Pasukan Hamas Siaga Satu, Setelah Dua Polisi Tewas dalam Ledakan Jalur Gaza

 
Pasukan Hamas Siaga Satu, Setelah Dua Polisi Tewas dalam Ledakan Jalur Gaza

LADUNI.ID, Gaza dalam "status siaga" setelah dua anggota polisi tewas dalam ledakan yang terjadi pada Selasa malam. Milisi Hamas telah berkumpul di jalan-jalan utama.

Kementerian Dalam Negeri Palestina mengatakan dua anggota polisi itu tewas dalam "dua ledakan yang menargetkan pos pemeriksaan polisi" pada Selasa malam. Namun pihak berwenang tidak merinci lebih lanjut.

Hingga saat ini belum ada pihak yang mengaku bertanggung jawab atas ledakan tersebut.

Sebelum insiden itu terjadi, militer Israel melancarkan bom ke sebuah pos militer Hamas setelah milisi menembakkan mortir saat melintasi perbatasan. Akan tetapi Israel mengaku tidak melakukan serangan udara apapun di malam hari.

Saksi mata juga mengatakan tidak melihat ada pesawat melintas malam itu. Peristiwa terbaru pada Selasa itu menjadi bagian rangkaian insiden yang dikhawatirkan meningkatkan eskalasi jelang pemilu Israel pada 17 September.

Benjamin Netanyahu, Perdana Menteri Israel akan bertarung dalam pemilu ulang di mana lawan-lawan politiknya menyerukan tindakan lebih keras terhadap Hamas.

Pada Senin pesawat tempur Israel menyerang kompleks militer Hamas di Jalur Gaza. Serangan ini merupakan aksi balasan atas tembakan roket yang diluncurkan kelompok tersebut. 

Ppemerintah Israel juga mengumumkan akan memangkas pengiriman bahan bakar yang digunakan pembangkit listrik. Itu artinya pasokan listrik di Gaza semakin berkurang.

Serdadu Israel dan Palestina di Gaza telah berperang tiga kali sejak 2008.

Sejak awal Agustus, serangan roket dan upaya Palestina menyeberang dari Gaza ke Israel disambut dengan serangan di mana hal itu mengancam rapuhnya gencatan senjata.

Pengiriman bahan bakar yang dikoordinasikan dengan PBB dan dibayar oleh negara Teluk Qatar merupakan salah satu perjanjian gencatan senjata itu.

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan Negara Teluk telah meningkatkan pasokan listrik di jalur Gaza, di mana penduduk hanya mendapatkan sekitar 12 jam daya sehari sebelumnya.