Pesantren Tertua di Sulsel yang Produktif Menulis Hingga Kini

 
Pesantren Tertua di Sulsel yang Produktif Menulis Hingga Kini

LADUNI.ID, Jakarta - Pesantren tertua di Sumatera Bagian Selatan, yaitu Pesantren Nurul Islam Putra-Putri Seribandung yang berlokasi di ujung utara desa Seribandung, kira-kira 60 km dari pusat kota Kabupaten Ogan Ilir, Provinsi Sumatera Selatan. Pendirinya merupakan alumnus Madrasah Shaulatiyah Mekah, Kyai H. Anwar bin H. Kumpul (1903-1959 M.) serta dibantu koleganya Kyai H. Mulkan ibn Thohir.

Meski telah berdiri, awalnya pesantren ini mendapat tekanan dari pihak kolonial, dikarenakan pada 1925 M., dikeluarkannya peraturan ketat terhadap pelaksanaan pendidikan agama Islam, yakni tidak semua kyai diperkenankan memberikan pelajaran agama.

Para kyai juga dicurigai akan membawa reformasi baru di bidang pendidikan politik. Berkat adanya usaha tokoh adat setempat, Pangeran M. Zahier Lubuk Keliat dan dibantu Pangeran Tambang Rambang, Ogan Ilir, keluarlah surat izin dari Kepala Pemerintah Keresidenan (Hoofd van gawestelijk Bestuur/ Residentafdeelingshoofd) dengan Staatblad No. 494 tahun 1932 M., tertanggal 17 September 1931 M., dan diubah menjadi Staatblad No. 372 tahun 1933 M.

Secara resmi, lembaga pendidikan agama ini dibuka pada tanggal 2 Rajab 1351 H./1 Nopember 1932 M., dengan nama Madrasah Nurul Islam, santrinya ketika itu berjumlah 35 orang.

Banyak para ulama yang mengabdikan dirinya di pesantren ini menyusun beberapa disiplin keilmuan, mulai dari disiplin ilmu tata bahasa Arab hingga Tafsir dan Hadis. Tidak kurang dari 11 disiplin ilmu dan 80 karya yang telah ditulis.

Semenjak berdirinya hingga kini, telah dipimpin oleh 5 ulama, yaitu Syaikh H. Anwar ibn H. Kumpul, alumnus Saulatiyah Mekah (1929-1959), Syaikh H. Dumyati ibn Syaikh H. Anwar, alumnus Darussalam Aceh (1959-1996), Syaikh H. Fakhrurrazi ibn Syaikh H. Anwar, alumnus Al-Azhar Cairo (1996-2001), Kyai H. Zumrawi ibn Syaikh H. Anwar (2001-2007), dan Kyai H. Syazali Tidah ibn Syaikh H. Anwar (2007-sekarang).


Artikel ini ditulis oleh Hafidhuddin Z. Abto. Sumber: Turats Ulama Nusantara.