Biografi Habib Hasan Bin Ahmad Baharun

 
Biografi Habib Hasan Bin Ahmad Baharun

Daftar Isi

1          Riwayat Hidup dan Keluarga
1.1       Lahir
1.2       Riwayat Keluarga
1.3       Wafat

2          Sanad Ilmu dan Pendidikan Beliau
2.1       Mengembara Menuntut Ilmu
2.2       Guru-guru Beliau
2.3       Mendirikan dan Mengasuh Pesantren

3          Penerus Beliau
3.1       Anak-anak Beliau
3.2       Murid-murid Beliau

4          Karier
4.1       Karier Beliau
4.2       Karya Beliau

5          Perjalanan dan Konsep Dakwah

6          Chart Silsilah
6.1       Chart Silsilah Sanad

7         Referensi

1 Riwayat Hidup dan Keluarga

1.1  Lahir
Habib Hasan Baharun lahir di Sumenep pada tanggal 11 Juni 1934 dan merupakan putra pertama dari empat bersaudara dari Al Habib Ahmad bin Husein dengan Fathmah binti Ahmad Bachabazy.

1.2  Riwayat Keluarga
Beliau menikah dengan Syarifah Khodijah binti Muhammad Al-Hinduan, buah dari penikahan beliau dikaruniai 6 orang putra dan 2 orang putri, mereka adalah:

  1. Hb. Hamzah Baharun, domisili di Bali.
  2. Syarifah Lina Baharun, domisili di Bali.
  3. Hb. Muhammad Shodiq Baharun (Alumni Darul Mustofa Tarim), domisili di Sumenep.
  4. Hb. Ali Zainal Abidin Baharun (Alumni Sayyid Muhammad Al Maliki Makkah), menjadi Ketua Yayasan dan Pengasuh Pondok Pesantren Darullughah Wadda’wah.
  5. Hb. Segaf Baharun (Alumni Habib Zen Bin Sumaith Madinah), menjadi Rektor Institut Agama Islam Darullughah Wadda’wah dan membantu Ustadzah Khodijah Al Hinduan dalam membina Pondok Pesantren Darullughah Wadda’wah Putri.
  6. Hb. Ali Baharun (Alumni Habib Zen Bin Sumaith Madinah), membina Pondok Pesantren Darullughah Wadda’wah II dan III yang berada di Desa Pandean Kecamatan Rembang Pasuruan
  7. Hb. Husin Baharun (Alumni Habib Salim Asy Syatiri Yaman), membantu Hb. Ali Baharun dalam membina Pondok Pesantren Darullughah Wadda’wah II dan III yang berada di Desa Pandean Kecamatan Rembang Pasuruan
  8. Syarifah Ruqoyyah Baharun, wakil Pengasuh Pondok Pesantren Putri Darullughah Wadda’wah (Ustadzah Khodijah Al Hinduan), diantara peran Beliau: a. membentuk pengurus manthiqaoh untuk memudahkan pengawasan ketertiban, kebersihan dan kedisiplinan santriwati
    b. selalu mengarahkan dan mengingatkan santri agar mengikuti dan mentaati peraturan
    c. aktif mengajak para pengurus dan pengajar pondok putri untuk memikirkan perkembangan pesantren melalui ijtima’ dan diskusi antar pengurus
    d. senantiasa memperhatikan kesejahteraan guru-guru
    e. berusaha melalukan penggalangan dana untuk pengembangan pondok putri
    f. membantu dan mewakili pengasuh putri dalam pengurusan perizinan santri.

1.3  Wafat
Pada tanggal 23 Mei 1999 M bertepatan tanggal 8 Shafar 1420 H beliau pulang ke rahmatullah, saat itu ribuan orang datang berduyun-duyun untuk mensholatinya yang dipimpin oleh Habib Anis bin Alwi al-Habsyi dari Solo.

2  Sanad Ilmu dan Pendidikan Beliau

2.1   Mengembara Menuntut Ilmu
Pendidikan agama selain diperoleh dari bimbingan kedua orang tuanya dia dapatkan juga dari Madrasah Makarimul Akhlaq Sumenep dan dari kakeknya yang dikenal sebagai ulama besar dan disegani di Kabupaten Sumenep yaitu Ustadz Achmad bin Muhammad Bachabazy. Setelah kakeknya meninggal dunia beliau menimba ilmu agama dari paman-pamannya sendiri yaitu Ust. Usman bin Ahmad Bachabazy dan Ust. Umar bin Ahmad Bachabazy.

Semangat belajar Ust. Hasan Baharun sejak kecil memang dikenal rajin dan ulet, bahkan apabila bulan Ramadhan tiba beliau belajar semalam suntuk, mulai sehabis tadarrus quran sampai menjelang shubuh. Beliau belajar dan mendalami ilmu-ilmu agama khususnya ilmu fiqih serta menjadi murid kesayangan Al-Faqih Al-Habib Umar Ba’aqil Surabaya.

