Kajian Kitab Hikam Pasal 14, 'Semesta Terang Benderang Karena Pantulan Nur Allah'

 
Kajian Kitab Hikam Pasal 14, 'Semesta Terang Benderang Karena Pantulan Nur Allah'

LADUNI.ID, Jakarta - Kajian Kitab Al-Hikam Pasal 14, 'Semesta Terang Benderang Karena Pantulan Nur Allah'

Oleh: Asy-Syaikh Al-Habib Shohibul Faroji Azmatkhan

Asy-Syaikh Ahmad Ibnu Muhammad Ibnu Atho'illah As-Sakandari dalam Kitab Al-Hikam, pasal 14, berkata:

الكَونُ كلُّهُ ظُلمة ٌ واِنّمَا اَناَرَهُ ظُهُورُالحَقِّ فيه فمن رأى الكَوْنَ ولم يَشْهَدْهُ فيهِ اوعِندهُ اوقَبْله اوبَعْدهُ فقد اَعوزَهُ وجودُ الانوَرِ وحُجِبتْ عَنه شموس المعارفِ بِسُحُبِ الاثارِ

"Semesta itu semuanya dalam kegelapan, sedangkan yang meneranginya, hanya karena dhohirnya Al-Haq [Allah] padanya, maka siapasaja yang melihat alam semesta, lalu tidak melihat Allah di dalamnya, atau di dekatnya, atau sebelumnya, atau sesudahnya, maka sungguh ia telah disilaukan oleh Nur [Cahaya] Allah, dan tertutup baginya surya [Nur-Cahaya] Ma'rifatullah oleh tebalnya benda-benda semesta ini."

Penjelasan (Syarah)
Arti dari Alam semesta adalah pada awalnya tidak ada dan gelap-gulita, sedang yang menampakkannya sehingga berupa kenyataan, hanya kekuasaan Allah padanya, karena itu siapa saja yang melihat sesuatu benda di alam ini, lalu tidak terlihat olehnya kebesaran dan kekuasaan Allah yang ada pada benda itu, sebelum atau sesudahnya, berarti ia telah disilaukan oleh Cahaya Dzat Allah. Bagaikan ia melihat cahaya yang terang benderang, lalu ia mengira tidak ada bola lampu yang menimbulkan cahaya itu. Maka semua seisi alam ini bagaikan cahaya, sedang 'Cahaya yang Hakiki' yang terlihat itu adalah semata-mata Cahaya Dzat Allah Subhanahu Wata'ala.

Arti melihat Allah di dalam 'Al-Kaun' (alam semesta) yaitu: Segala sesuatu yang ada ini berjalan menurut hukum Allah, jadi hatinya hamba ketika melihat alam semesta, langsung dia mengetahui bahwa hanya Allah yang membuat dan menciptakan. 'Allah Khooliqu Kulli Syai' (Allah-lah yang menciptakan segala sesuatu). Tidak melihat sebab-musababnya.

Arti Melihat Allah di dekat 'Al-Kaun' (alam semesta), yaitu: Sadar kalau Allah-lah yang mengurusi dan mengatur semuanya sesuai dengan kehendakNya, dengan kesadaran yang seperti ini hati akan terdorong untuk selalu muroqobah dengan rasa syukur dan selalu berusaha melaksanakan kewajiban dari Allah, dan akhirnya akan hilang kesenangan-kesenangan nafsu.

Arti Melihat Allah sebelum 'Al-Kaun' (alam semesta) sebelum sesuatu diwujudkan, yaitu: Keinginan manusia atau makhluk tidak akan terjadi tanpa dikehendaki oleh Allah. Dengan kesadaran seperti ini hati bisa bertawakkal (menyerahkan semua pada Allah atas apa yang di inginkan. Karena yaqin semua yang wujud itu pasti Allah yang mewujudkan.

Arti Melihat Allah sesudah 'Al-Kaun' (alam semesta) yaitu: Hamba Allah harus menyadari bahwa semua keberhasilan atau kegagalan amal usaha atau ikhtiar manusia itu karena Hak Allah yang menentukan nya, jika Allah menghendaki berhasil maka akan berhasil, jika Allah menghendaki gagal, maka akan gagal.

Kesimpulan,
Alam semesta hakikatnya adalah makhluk. Semua makhluk Allah pada awalnya adalah gelap gulita. Dan hanya karena Pantulan dan Percikan Nur Allah, Semesta menjadi bercahaya.

Referensi, Asy-Syaikh Ahmad Ibnu Muhammad Ibnu Atho'illah As-Sakandari, Kitab Al-Hikam, pasal 14. (*)