Rais Aam PBNU: Meninggalnya Orang Alim adalah Meninggalnya Alam

 
Rais Aam PBNU: Meninggalnya Orang Alim adalah Meninggalnya Alam

LADUNI.ID, Jakarta - Kiai Miftachul Akhyar yang kini Rais Aam PBNU mengatakan bahwa meninggalkan orang alim adalah juga menjadi tanda meninggalnya alam. Menurut Kiai Miftah (panggilan takdzim Kiai Miftachul Akhyar), orang alim adalah mereka yang memang memiliki penguasaan di bidang ilmu agama.

Dalam sebuah riwayat, Kiai Miftah menyebutkan bahwa ketika ulama atau orang alim sudah tidak ada, maka tidak akan ada yang bisa menunjukkan ke jalan yang benar. Mereka akan hidup dalam keadaan tidak mengenal tatakrama.

“Siapa yang menunjukkan benar salah, tatakrama hidup. Kalau tidak ada ulama, tak ada bedanya dengan hewan,” terang Kiai Miftah di Gedung PBNU, Jakarta.

Selain itu Kiai Miftah juga mengatakan bahwa sebetulnya, alim dalam ilmu agama dan umum tidak seharusnya ada dikotomi. Seharusnya orang alim ilmu agama itu mengerti ilmu umum.

“Ilmu umum itu hasil dari peneleaahan terhadap ayat-ayat kauniyah, kejadian alam, ada gempa, gerhana, hujan, semuanya itu ilmu. Hanya orang membedakan disebut umum karena rasulullah tidak membawanya secara ditetapkan sebagai salah syariat, ahkamus syar’i,” jelasnya.

Hal senada juga disampaikan oleh Rais Syuriyah PBNU KH Ahmad Ishomuddin. Menurutnya, bahwa setelah para nabi dan rasul tidak ada, mereka digantikan warasatul anbiya atau ahli warisnya, yakni para ulama. Para ulama tidak hanya menjadi ahli waris ilmunya, tetapi juga akhlaknya.

“Jadi, wafatnya ulama membawa serta ilmu yang dimilikinya. Belum tentu ulama yang sangat hebat seperti Kiai Haji Maimoen Zubair digantikan oleh orang-orang yang setara dengannya di kemudian hari. Belum tentu. Tetapi mungkin juga muncul ulama-ulama yang barangkali di sisi-sisi yang lain memiliki kehebatan ilmu misalnya, amal dan karena itu kita tidak boleh pesimis,” jelasanya.

Ia menjelaskan, ungkapan mautul ‘alim mautul alam itu mengibaratkan bahwa ilmu adalah cahaya di alam semesta ini yang menerangi orang dari kegelapan kepada alam yang terang-benderang. Ketika tidak ada ilmu dengan kematiannya orang alim, terjadilah kegelapan.

“Itu yang dimaksud mautul 'alim, mautul alam,” katanya lagi, seperti dilansir dari laman NU Online, Kamis (8/8) lalu.

Oleh karena itu, lanjut kiai asal Lampung ini, semua pihak harus memberikan kepada lembaga pendidikan, terutama pesantren agar tetap muncul orang-orang alim. Bahkan kualitasnya harus ditingkatkan.