Tiga Indikator untuk Mengukur Kebahagiaan Diri dan Masyarakat

 
Tiga Indikator untuk Mengukur Kebahagiaan Diri dan Masyarakat

LADUNI.ID - Bahagia adalah suatu istilah yang cukup sulit didefinisikan. Terkadang bermuatan unsur yang sangat kompleks, namun beberapa kalangan justru memahaminya sangat sederhana.

Bahagia dan keterkaitannya dengan kemewahan akan menjumpai indikator yang sangat kompleks. Deretan capaian materi seperti deretan nominal saldo dalam rekening, gemerlapnya rumah beserta perabotannya, kendaraan mulus dengan tipe terbaru, semua itu turut menjadi bagian dari kerumitan indikator kebahagiaan.

Sementara pada situasi yang lain, sumringah dan gelak tawa suatu keluarga yang jauh dari kesan mewah juga tidak dapat disisihkan sebagai bagian dari cara orang  berbahagia. Kesederhaan indikator tersebut menggambarkan kebahagiaan yang terlihat berlawanan dengan kerumitan indikator pertama.

Antara yang pertama dan situasi yang kedua di atas, sama-sama menampilkan bentuk kebahagiaan. Keduanya tidak perlu dipertentangkan, tapi justru harus diintegrasikan sebagai suatu keutuhan untuk memahami arti dari istilah bahagia itu sendiri.

Maka dari itu bahagia itu harus memenuhi standar materi dan immateri. Bahagia itu harus memiliki uang yang mendatangkan senyuman bagi pemiliknya. Rumah harus mewah sekaligus manaungi setiap orang yang ada didalamnya dengan kedamaian.

Dari penjelesan sederhana di atas, barangkali kita sebagai pribadi dapat mengukur posisi kita. Apakah berada pada posisi bahagia, pra bahagia atau malah pasca bahagia. Status kebahagiaan kita sebagai pribadi akan menentukan posisi kebahagiaan kita dalam kehidupan bermasyarakat.

Dalam  World  Happiness Report 2019 menempatkan Indonesia di peringkat 92 dari seluruh negara di dunia. Posisi tersebut naik 4 poin dari tahun sebelumnya, dimana puncak tertinggi peringkat Indonesia dalam 5 tahun terakhir berada di posisi 74 pada tahun 2015.

Secara kolektif kondisi kita sebagai Negara tidak terlalu buruk, walaupun juga masih sangat jauh dari posisi ideal, apalagi jika dibandingkan dengan Filnlandia yang menempati peringkat pertama sebagai negara paling berbahagia di dunia.

Indikator World Happiness Report (WHR) lebih detil, tidak hanya sudut pandang umun materi dan immateri. Setidaknya terdapat tiga indikator besar untuk mengukur kebahagiaan masyarakat dunia. Pertama sudut pandang pemerintahan, dengan ruang lingkup politik dan ekonomi. Ruang politik menempati posisi yang sangat menentukan kebahagiaan suatu negara. Dalam ruang demokrasi kemenangan incumbent adalah pilihan politik yang menetapkan bahwa rakyat dalam suatu negara dikatakan bahagia.

Indikator kedua adalah kondisi kemasyarakatan. Dalam ruang kemasyarakatan ini ditentukan oleh kepedulian antar individu. Kepedulian tersebut dianggap poin yang sangat menentukan kebhagiaan maayarakat dalam suatu negara.

Indikator ketiga adalah ruang tekhnologi digital. Dalam penelesan ruang digital ini, dinyatakan bahwa suatu masyarakat yang lebih dominan menghabiskan waktunya di ruang digital dianggap tidak bahagia. Karena ruang digital itu secara tidak langsung dianggap melumpuhkan simpul-simpul kebahagian yang sesungguhnya. Seperti pertemuan antar anggota keluarga sangat dibutuhkan, namun jika halbtersebut  telah diambil alih oleh kedigdayaan tekhnologi, maka kebahagiaan itu cenderung menipis.

Melihat tiga faktor tersebut, kondisi kita secara pribadi dan kolektif memang belum menapaki puncak walau mungkin telah menuju ke puncak. Dalam sudut pemerintahan dengan segala kebijakannya tetap perlu dikawal, sementara dala ruang kemasyarakatan persoalan kepedulian masih sangat minim. Tindakan korupsi satu sisi dapat masuk ruang indikataor ruang pemerintahan walaupun juga dapat dikategorikan di ruang kemsayarakatan. Sementara di ruang digital, mayoritas masyarakat Indonesia banyak menghabiskan waktunya di ruang digital, terlebih juga banyak yang terpapar oleh hoaks. 

Sampai disini, saya kira posisi Indonesia di ranking 92 itu boleh dikatakan layak. Tapi entahlah, bagaimana menurut Anda?. 

*)Ach. Tijani, Imam Masjid Al-Istiqomah Pal 9 Kab. Kubu Raya. Shubuh Ramadhan Hari ke-25 1440

 

 

Tags