Disamping pendidikan agama beliau juga menuntut pendidikan ilmu umum mulai dari Sekolah Rakyat (SR/setingkat SD), Pendidikan Guru Agama (PGA) 6 tahun dan hanya sampai di kelas 4 karena pindah dan melanjutkan ke SMEA di Surabaya.

2.2  Guru-guru Beliau
Guru-guru beliau saat menuntut ilmu, di antaranya:
1. Al Habib Ahmad
2. Ustadz Achmad bin Muhammad Bachabazy
3. Ust. Umar bin Ahmad Bachabazy
4. Al-Faqih Al-Habib Umar Ba’aqil

2.3  Mendirikan dan Mengasuh Pesantren
Ma’had ini didirikan pada tahun 1981 di Bangil dengan menempati sebuah rumah kontrakan. Dengan penuh ketelatenan dan kesabaran Ust. Hasan Baharun mengasuh dan mendidik para santri beliau yang dibantu oleh ust. Ahmad bin Husin Assegaf, sehingga beliau mendapat kepercayaan dari masyarakat dan dalam waktu yang relative singkat jumlah santri berkembang dengan pesat.

Selain membina santri putra, pada tahun 1983 pondok ini menerima santri putri yang berjumlah 16 orang yang bertempat di daerah yang sama. Dan pada tahun 1984 tempat pemondokan santri menempati sampai sebanyak 13 rumah kontrakan.

Dengan jumlah santri yang terus berkembang serta tempat (rumah sewa) tidak dapat menampung jumlah santri, maka pada tahun 1985 Atas petunjuk Musyrif Ma’had Darullughah Wadda’wah Abuya Sayyid Muhammad Bin Alwi Al-Maliki Al-Hasani Mekkah, Pondok Pesantren Darullughah Wadda’wah dipindah ke ke sebuah desa yang masih jarang penduduknya dan belum ada sarana listrik, tepatnya di Desa Raci, Kecamatan Bangil. Jumlah santri pada waktu itu sebanyak 186 orang santri yang terdiri dari 142 orang santri putra dan 48 orang santri putri.

Setelah Ustadz Hasan bin Ahmad Baharun wafat pada 8 Shafar 1420 H atau 23 Mei 1999, pondok ini kemudian diasuh oleh salah satu anaknya, yakni Habib Zain bin Hasan bin Ahmad Baharun yang merupakan murid asuhan Almarhum Abuya Habib Muhammad bin ‘Alawi bin ‘Abbas al-Maliki.

Hingga saat ini lahan yang ada telah mencapai kurang lebih 4 Ha dan telah hampir terisi penuh oleh bangunan sarana pendidikan dan asrama santri dengan jumlah santri sekitar 1500 yang berasal dari 30 propinsi di Indonesia, negara-negara Asia Tenggara dan Saudi Arabia. Santri-santri dibina oleh tidak kurang 100 orang guru dengan lulusan/alumni dalam dan luar negeri. Ditambah dengan pembantu yang diikutkan belajar sebanyak sekitar 95 orang.

3  Penerus Beliau            

3.1  Anak-anak Beliau
Anak-anak beliau yang menjadi penerus perjuangan keulamaan di antaranya:

  1. Hb. Hamzah Baharun, domisili di Bali.
  2. Syarifah Lina Baharun, domisili di Bali.
  3. Hb. Muhammad Shodiq Baharun (Alumni Darul Mustofa Tarim), domisili di Sumenep.
  4. Hb. Ali Zainal Abidin Baharun (Alumni Sayyid Muhammad Al Maliki Makkah), menjadi Ketua Yayasan dan Pengasuh Pondok Pesantren Darullughah Wadda’wah.
  5. Hb. Segaf Baharun (Alumni Habib Zen Bin Sumaith Madinah), menjadi Rektor Institut Agama Islam Darullughah Wadda’wah dan membantu Ustadzah Khodijah Al Hinduan dalam membina Pondok Pesantren Darullughah Wadda’wah Putri.
  6. Hb. Ali Baharun (Alumni Habib Zen Bin Sumaith Madinah), membina Pondok Pesantren Darullughah Wadda’wah II dan III yang berada di Desa Pandean Kecamatan Rembang Pasuruan
  7. Hb. Husin Baharun (Alumni Habib Salim Asy Syatiri Yaman), membantu Hb. Ali Baharun dalam membina Pondok Pesantren Darullughah Wadda’wah II dan III yang berada di Desa Pandean Kecamatan Rembang Pasuruan
  8. Syarifah Ruqoyyah Baharun,

