Dua Kali Percintaan yang Kandas

 
Dua Kali Percintaan yang Kandas

LADUNI.ID - Abbas Mahmud Al-Aqqad, pemikir dan penulis produktif, terlibat dalam cinta romantic yang penuh lika-liku yang indah dan mengharu biru dengan dua orang perempuan jelita. Kekasih Aqqad yang pertama adalah “Sarah”, seorang perempuan beragama Kristen Lebanon. Aqqad mencintai perempuan cantik itu dengan sungguh-sungguh. Sesudah mengarungi keindahan bersamanya, ia memutuskan cintanya. Ini disebabkan oleh rasa cemburu berat kepadanya. Aqqad mencurigai Sarah menjalin hubungan dengan laki-laki lain. Dan Aqqad patah hati. Sahabat-sahabatnya mengira hubungan mereka berjalan mulus. Tetapi Aqqad mengatakan :

أَنَّ النَّاسَ الَّذِينَ يُشِيرُونَ لِي بِأَصَابِعِهِمْ وَهُمْ لَا يَعْلَمُونَ أَنَّنِي مِنْ أَشْقَى النَّاسِ

“Orang-orang mengacungkan jari-jarinya. Mereka tidak tahu bahwa aku adalah orang yang paling menderita di bumi ini”.

Aqqad setiap hari menulis hari-harinya bersama Sarah dan ia kemudian menuliskannya sebagai novel dengan judul “Sarah”. Para kritikus sastra menilai novel ini sebagai “Ajmal Qashash al-Hubb min al-Syarq wa al-Gharb” (Kisah Cinta terindah dari Timur dan Barat), sebuah kisah cinta membara.
Merasa telah pulih dari patah hati, ia kemudian menjalin hubungan asmara dengan aktris cantik jelita, bernama Hanumah Khalil. Meski usia antara keduanya terpaut cukup jauh. Aqqad berusia 50 tahun dan Hanumah 20 tahun, tetapi ia tak menjadi penghalang bagi cinta mereka. Percintaan mereka berjalan indah selama beberapa tahun. Mereka menjalaninya dengan bahagia. Tetapi lagi-lagi Aqqad harus meninggalkan kekasihnya. Ini terjadi karena sang kekasih berkenalan dengan seorang sutradara terkenal Ahmad Salim. Di tangan sutradara ini, Hanumah menjadi bintang film terkenal dengan nama lain “Madihah Yusri”. Tak lama kemudian Salim menikahinya, dan Aqqad kembali patah hati. Al-Aqqad menulis sebuah karya puisi tentang hubungan ini yang berjudul Cyclones of a Sunset. 
Ada riwayat mengatakan bahwa sebelum dengan dua perempuan di atas, Abbas Mahmud Aqqad sebenarnya telah menjalin hubungan dengan sastrawati sekaligus feminis Mesir terkemuka : May Ziyadah, seorang feminis masyhur. Akan tetapi hubungan antar mereka lebih sebagai persahabatan yang hangat, atau mungkin dapat disebut sebagai percintaan Platonis. Aqqad mengagumi pikiran dan spiritualitas May, demikian juga sebaliknya.

Ada riwayat lain. Teman Aqad bertanya alasan mengapa dia tetap melajang, Ia mengatakan :

اِنِّي لَمْ اَجِدْ الزَّوْجَةَ الْمُنَاسِبَة جَيِّداً وَلَقَدْ اَحْبَبْتُ فِي سِنٍّ مُبَكِّرَة الرَّابعَة عَشَرَةَ وَكَانَ حُبًّا صِبْيَانِيًّا فَقَالَتْ لَهُ يَبْدُو اَنَّ الْحُبَّ كَانَ دَائِماً عِنْدَكَ مِنْ طَرْفٍ وَاحِدٍ فَضَحِكَ الْعَقَّاد وَهُوَ يُرَدِّدُ بَيْتَ بِنْ الْمُلَوِّحْ :جُنِنَّا بِلَيْلَى وَهِيَ جُنَّتْ بِغَيْرِنَا وَاُخْرَى بِنَا مَجْنُونَةٌ لَا نُرِيْدُهَا

“aku tidak menemukan perempuan yang cocok. Pada waktu aku berusia 14 tahun, aku pernah menjalin “cinta monyet” dengan seorang perempuan. Kekasihku itu mengatakan padaku : “Kelihatannya selamanya kau akan mengalami cinta sepihak, bertepuk sebelah tangan”. Lalu Aqad tertawa saja dan membaca puisi cinta Majnun kepada Layla :

“Aku tergila-gila pada Layla. 
Tetapi Layla tergila-gila kepada selain aku.
Perempuan lain menggilai aku, 
tetapi aku tak berhasrat padanya.

Oleh: KH Husein Muhammad