Sang Musafir Ilmu Asal Jambi Menelusuri Gerbang Keberkahan di Tanah Serambi Mekkah

 
Sang Musafir Ilmu Asal Jambi Menelusuri Gerbang Keberkahan di Tanah Serambi Mekkah

LADUNI.ID, TOKOH- Aceh sejak dulunya sudah dikenal di nusantara ini sebagai daerah pertama kali masuknya Islam. Masyarakat Aceh yang Islami dengan banyaknya dayah atau pesantren menjadi basic utama dalam penyebaran dakwah dan tempat melahirkan ulama dan cendekiawan muslim.

Hal ini yang menjadi dorongan kakek Tgk. Riandi Syafri Jambi untuk menempatkan sang cucunya belajar  di tanah Serambi Mekkah, Aceh. Guru sang kakek Tgk Jambi (sapaan masyhur Tgk Riandi Syafri) dulunya pernah belajar di Aceh di Dayah Darussalam Labuhan Haji di bawah asuhan Abuya Muda Way Al-Khalidy. 

Kemasyhuran Aceh dengan Islamnya  menjadi sugesti generasi muda Jambi untuk menuntut ilmu ke Aceh. Bahkan Aceh menjadi sangat populer di kalangan masyarakat Jambi termasuk kakeknya Tgk. Jambi. Kekek berharap cucunya kelak bakal menjadi mercusuar ilmu untuk negeri yang terkenal dengan "Sepucuk Jambi, Sembilan Lurah" itu. 

Bukan hanya itu putra dari pasangan Muhammad Syafri dan Halimah oleh kakeknya juga mampu membangkit ruh Islam yang pernah jaya masa kesultanan dulunya. Akankah harapan itu akan terwujud? Para ulama menyebutkan sebagaimana diungkapkan dalam kitab Ta'limul Muta'allim seseorang yang sangat cinta dan peduli kepada ahli ilmu (santri, ulama), kalau tidak 'alim anaknya, salah seorang keturunannya baik cucu dan seterusnya akan menjadi orang 'alim. Benarkah itu? 

Pendidikan di Jambi
Tgk. Riandi dilahirkan dari keluarga sederhana yang sangat peduli kepada agama. Orang tua beliau Muhammad Syafri dan Halimah saat kelahiran putra keduanya itu, tentunya ada atmosfer yang berbeda yang dialami oleh pasangan tersebut. Tentunya itu menjadi pertanda bayi kedua pasangan tersebut yang di lahirkan di desa Seling, kecamatan Tabir, kabupaten Merangin, Jambi tepatnya 7 Juni 1979 menjadi "bintang" untuk penduduk bumi.

Tgk. Riandi  sejak kecil seperti saudara lainnya yang berjumlah lima saudara itu diterpa di pendidikan dasar di SDN 35 Seling. Setelah selesai tahun 1995, Tgk. Riandi melanjutkan pendidikan di salah satu Pondok Pesantren terkenal di Jambi,  tepatnya  Ponpes Syekh Maulana Qori Titian Teras.

Selama di Ponpes tersebut Tgk Riandi melanjutkan pendidikan MTsS, Ponpes di bawah asuhan KH. Abdussatar Saleh yang belajar di Timur Tengah yang dikenal sebagai ahli hadist dan tafsir yang terkenal bahkan Ustaz Abdussamadpun memuji keilmuan dan kealiman KH. Abdusatar Saleh tersebut yang terkenal tawadhu.

Singkat cerita selama tiga tahun di lembaga pendidikan itu, tepatnya tahun 1998. Tepatnya di pertengahan tahun menjelang era millenium itu Tgk Riandi ingin mewujudkan cita -cita kakek dan orang tuanya, setelah di peusijuek dan meminta izin dengan guru tempat yang pernah menempuh pendidikan akhirnya 7 Mei 1998 pertama kali menginjak tanah aulia negerinya Sultan Iskandar Muda.

Dayah MUDI Samalanga Jatuh Pinangannya 

Era tahun 1998 merupakan puncaknya masa konflik Aceh yang dikenal dengan Daerah Operasi Militer (DOM). Walaupun Aceh daerah konflik tidak luntur semangat Tgk. Riandi (Tgk. Jambi) untuk "berjihad" dan siap menjadi mujahidin untuk agama dan membahagiakan impian kedua orang tua juga terlebih kakeknya.

Mengingat tahun 1998 tidak ada cerita tanpa dentuman senjata, sweping di jalan nasional Medan Banda Aceh tiada pernah sepi belum lagi sepanjang jalan pos militer dengan wajah beringas dan tanpa senyuman, bahkan mayat bergelimpangan pasca tembak menembak antara aparat dan gerakan yang dikenal dengan GAM menjadi fenomena dan hal biasa.

Tgk. Jambi sebagai perantau juga ikut merasakan aura itu dan bukan menjadi halangan dan alasan untuk menjadi "mujahidin" di negeri Serambi Mekkah. Lantas dayah apa yang menjadi pinangannya? Dayah Darussalam Labuhan Haji, Dayah Blang Blahdeh Abu Tumin, Dayah Tanoh Mirah, Dayah MUDI Samalanga atau dayah lainnya? 

Menjatuhkan pilihan menuntut ilmu tentunya harus beristikharah, layaknya kita memilih pasangan hidup kita. Sekian banyaknya pilihan tersebut akhirnya Dayah MUDI Samalanga menjadi pilihan Tgk. Jambi.

Dayah MUDI sebagai medan are mua
safir ilmu mujahidin asal Jambi itu tentunya beribu tantangan dan hambatan harus berjibaku. Kesabaran dan jauh dari orang tua di awal menjadi penghuni "Taman Surga" dayah yang telah melahirkan banyak ulama dan tokoh itu awal cobaan yang berat siapaun dia termasuk Tgk. Jambi.

Menyunting MUDI MESRA (Mesjid Raya) Samalanga banyak indikator dan sampenanya yang tidak mungkin diuraikan secara panjang lebar, intinya itulah takdir Allan untuk sosok Tgk Jambi untuk melabuh dalam samudera ilmu di dayah yang dipimpin Al-Mursyid Abu Syekh H. Hasanoel Basri HG atau akrab disapa Abu MUDI.

***Helmi Abu Bakar Ellangkawi, Pemulung Kutipan yang Tercecer asal Pidie Jaya