3.2  Murid-murid Beliau
Ulama-ulama yang menjadi murid beliau di antaranya:
1. Sy. Abdul Mutholib Al Qadri
2. Munzirin

4  Karier      

4.1  Riwayat Organisasi
1. Semasa remaja beliau senang berorganisasi baik Remaja Masjid ataupun organisasi lainnya seperti Persatuan Pelajar Islam (PII) bahkan beliau pernah diutus untuk mengikuti Muktamar I PII se-Indonesia yang diselenggarakan di Semarang.
2. Menjabat Ketua Pandu Fatah Al Islam di Sumenep.
3. Beliau aktif pula di partai politik yaitu Partai NU (Nahdlatul Ulama) dan menjadi jurkam yang dikenal berani dan tegas menyampaikan kebenaran.
4. Menjabat sebagai Ketua Majelis Ulama Indonesia ( MUI ) sampai akhir hayatnya.

4.2  Karier Beliau
Karier sesuai dengan keilmuan beliau, posisi karier yang diduduki di antaranya:
Pengasuh pesantren Darullughah Wadda’wah

4.2  Karya Beliau
Dalam waktu yang sangat padat dengan segala kesibukan mengajar dan berda’wah serta mengurus santri-santrinya siang malam ternyata beliau masih menyempatkan diri untuk menulis beberapa buku/kitab, antara lain :
1.  Kamus Bahasa Dunia / Majmu’aat Ashriyah
2.  Percakapan Bahasa Arab / Almuhawarotul Haditsah  Jilid I dan Jilid II. (dilengkapi dengan Kaset Tape)
3. Buku Praktis Ilmu Tajwid (dilengkapi dengan Kaset Tape)
4.  Kitab I’rob
5.  Pengantar Belajar Ilmu Nahwu (41 Kaidah Nahwu)
6. Kalimatul Af’al (kosakata kata kerja dan contoh pengunaannya)
7. Kalimatul Asma’ (kosakata benda dan contoh penggunaanya)
8. Sekumpulan Amalan Salaf (Dalilul Muslim; Kompas Seorang Muslim)
9.  dan lain-lain

5  Perjalanan dan Konsep Dakwah

Setelah menamatkan sekolah, beliau sering mengikuti ayah beliau ke Masalembu untuk berdakwah sambil membawa barang dagangan. Keluarga Ustadz Hasan pada saat itu dikenal ramah dan ringan tangan, apabila ada orang yang tidak mampu membayar hutang beliau disuruh membayar semampunya bahkan dibebaskan.

Sifat-sifat inilah yang diwarisi beliau yang dikenal apabila berdagang tidak pernah membawa untung karena senantiasa membebaskan orang-orang yang tidak mampu membayar hutang beliau. Dan pada waktu berkeliling menjajakan dagangan beliau dikenal suka membantu menyelesaikan permasalahan dan konflik yang terjadi dimasyarakat serta senantiasa berusaha mendamaikan orang dan tokoh-tokoh masyarakat yang bermusuhan.

Pada tahun 1966 beliau merantau ke Pontianak berdakwah keluar masuk dari satu desa ke desa yang lainnya dan melewati hutan belantara yang penuh lumpur dan rawa-rawa namun dengan penuh kesabaran dan ketabahan semua itu tidak dianggapnya sebagai rintangan. Pernah tatkala beliau mau meloncat dari perahunya, beliau terjatuh dan terperosok ke rawa-rawa yang penuh dengan duri maka dengan sabar beliau mencabut sendiri duri-duri yang menancap kakinya, dengan penuh kearifan dan bijaksana beliau memperkenalkan dakwah Islam kepada orang-orang yang masih awam terhadap Islam.

Dan alhamdulillah dakwah yang beliau lakukan mendapat sambutan yang cukup baik dari masyarakat ataupun tokoh-tokoh lainnya. Di setiap daerah yang beliau masuki untuk berdakwah beliau senantiasa bersilaturahmi terlebih dahulu kepada tokoh masyarakat dan ulama/kyai setempat untuk memberitahu sekaligus minta izin untuk berdakwah di daerah tersebut sehingga dengan budi pekerti, akhlaq dan sifat-sifat yang terpuji itulah masyarakat beserta tokohnya banyak yang simpati dan mendukung terhadap dakwah yang beliau lakukan.

Pada waktu melakukan dakwah beliau senantiasa membawa seperangkat peralatan pengeras suara (Loadspeaker/Sound System) yang mana pada saat itu memang masih langka di Pontianak sehingga dengan hal itu tidak merepotkan yang punya hajat/mengundangnya untuk mencari sewaan pengeras suara. Dan tak lupa pula beliau membawa satir/tabir untuk menghindari terjadinya ikhtilat (percampuran) antara laki-laki dan perempuan dan perbuatan maksiat/dosa lainnya yang akan menghalang-halangi masuknya hidayah Allah SWT, sedangkan pahala dakwah yang beliau lakukan belum tentu diterima Allah SWT.

