Kesalehan Berlebihan Tanda Sedang Menutupi Keburukan

 
Kesalehan Berlebihan Tanda Sedang Menutupi Keburukan

LADUNI.ID, Jakarta - Banyak orang yang berlebihan menampakkan kesalehannya, tetapi sedang kesulitan mencapai keburukan. Sangat Islami, tetapi di balik itu tidak lebih dari orang-orang yang buruk akhlaknya.  

Alkisah, seorang pria yang baru pulang ke Rumah dikejutkan oleh suara tangisan berbicara. Ditanyakan, istri menjawab, "burung-burung di atas pohon itu sering melihatku tanpa hijab dari jendela. Aku takut ini dihitung sebagai maksiat".

Mendengar jawaban itu, bernyanyi terenyuh oleh ketaatan berbicara. Dia cium kening sang istri salehah lalu keluar kamar. Dengan sigap dia ambil kapak lalu dia tebang pohon besar di pekarangannya.

Seminggu setelah itu dia pulang lebih awal. Betapa kagetnya dia mendapati tidur dengan laki-laki lain Hancur hati sang suami. Dia mengambil barang-barang seperlunya lalu pergi mungkin dari kotanya.

Sampailah dia di suatu kota. Khalayak ramai berkumpul di depan istana kerajaan. Dia bertanya kepada salah satu orang di situ. Jawabnya, "harta kerajaan kemalingan".

Tidak jauh dari keramaian itu ada kakek bersurban dan berjubah jalan berjinjit. Hal itu menarik perhatiannya. Dia bertanya lagi kepada orang di situ, "Apa maksudnya berjalan seperti itu?".

Orang di situ menjawab, "dia itu kota syeikh ini. Dia selalu berjalan seperti itu agar tidak sampai menginjak semut atau satwa apapun di bawah perbudakan". Mendengar jawaban itu, sang pria meminta agar segera dihadapkan kepada raja. "Aku sudah menemukan pencurinya", kata sang pria.

Di hadapan raja pria itu, "syeikh mewakili pencuri harta kerajaanmu". Syeikh pun diundang. Setelah terjadi meminta dan persidangan, akhirnya syeikh mengaku melakukannya. Syeikh pun ditangkap dan dijebloskan ke penjara.

Terima kasih kepada sang pria. Kemudian raja bertanya, "bagaimana kau bisa tahu itu syeikh pencurinya?".

Sang pria berkata, "pengalaman hidup telah mengajariku bahwa orang yang berlebih-lebihan dalam menampakkan kesalehan, pasti dia sedang menikmati keburukannya".