Pengabdian Tanpa Batas KH. Hasyim Latif Untuk NU

 
Pengabdian Tanpa Batas KH. Hasyim Latif Untuk NU
Sumber Gambar: Facebook, Ilustrasi: laduni.ID

Laduni.ID, Jakarta - Para aktivis dan pendahulu di Nahdlatul Ulama adalah sosok yang mampu memberikan teladan bagi kalangan generasi muda. Tidak semata kedalaman ilmu yang dimiliki, juga khidmat yang layak menjadi teladan hingga kini.

Hal itu yang mengemuka dari kegiatan bedah buku berjudul NU Penegak Panji Ahlussunnah wal Jamaah karangan KH Hasyim Latif, Rabu. Kegiatan berlangsung di aula Universitas Maarif Hasyim Latif atau Umaha, Sepanjang, Sidoarjo, Jawa Timur.

Menurut salah seorang narasumber bedah buku, KH Ali Maschan Moesa, sosok penulis buku adalah kyai yang mengesankan. “Kyai Hasyim Latif adalah sosok yang mengesankan, dan saya terkesan betul,” kata kyai yang pernah menjadi Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur ini.

Bahkan dalam pandangan guru besar Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya tersebut, Kyai Hasyim Latif bisa mengantarkannya cinta kepada Nahdlatul Ulama. “Beliau itu kyai politik saya yang makin membuat saya cinta NU,” katanya di hadapan peserta bedah buku.

Kyai Ali Maschan kemudian menceritakan bahwa pada tahun 1980-an, sebulan sebelum kewafatan KH. Bisri Syansuri, Rais Aam PBNU, bahwa Kyai Hasyim Latif memanggil dirinya. “Waktu itu saya menjadi Ketua Koordinator Cabang Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Jawa Timur,” kenangnya.

Kyai Hasyim Latif meminta dirinya dan para pengurus PMII agar sowan ke para kyai NU. "Kala itu beliau memberi sangu (uang) kami, dan terakhir sowan kepada Kyai Bisri Syansuri,” ujarnya.

Dalam pandangan Rektor Universitas Islam Kadiri (Uniska) Kediri ini, kyai sebagai sosok yang demikian bermakna, “Tanpa kyai, kita ini tak ada apa-apanya,” ungkapnya.

Sedangkan narasumber kedua, H. Sholeh Hayat menambahkan bahwa penulis buku sebagai sosok dermawan sekaligus teliti. “Dan beliau adalah kyai yang rajin mengarsip dokumen,” jelasnya.

Yang juga menonjol dari pribadi Kyai Hasyim Latif sebagai insan yang teliti, juga dermawan. “Termasuk ahli dalam bidang administrasi,” katanya.

Demikian pula yang melekat pada Kyai Hasyim Latif adalah sendiko dawuh atau senantiasa taat terhadap perintah kyai. Diceritakan bahwa suatu ketika diminta menjadi sekretaris. Lalu Kyai Hasyim Latif berkata, “Ditaruh di mana saja saya akan mengabdi di NU,” ujarnya.

H. Sholeh Hayat sendiri meneruskan ketekunan Kyai Hasyim Latif dalam bidang pengarsipan bahkan lembaga pendidikan yang dikelola saat ini menjadi contoh. “Yayasan Pendidikan Maarif yang didirikan Kyai Hasyim Latif layak menjadi contoh nasional,” akunya.

Sementara itu narasumber berikutnya, Ustadz Yusuf Suharto banyak menceritakan tentang isi buku dan proses penerbitannya. Ia juga menyatakan bahwa Wali Songo berbeda pendekatan.

“Sunan Ampel itu mendidik dengan sistem pesantren. Sunan Giri berdakwah kepada struktural Majapahit, sehingga banyak adipati yang masuk Islam,” tandasnya. Wallahu A’lam. []


Catatan: Tulisan ini telah terbit pada tanggal 2 Mei 2019. Tim Redaksi mengunggah ulang dengan melakukan penyuntingan dan penyelarasan bahasa.
__________________
Editor: Kholaf Al Muntadar