Berdagang yang beliau lakukan adalah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan dijadikan sarana pendekatan untuk berdakwah kepada masyarakat.  Kedermawanan dan belas kasihnya kepada orang yang tidak mampu menyebabkan dagangannya tidak pernah berkembang karena keuntungannya diberikan kepada masyarakat yang tidak mampu serta membebaskan orang yang tidak mampu membayarnya.

Selain itu pula beliau mempunyai keahlian memotret dan cuci cetak film yang beliau gunakan pula sebagai daya tarik dan mengumpulkan massa untuk didakwahi, karena pengambilan hasil potretan yang beliau lakukan sudah ditentukan waktunya, sehingga apabila mereka sudah berkumpul sambil menunggu cuci cetak selesai waktu menunggu tersebut diisi dengan ceramah dan tanya jawab masalah agama, dan biasanya beliau menentukan waktunya dekat-dekat waktu sholat sehingga ketika berkumpul mereka diajak untuk sholat.

Selain berdakwah beliau aktif pula di partai politik yaitu Partai NU (Nahdlatul Ulama) dan menjadi jurkam yang dikenal berani dan tegas di dalam menyampaikan kebenaran sehingga pada saat itu sempat diperiksa dan ditahan. Namun pada saat itu masyarakat akan melakukan demonstrasi besar-besaran apabila beliau tidak segera dikeluarkan dan atas bantuan paman beliau sendiri yang saat itu aktif di Golkar membebaskan beliau dari tahanan.

Dan tak lama setelah kejadian tersebut, sekitar tahun 1970 atas permintaan dan perintah dari ibunda beliau, beliau pulang ke Madura dan disuruh untuk berdakwah di Madura atau di Pulau Jawa saja. Namun karena kegigihan beliau selama 2 tahun masih tetap aktif datang ke Pontianak untuk berdakwah walaupun telah menetap di Jawa Timur. Kemudian pada tahun 1972 beliau mengajar di sebuah Pondok Pesantren di desa Ganjaran Gondanglegi Malang guna mengembangkan Bahasa Arab, sehingga pondok tersebut pada saat itu terkenal maju dalam bidang Bahasa Arabnya.

Selanjutnya beliau pindah dan mengabdikan diri di Pondok Pesantren Al Khairiyah Bondowoso bersama Ustaz Abdullah Abdun dan Habib Husein al-Habsyi. Sehingga beliau diminta oleh Habib Husein al-Habsyi untuk mengajar di Pondok Pesantren Yayasan Pendidikan Islam (YAPI) yang baru dirintisnya. Pada waktu beliau mengajar di YAPI beliau dikenal sangat disiplin dalam mengajar dan mentaati peraturan yang telah ditetapkan oleh pesantren, sehingga beliau mendapat kepercayaan menjadi tangan kanan Habib Husein al-Habsyi.

Selama beliau mengajar di Pondok YAPI masyarakat Bangil tidak tahu bahwa beliau adalah ahli pidato (seorang orator) karena Habib Husein al-Habsyi melarang beliau untuk melakukan dakwah dan menerima kursus Bahasa Arab. Adapun karya besar beliau pada saat mengajar di YAPI, beliau sempat mengarang kamus Bahasa Arab yaitu Bahasa Dunia 'Ashriyah dan kitab percakapan Bahasa Arab (Muhawaroh Jilid I, II) yang pada saat ini banyak dipakai di berbagai pondok pesantren dan perguruan tinggi Islam.

Selain mengajar di tempat yang telah disebut di atas, beliau juga pernah mengajar di berbagai pondok pesantren diantaranya: Pondok Pesantren Sidogiri Pasuruan, Pondok Pesantren Salafiyah asy-Syafi'iyah Asembagus Situbondo, Pondok Pesantren Langitan Tuban, dan lain-lain. Pada waktu cuti pondok pesantren, beliau gunakan waktunya untuk menyebarkan dan mengembangkan Bahasa Arab ke berbagai pondok pesantren, baik di Jawa Timur atau di Jawa Tengah.

6  Chart Silsilah

6.1   Chart Silsilah Sanad
Berikut ini chart silsilah sanad murid Habib Hasan Bin Ahmad Baharun dapat dilihat DI SINI.

7  Referensi 

Biografi Habib Hasan Bin Ahmad Baharun


Artikel ini sebelumnya diedit tanggal 06 Juni 2022, dan terakhir diedit tanggal 12 September 2022.

 

Lokasi Terkait Beliau

    Belum ada lokasi untuk sekarang

List Lokasi Lainnya