaan Optimis.

Mungkin dalam hal bersosialisasi, anak mengalami kesulitan membuat pertemanan di awal. Untuk itu, Ibu sebaiknya duduk untuk mengobrol dengan anak dari hati ke hati. Selain itu, Ibu dapat membawanya ke taman bermain terdekat dan membiarkan anak naik sepeda di sekitar lingkungan tempat tinggalnya. Dalam beberapa minggu, ia memiliki beberapa pelajaran baru. "Dia tiba-tiba menyadari bahwa hal itu akan berhasil," kata Tracy, "dan ia akhirnya mengajari saya satu atau dua hal tentang menjadi optimis pada anak."

(Sumber: Times Indonesia)