Inilah Alasan Kenapa Rasul tidak Diutus di Indonesia

 
Inilah Alasan Kenapa Rasul tidak Diutus di Indonesia

LADUNI.ID, Jakata - "Kalian kenal Syekh Maimun Zubair?" tanya Maulana Syekh Fathi Hijazi hafizhahullah di sela-sela mentahnik Zainab pada Ahad sore, 25 Agustus 2019/ 24 Dzulhijjah 1440 H, 1 jam sebelum khataman pengajian Asy-Syamail al-Muhammadiyah dimulai.

Kami jawab bahwa kami belum pernah jumpa, hanya mendengar tentang beliau. Lalu Maulana Syekh Fathi Hijazi pun cerita kalau nanti kita akan mengadakan khataman al-Qur'an untuk Beliau rahimahullah seusai pengajian.

Di sambutan acara khataman, Beliau menyampaikan bahwa semua orang Indonesia yang Beliau jumpai mengenal Syekh Maimun Zubair, kalaupun tidak; berarti dia pernah mendengar tentang Syekh Maimun.

Maulana Syekh Fathi sangat terkesan dengan kepribadian ilmiah dan adab kepada Syekh Maimun.

Beliau menceritakan kesan pertama jumpa dalam kunjungan Beliau di Indonesia, saat itu Syekh Maimun yang Beliau dengar berusia lebih 90 tahun tetap memaksa mendatangi Beliau ke pondok yang Beliau singgahi, padahal Syekh Fathi sendiri sudah mengatakan, "aku lah yang semestinya mendatangi Syekh Maimun karena di hadits: "bukan dari golongan kita orang yang tidak menghormati orang tua."

Tapi Syekh Maimun tetap datang dengan alasan hadits juga: "barang siapa mencintai Allah dan Rasul-Nya, maka hendaklah memuliakan tamu."

Di ruangan pondok, Syekh Maimun duduk di lantai bersimpuh menunggu kedatangan Syekh Fathi yang berada di ruangan lain.

Begitu Syekh Fathi masuk, Beliau pun mau duduk mendatangi Syekh Maimun yang sedang memaksa diri Beliau untuk berdiri.

Itulah adab...!

Syekh Maimun bertanya tentang berapa lama Syekh Fathi mulazamah dengan Syekh al-Kurdi. Syekh Fathi mengatakan 30 tahun.

"Wah, anda lebih lama dari saya," kata Syekh Maimun penuh takjub.

"Aku kan sama-sama di Mesir, jadi itu wajar. Dan lagi kehebatan bukan dengan ukuran lama seseorang mulazamah, tapi dengan madad, boleh jadi satu kali ketemu membuat seseorang lebih utama dari yang bertahun-tahun dengan seorang Syekh," jawab Syekh Fathi.

Syekh Fathi juga sempat cerita di sambutan itu bahwa Syekh al-Kurdi rahimahullah memberi semua ijazah/sanad thareqat dll untuk Syekh Maimun saat pertama kali Syekh al-Kurdi melihat Syekh Maimun.

Syekh Fathi menceritakan bahwa pada hari itu diadakan pengajian. Syekh Maimun pun berbicara, Syekh Fathi mengira: "paling hanya 10 menit."

Ternyata kata Syekh Fathi: "Syekh Maimun menyampaikan selama 1 jam kurang 10 menit”.

Itulah mereka:

(مِّنَ ٱلۡمُؤۡمِنِینَ رِجَالࣱ صَدَقُوا۟ مَا عَـٰهَدُوا۟ ٱللَّهَ عَلَیۡهِۖ)

Artinya: “Dari orang-orang beriman, ada kaum yang menepati apa yang mereka janjikan pada Allah (QS. Al-Ahzab ayat 23)

Mereka terus jihad dan berjuang dalam mendidik umat.

Aku lihat Syekh Maimun berbicara bagai seseorang di usia 20-an. Tidak lupa Syekh Fathi menyampaikan kekaguman Beliau dengan adab pelajar Asia Tenggara. Sampai Beliau mengungkapkannya pada Syekh Thoha Abu Kurisyah rahimahullah.

"Lihat gaya mereka berjabat tangan saja beda dengan orang Arab dan Mesir, bagaimana menurut anda?".

Syekh Thoha menjawab: "Makanya tidak ada Rasul yang diutus pada mereka karena kepribadian mereka sudah baik, dengan para guru untuk mengajari agama juga sudah cukup. Beda dengan Arab yang hidup dengan berbagai pertumpahan darah, makanya tidak cukup untuk mengajari mereka kecuali Rasulullah SAW langsung."

Jadi, kata Syekh Fathi, ketokohan Syekh Maimun sudah lebih dari cukup untuk mempersatukan bangsa Indonesia. Beliau dihormati semua kalangan, bahkan presiden Indonesia saja menghubungi Beliau di setiap permasalahan sulit yang ditemui. Syekh Maimun pun menasehati. Sang presiden pun mengikuti nasehat, karena sang presiden adalah murid Beliau.

Semoga keberkahan Maulana Syekh Fathi Hijazi, Maulana Syekh Maimun Zubair dan semua masyayikh; selalu bersama kita di dunia dan akhirat. Aamiin ya Allah…

(Sumber: Hilma Rosyida)