PWNU Kalbar Terima Kunjungan Silaturrahim Pengurus NU Care dan LTN PWNU Bali

 
PWNU Kalbar Terima Kunjungan Silaturrahim Pengurus NU Care dan LTN PWNU Bali

LAduNI.ID, PONTIANAK - Pengurus NU-Care-LAZIZNU dan LTN PWNU Bali menyematkan diri untuk bersilaturrahim bersama puluhan pengurus banom dan lembaga di lingkungan Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Kalimantan Barat, Jumat, 2/8 malam bertempat di sekretariat PWNU Kalbar, Jl Veteran no 6-7.

Hadir dalam pertemuan tersebut, Ketua LTN PWNU Kalbar Dr. Ibrahim, Ketua ISNU Kalbar Dr Yusriadi, Sekretaris LP Maarif Kalbar Didi Darmadi M.Lett, Wakil Ketua LD PWNU Kalbar H.Nur Mufid serta pengurus banom seperti IPNU, PMII dan Ansor.

Dalam sambutannya, Ketua LTN PWNU Kalbar Dr. Ibrahim menyambut baik agenda silaturrahim yang dirangkai dengan Sharing Knowladge ini.

“Dengan kehadiran Ketua NU-Care Laziznu Bali dan Ketua LTN PWNU Bali pada malam hari ini kita berharap dapat berbagi pengetahuan dan pengalaman khususnya dalam pengelolaan NU-Care Laziznu dan LTN” ujarnya.

Dalam paparannya, Eky Rezal selaku Ketua NU-Care-Laziznu Bali menyampaikan bahwa  kehadiran NU Care-Laziznu sangat penting sebagai urat nadi gerakan NU. 

“Tegakkan bendera NU dimanapun anda berada melalui NU-Care Laziznu” ujar pria yang juga bendahara umum PWNU Bali ini.

Ia juga mengajak pengurus PWNU Kalbar untuk bersama-sama mengembangkan NU-care Laziznu di Kalbar.

“Buat gerakan koin sederhana yang melibatkan semua pengurus di semua tingkatan. Dari koin itulah kita dapat membantu pendidikan, kesehatan, ekonomi dan penanggulangan bencana.” ujarnya bersemangat

Narasumber kedua yakni Muhammad Taufik Maulana yang merupakan Ketua LTN PWNU Bali memaparkan mengenai buku yang diterbitkan oleh LTN PwnU Bali yakni “Fikih Muslim Bali”.

“Fikih Muslim Bali  ini hadir sebagai upaya memotret keharmonisan umat Islam dan Hindu di pulau Dewata. Fikih Muslim Berusaha mengksplorasi fikih demi membentengi landasan berpikir. Hal ini dilatar belakangi oleh maraknya kelompok-kelompok yang berusaha menggaungkan gagasan kembali kepada al-Qur’an Sunnah” ujar Alumni Ma’had ALy Sukorejo Situbondo ini.

Ia juga mengungkapkan bahwa orang-orang yang kembali kepada al-Qur’an dan Sunnah itu sebenarnya juga menggunakan istilah yang digunakan oleh para ulama.

“Contohnya adalah soal wajibnuya Shalat itu adalah istilah ulama yang digali oleh para ulama. Jadi tidak mungkin orang yang mengaku kembali kepada al-Quran dan Sunnah bisa mengerti tentang tata cara shalat” ujarnya  

Kehadiran fikih Muslim Bali ini juga berusaha untuk membumikan fikih di tenagh-tenagh komunitas Bali yang non-Muslim.  Fikih diharapkan tidak hanya bermanfaat bagi Muslim saja tetapi juga Non-Muslim. Maka dari itu dalam buku ini, ada setidaknya 20 masalah kehidupan masyarakat Bali yang kemudian disikapi dengan pandangan para ulama fikih.

Menurutnya, fikih memiliki dimensi kelembutan yang asyik. Hal ini karena fikih dapat menyesuaikan dengan situasi dan kondisi. 

“Oleh karena itu, Tujuan fikih Muslim Bali adalah sebagai rujukan hukum untuk menjalin hubungan harmonis antarumat beragama. “ ujar pria yang juga Dosen di STAI Denpasar ini

Diskusi pun berlangsung dengan cukup antusias dan diakhiri dengan sesi tanya jawab dari peserta diskusi (Fauzi)