Besarnya Pahala Membahagiakan Anak-Anak, Masih Egokah Orang Tua?

 
Besarnya Pahala Membahagiakan Anak-Anak, Masih Egokah Orang Tua?

ALLAH SWT menciptakan kita sebagai khalifah di muka bumi ini dan dalam perjalanannya untuk meneruskan keturunan dan umat nabi Muhammad SAW menjadi banyak di dunia ini dengan cara membina mahligai rumah tangga.

Setiap kita yang telah berkeluarga dan mempunyai anak merupakan sebuah anugerah dan tidak juga harus berkecil hati kita yang belum di karuniakan si buah hati, itu semuanya ada hikmah tersendiri dan ujian untuk kita.

Anak merupakan amanah dan orang tua sesibuk apapun harus memberikan perhatian penuh kepada sang anak terlebih dia masih kecil.  Lihatlah bagaimana tauladan kita baginda Nabi Muhammad SAw, dalam suatu majelis Rasulullah mengingatkan para sahabat-sahabatnya,

“Hormatilah anak-anakmu dan didiklah mereka. Allah ‘Azza wa Jalla memberi rahmat kepada seseorang yang membantu anaknya sehingga sang anak dapat berbakti kepadanya.” Salah seorang sahabat bertanya, “Ya Rasulullah, bagaimana cara membantu anakku sehingga ia dapat berbakti kepadaku?”

Nabi Menjawab, “Menerima usahanya walaupun kecil, memaafkan kekeliruannya, tidak membebaninya dengan beban yang berat, dan tidak pula memakinya dengan makian yang melukai hatinya.” [HR Abu Daud]

Menyenangkan hati anak-anak kecil ternyata bisa menghapuskan dosa-dosa. Seperti yang terjadi pada sahabat Karim bin Yatim yang terjadi pada zaman Rasulullah SAW.

Bersumber dari Kitab Agung buah karya Syeikh Nawawi Baten yang berjudul "Qam'uith Tughyan", dikisahkan bahwa Sayyidina Ali bin Abi Thalib ra pernah mengantarkan Karim bin Yatim menemui Rasulullah SAW. Rasulullah SAW menyambutnya dengan rasa gembira, akan tetapi setelah duduk dan belum bercerita, Karim tiba-tiba saja menangis sehingga membuat penasaran Baginda Nabi.

"Apa yang telah membuatmu menangis?" tanya Rasul. Karim bin Yatim mengatakan bahwa ia telah melakukan maksiat dan meminta Nabi agar memohonkan ampunan kepada Allah SWT atas dosa-dosa yang telah dilakukan.

Pengakuan Dosa Karim

Sebelum permintaan itu dipenuhi, Rasulullah SAW pun bertanya kepada Karim,
"Maksiat apa yang telah engkau lakukan? "tanya Baginda Nabi.

Karim hanya terdiam dan tidak menjawab langsung pertanyaan Rasulullah SAW. Rupanya ia malu mengakui kemaksiatannya di hadapan Rasul.

"Saya malu mengungkapkan perbuatan maksiat tersebut, ya Rasulullah? "jawab Karim. Kemudian Rasulullah SAW mendesak,"Kenapa harus malu menceritakan di depan saya tentang dosa-dosa yang telah kamu perbuat, sedangkan kepada Allah SWT yang selalu memantau tidak malu? "kata Nabi.

Karim masih terdiam.Bahkan kali ini tangisannya makin menjadi. Air matanya membasahi kedua pipinya. Setelah itu, kemudian Rasulullah SAW meminta kepada Karim untuk segera pergi dari rumahnya.
"Pergilah, sebelum api neraka datang kesini karena ulah dosa-dosamu."

Mendapatkan Teguran Malaikat

Akhirnya Karim pergi meninggalkan rumah Rasulullah SAW sambil menangis dengan perasaan sedih bercampur kecewa. Namun tak lama setelah itu, Malaikat Jibril datang menemui Rasulullah SAW.
"Ya Muhammad, janganlah membuat si tamu yang sudah melakukan maksiat itu menjadi merasa bersedih dan putus asa, karena sesungguhnya si tamu tadi sudah membayar kafarat (denda) atas dosa-dosanya yang besar,"ujar Malaikat Jibril.

"Apa kafaratnya, wahai Jibril? "tannya Rasul.
"Kafaratnya adalah anak kecil,"jawab Malaikat Jibril. Nabi Muhammad SAW masih belum mengerti maksud perkataan Malaikat Jibril, dan meminta Jibril untuk menjelaskannya. 

Malaikat Jibril menjelaskan,
"Ketika tamu yang datang tadi akan tiba di rumahnya, tiba-tiba saja ad seorang anak kecil mencegatnya dan meminta sesuatu untuk dimakan. Akhirnya tamu itu memberikan makanan, lantas anak kecil itu pergi dengan perasaan senang dan bahagia. Itulah kafarat atas dosa-dosa si tamu."

Rasulullah SAW pun sekarang menjadi paham maksud perkataan Malaikat Jibril itu. Beruntunglah kita karena dengan adanya cerita dari Karim ini maka bertambahlah ilmu kita dalam kiat-kiat melebur dosa yang menggunung, yaitu dengan cara membahagiakan anak kecil.

Tentang berbuat baik terhadap anak-anak kecil, Islam mengajarkan kepada umatnya untuk menghormati kepada yang lebih tua dan menyayangi kepada yang lebih muda.

Rasulullah SAW bersabda,

لَيْسَ مِنَّا مَنْ لَمْ يَرْحَمْ صَغِيرَنَا وَيُوَقِّرْ كَبِيرَنَا
"Bukan termasuk dari golongan kami, orang yang tidak menyayangi anak kecil dan menghormati orang tua."
(HR. Tirmizi). Dalam hadist lainnya Rasulullah SAW bersabda:
“Siapa yang memiliki anak, hendaklah ia bermain bersamanya dan menjadi sepertinya. Siapa yang mengembirakan hati anaknya, maka ia bagaikan memerdekakan hamba sahaya. Siapa yang bergurau (bercanda) untuk menyenangkan hati anaknya, maka ia bagaikan menangis karena takut kepada Allah ‘Azza wa Jalla” [HR Abu Daud dan At Tirmidzi)

Beranjak dari kupasan diatas, marilah kita didik anak kita dengan meluangkan waktu walaupun kita sebagai orangtua tua sibuk dengan kegiatan, sisihkan waktu dalam sehari untuk bercengkerama dengan sang anak walaupun sesaat dan ajak dia bermain ataupun dalam seminggu sempatkan waktu untuknya, kita orang tua juga ada kewajiban untuknya, bukan hanya anak kewajiban untuk kita orang tua terlebih ini sibuah hati yang masih kecil sangat membutuhkan kasih sayang dan perhatian demi hari esok yang lebih baik untuknya dan kita orang tua. Masih egokah orang tua? Wallahu Alam Bishawab

***Helmi Abu Bakar El-Langkawi, dikutip dari berbagai sumber