Ketua PBNU, KH Marsudi Syuhud: NU Ta'dhim kepada Keturunan Rasulullah dan Para Alim

 
Ketua PBNU, KH Marsudi Syuhud: NU Ta'dhim kepada Keturunan Rasulullah dan Para Alim

Foto: Ketum PBNU KH Said Aqil Siradj mencium tangan Habib Umar bin Hafidz di kantor PBNU (Junaidi Mahbub).

LADUNI.ID, Jakarta - Keta’dhiman kepada para keturunan Rasulullah SAW dan orang-orang Alim takan pernah sirna di lubuk hati kami, karena telah tertanam di lubuk hati sejak dini.

Demikian dikatakan Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Marsudi Syuhud. Diketahui Nahdliyyin (warga NU) menempatkan para habaib keturunan Rasulullah pada maqam (kedudukan) yang mahmudan (terpuji).

Sementara, sebelumnya, PBNU mengadakan pertemuan dengan ulama kharismatik asal Hadramaut, Yaman, Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafidz di lantai 3 Gedung PBNU Jalan Kramat Raya 164, Jakarta Pusat, Senin kemarin.

Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj mengatakan bahwa pertemuan tersebut di antaranya membahas tentang Nahdlatul Ulama, Ahlussunnah wal Jamaah (Aswaja), dan Islam wasathiyah.

“Beliau sangat-sangat NU karena (pengikut) Imam Asy’ari, Imam Syafi’i. Beliau bahkan sangat mendoakan NU, bahkan membaca kitab-kitab karya KH Hasyim Asy’ari di sana, diajar ke murid-muridnya,” kata Kiai Said usai pertemuan.

Dikatakan Kiai Said, pada pertemuan itu Habib Umar menyampaikan terima kasih kepada NU karena telah menjadi benteng Aswaja di Indonesia. Atas peran NU, Aswaja hingga kini tetap eksis dan kuat di Indonesia.

“Kalau enggak ada NU, mungkin Ahlussunnah wal Jamaah di Indonesia sudah hilang,” kata Kiai Said menirukan pernyataan Habib Umar.

Menurut penjelasan Kiai Said, Habib Umar mengungkapkan bahwa santri asal Indonesia yang ada di Yaman sekitar 1000 orang, dan santri-santri tersebut dikatakannya akan dipesankan oleh Habib Umar agar ketika kembali ke Indonesia untuk aktif di NU.

“Beliau akan mengkader, akan menggembleng santri-santri asal Indonesia agar kalau pulang ke Indonesia harus aktif di NU,” jelasnya.

Sementara Kiai Said mengatakan kepada Habib Umar bahwa NU bukan hanya benteng Aswaja di Indonesia, melainkan di Nusantara. Indonesia tetap kuat walaupun diapit oleh dua negara non-Muslim, yakni China dan Australia

Menurut Kiai Said, jika Indonesia tidak memegang prinsip wasathiyah (moderat), maka mudah dirusak.

“Kalau kita enggak wasathiyah, kita sudah diserang, tapi karena kita beprinsip wasathiyah, maka mereka menghormati kita,” kata Kiai Said kepada Habib Umar.

Turut mengikuti pertemuan itu, Rais Syuriyah PBNU KH Ahmad Ishomuddin, Ketua PBNU KH Abdul Manan Ghani, H Eman Suryaman, H KH Marsudi Syuhud, dan Katib Syuriyah PBNU KH Nurul Yaqin Ishaq. (*)