Dalam Sidang Umum PBB, Mahathir Sindir Myanmar Soal Rohingya

 
Dalam Sidang Umum PBB, Mahathir Sindir Myanmar Soal Rohingya

LADUNI.ID, Mahathir Mohamad, Perdana Menteri Malaysia, mendesak para pemimpin dunia untuk turut menyelesaikan konfrontasi etnis Rohingya. Dia juga menyindir Myanmar tentang keadaan para pengungsi yang berada di dalam kamp-kamp di Rakhine.

Ketika berpidato di Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa, New York, Amerika Serikat, seperti dilansir Channel NewsAsia, Kamis (26/9), Mahathir mengatakan "Pemerintah Myanmar menolak akses bagi beberapa pejabat PBB dan pekerja bantuan kemanusiaan. Jika pemerintah Myanmar tidak memiliki sesuatu untuk disembunyikan, mengapa Anda menghalangi orang lain untuk (mengakses) situasi di Rakhine? Biarkan mereka datang, memeriksa, dan membantu pengungsi di sana,".

Laporan tim pencari fakta PBB kembali disinggung Mahathir, yang mengungkap pelanggaran hak asasi manusia secara sistematis. Namun, dia menyayangkan PBB seolah tak tergerak untuk segera mengakhiri pelanggaran HAM itu.

"Apa yang terjadi di Rakhine adalah genosida, di mana terdapat pembunuhan besar-besaran, pemerkosaan yang sistematis, dan pelanggaran hak asasi manusia yang menjijikkan. Sikap diam ini mengecewakan," ujar Mahathir.

Sesui informasi yang dilansir situs CNN Indonesia, Mahathir kemudian menambahkan bahwa keadaan para pengungsi etnis Rohingya yang berada di dalam kamp pengungsian membuat mereka lebih putus asa. Selain itu, etnis Rohingya itu rentan terhadap berbagai bentuk eksploitasi.

"Mereka mungkin bisa menjadi target untuk kejahatan antarperbatasan seperti perdagangan manusia dan perbudakan seks. Dengan kata lain, mereka hanya bisa melihat masa depan yang suram," kata Mahathir.

Perdana Menteri Malaysia tersebut juga mengimbau, bahwa Myanmar seharusnya memprioritaskan pemulangan etnis Rohingya untuk menunjukkan bahwa mereka serius dalam menanggulangi krisis tersebut. Sebelumnya pemerintah Myanmar telah mencoba memulangkan etnis Rohingya sebanyak dua kali, tetapi upaya tersebut gagal.

"Alasannya sangat terlihat. Tidak ada yang mau pulang jika mereka merasa keamanan mereka tidak dijamin. Untuk itu, Malaysia akan terus mendesak pemulangan dilakukan dengan aman tanpa paksaan. Namun, otoritas Myanmar telah memanipulasi isu Rohingya untuk menciptakan ketakutan, kebencian, dan kekerasan," kata Mahathir.

Mahathir mengusulkan bahwa hal tersebut bisa dilakukan dengan menawarkan kewarganegaraan penuh terhadap para pengungsi Rohingya, meskipun ide tersebut tidak dapat diterima.

Disamping itu, Perdana Menteri Bangladesh, Sheikh Hasina Wazed, memuji langkah Malaysia dalam menangani lebih dari 1,2 juta pencari suaka Rohingya dengan menyediakan pelayanan kemanusiaan, termasuk menjalankan rumah sakit lapangan bagi para pencari suaka, baik yang terdaftar maupun yang tidak.

Mahathir menanggapinya dengan mengatakan bahwa berbagai sumber daya yang ada di Malaysia ditujukan untuk menopang kehidupan para pencari suaka, sambil menunggu relokasi ke negara ketiga. Dia berjanji akan terus membantu dalam proses tersebut.

Harapan Mahathir, dukungan negara lain untuk bergabung dalam mengatasi masalah etnis Rohingya. Dia juga meminta Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) untuk membawa kasus Rohingya ke forum dunia dan Mahkamah Internasional.

"Kami berharap negara lain mendukung OIC untuk memastikan bahwa para pelaku tidak bisa kabur dari kejahatan yang mereka lakukan," ucap Mahathir.

Kurang lebih Sekitar 740.000 warga Rohingya kabur dari Rakhine akibat diburu aparat Myanmar pada Agustus 2017. Kini sebagian besar dari mereka bermukim di kamp pengungsian di sekitar wilayah Cox Bazar, perbatasan Bangladesh dan Myanmar.