Biografi KH. Muhammad Ilyas Ruhiat, Pengasuh Pesantren Cipasung Tasikmalaya

 
Biografi KH. Muhammad Ilyas Ruhiat, Pengasuh Pesantren Cipasung Tasikmalaya

Daftar Isi:

1.    Riwayat Hidup dan Keluarga
1.1  Lahir
1.2  Riwayat Keluarga
1.3  Wafat

2.    Sanad Ilmu dan Pendidikan
2.1  Pendidikan
2.2  Guru-Guru

3.    Penerus
3.1  Murid-Murid

4.    Perjalanan Hidup dan Dakwah
4.1  Menjadi Pengasuh Pesantren
4.2  Kiprah di Nahdlatul Ulama

5.    Organisasi
6.    Chart Silsilah Sanad Guru dan Murid
6.1  Chart Silsilah Sanad Guru
6.2  Chart Silsilah Sanad Murid

7.    Referensi

1. Riwayat Hidup dan Keluarga

1.1 Lahir
KH. Muhammad Ilyas Ruhiat lahir pada 31 Januari 1934 di Cipasung, Tasikmalaya, Jawa Barat. Beliau putra pasangan KH. Ruhiat dan Nyai Hj. Siti Aisyah

1.2 Riwayat Keluarga
KH. Muhammad Ilyas Ruhiat menikah dengan Nyai Hj. Dedeh Tsamrotul Fuadah, dari pernikahan beliau dikaruniai tiga orang anak di antaranya:

  1. Gus Acep Zamzam Noor,
  2. Neng Ida Nurhalida,
  3. Neng Enung Nursaidah Rahayu.

1.3 Wafat
KH. Muhammad Ilyas Ruhiat wafat pada 18 Desember 2007 di rumahnya, di Cipasung, Tasikmalaya.

2. Sanad Ilmu dan Pendidikan

2.1 Pendidikan
KH. Muhammad Ilyas Ruhiat tak pernah nyantri di pesantren manapun selain dengan ayahnya sendiri. Kepada ayahnya, belajar beberapa kitab klasik seperti Jurumiyah, Alfiyyah, dan masih banyak lagi.

Tak berhenti sampai disitu, kemudian mengambil kursus bahasa asing yaitu bahasa Arab dan bahasa Inggris. Pada umur 9 tahun, sudah menguasai kitab Jurumiyah dan pada usia 15 tahun sudah mampu menghafal dan menguasai kitab Alfiyyah Ibnu Malik. Oleh karenanya, diusia 15 tahun, telah dipercaya menggantikan ayahnya untuk mengajar di Cipasung.

KH. Muhammad Ilyas Ruhiat memulai pendidikannya dengan belajar di HIS Banjar (1940 – 1943), lalu melanjutkan lagi di Madrasah Diniyah Cipasung (1943 – 1946), kemudian di SPI Cipasung (1950 – 1953).

Ketika memasuki sekolah menengah, beliau melanjutkan pendidikannya dengan belajar di Madrasah Aliyah Persamaan (1968). Setelah selesai sekolah menengah, beliau kembali melanjutkan studinya dengan belajar di Universitas Madjapahit Jakarta, lalu di Universitas Islam Syekh Yusuf Jakarta, dan terakhir di Institut Islam Siliwangi Bandung. Namun semuanya tidak sampai tamat. Juga pemah mengikuti kursus kader mubaligh Pesantren Cipasung tahun 1954.

2.2 Guru-Guru

  1. KH. Ruhiat (ayah),
  2. KH. Abdullah Syatori.

3. Penerus

3.1 Murid-Murid

  1. KH. Mawardi Ishaq,
  2. KH. Hasan Syafi'i,
  3. KH. Choer Affandi,
  4. KH. Acep Adang Ruhiat,
  5. KH. Dr. Abun Bunyamin, MA.

4. Perjalanan Hidup dan Dakwah

4.1 Menjadi Pengasuh Pesantren
Pada tahun 1980, KH. Muhammad Ilyas dibaiat oleh ayahnya untuk meneruskan kepemimpinan Pesantren Cipasung.

4.2 Kiprah di Nahdlatul Ulama
Sejak muda KH. Muhammad Ilyas Ruhiat dikenal sebagai kyai yang santun, banyak mengalah dan lebih senang menghindari konfrontasi. Begitu pula ketika memangku jabatan Rais Aam PBNU. Beliau lebih banyak mengalah dari Ketua Umum Tanfidziyah PBNU KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Karena itulah ketika Gus Dur banyak melontarkan gagasan yang banyak dinilai keluar dari budaya NU, nyaris tidak mendapatkan tantangan dari Syuriah.

Di usia senjanya Ajengan KH. Ilyas Ruhiat lebih banyak mencurahkan perhatiannya pada dunia pendidikan. Lebih khusus pendidikan di dalam Pesantren Cipasung, Singaparna, Tasikmalaya yang diasuh beliau.

Selama menjadi Rais Aam, kepribadian KH. Ilyas Ruhiat yang luwes dan bersahaja dalam beberapa hal bahkan terkesan “dingin” punya peran penting untuk mengimbangi sepak terjang Gus Dur yang tengah menjadi sorotan Orde Baru. "Bersama Gus Dur, Ajengan KH. Ilyas menjadi nahkoda NU mengarungi lautan yang ganas dan penuh badai dengan berbekalkan kesamaan dan saling pengertian.

Kata KH. Fuad Hasyim, tokoh NU dari Pesantren Buntet, Cirebon. Keluwesan beliau tampak pada sikapnya yang teguh memegang seruan ‘Kembali ke Khittah 1926’ untuk tidak terjun ke politik praktis. Meski begitu, pada saat bersamaan beliau juga tak keberatan menerima mandat warga Jawa Barat untuk menduduki kursi anggota MPR dari utusan daerah kedudukan yang secara legal formal memang tidak mewakili partai politik.

5. Organisasi dan Karir

  1. Ketua Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) cabang Tasikmalaya tahun 1954,
  2. Rais Aam PBNU era Gus Dur,
  3. Ketua MUI Pusat yang membidangi masalah ukhuwah Islamiyah
  4. Penasihat ICMI,

6. Chart Silsilah Sanad Guru dan Murid

6.1 Sanad Guru
Berikut ini contoh Chart Silsilah guru beliau dapat dilihat selengkapnya melalui: Chart Silsilah Guru beliau

6.2 Sanad Murid
Berikut ini contoh Chart Silsilah Murid beliau dapat dilihat selengkapnya melalui: Chart Murid Murid beliau

7. Referensi
NU Online

Sebelumnya artikel ini diedit pada tanggal 18 Desember 2023, dan diedit kembali dengan penyelarasan bahasa pada tanggal 31 Januari 2024.

 

Lokasi Terkait Beliau

List Lokasi Lainnya