Ziarah di Makam KH. Abdullah bin Nuh, Al-Ghazali dari Cianjur

Memperoleh Donasi Sebesar : Rp 0. Donasi Sekarang
 
Ziarah di Makam KH. Abdullah bin Nuh, Al-Ghazali dari Cianjur

Daftar Isi

Laduni.ID, Jakarta - KH. Abdullah bin Nuh, ulama asal Cianjur, yang produktif menulis kitab. Karyanya cukup banyak. Sebagian besar ditulis dalam bahasa Arab. Keilmuan yang luhur di bidang sastra Arab, fikih, ushul fikih, tasawuf, dan ilmu keislaman lainnya, menyebabkan beliau dijuluki al-Ghazali dari Cianjur. Kitab Ana Muslim Sunni Syafi’i Ghazali dan Minhaj al-‘Abidin menjadi dua kitab ikon karyanya di bidang tasawuf.  Sosok ulama ini menjadikan Cianjur memiliki ulama yang produktif dalam menyusun kitab, terlebih dalam bahasa pengantarnya yang berbahasa Arab.

KH Abdullah bin Nuh terkenal dengan pemikirannya yang mendalam tentang al-Ghazali. Pertama, beliau mengajar rutin kitab Ihya’Ulumuddin dalam pengajian mingguan yang dihadiri banyak ustadz-ustadz di Bogor, Sukabumi, Cianjur dan sekitarnya. Kedua, sejak kecil ia mendapat pelajaran dari ayah beliau Muhammad Nuh bin Idris, kitab-kitab Imam al-Ghazali, di antaranya Ihya’ Ulumuddin. Ketiga, beliau menamakan pesantrennya dengan nama Pesantren al-Ghazaly.

Selain kitab tersebut, tercatat beberapa kitab lain yang mashyur. Sebut saja Kamus Arab-Inggris-Indonesia juga kumpulan syair dalam kitab Abyat wa Usthur. Dalam kajian ushul fikih, beliau tercatat menulis kitab La Thaifiyyah fi al-Islam. Kitab ini berasal dari naskah seminar yang disajikan di Universitas Islam Bandung (UNISBA) tahun 80an. Isinya menyajikan secara jelas posisi ushul fikih dalam pemikiran Islam, yang awalnya dihubungkan dengan fenomena ikhtilaf yang ada di pemikiran keislaman hingga sajian mengenai teori ijtihad.

Profil

KH. Raden Abdullah bin Nuh adalah seorang figur ulama, pejuang, reporter, dan pendidik yang total mengabdikan dirinya untuk kepentingan umat. Mama Abdullah, panggilan akrabnya dilahirkan di Kampung Bojong Meron, Kota Cianjur, pada 30 Juni 1905 M. Ayahnya bernama Raden H. Mohammad Nuh bin Idris dan ibunya Nyi Raden Aisyah bin Raden Sumintapura. Dari garis keturunan inilah beliau termasuk darah biru keluarga keraton.

Guru-guru beliau di antaranya:

  1. KH.R. Nuh bin Idris
  2. Sayyid Muhammad bin Hasyim bin Tohir Al Alawi Al Hadromi

Untuk kelanjutannya tentang Profil beliau silahkan baca di Biografi KH. Abdullah bin Nuh

Lokasi Makam

Makam KH. Abdullah bin Nuh berada di pemakaman keluarga Pondok Pesantren Al-Ghazaly, Kota Bogor, Jawa Barat.

Haul

Haul beliau diperingati pada bulan Rabiul Awal tiap tahun Hijriah di pesantren Al Ghazaly Bogor

Motivasi Ziarah Menurut Syekh An Nawawi al Bantani

1. Untuk Mengingat mati dan Akhirat
2. Untuk mendoakan
3. Untuk mendapatkan keberkahan
4. Memenuhi hak ahli kubur yang diziarahi, seperti ke makam orang tua

Fadilah

Makam KH. Abdullah bin Nuh banyak dikunjungi para peziarah dan santri. Tak hanya datang dari wilayah Bogor saja. Banyak peziarah yang datang dari luar kota dan bahkan dari luar Jawa yang makamnya berada di Komplek pemakaman pesantren Al Ghazaly di kota Bogor.

Ada keyakinan dari masyarakat dan santri yang datang ke sana bahwa dengan berziarah, berdoa dan bertawassul di makam KH. Abdullah bin Nuh, maka akan dibukakan alam pikiran dan hatinya dalam menerima ilmu, dimudahkan dalam mencapai cita-citanya apa yang diinginkannya, diberi kemudahan dalam mencari rezeki, dan diberi kemudahan dalam mendapatkan anak yang sholeh dan sholehah.

Oleh-oleh

Oleh-oleh yang bisa dibeli dan dibawa pulang usai ziarah di Bogor di antaranya:
Lapis Bogor, Roti Unyil, Ubi Cilembu, Macaroni panggang, Kacang Bogor, Boneka Putty, Bika Bogor, Papapia, Asinan Bogor, Bir Kotjok, Risol Bogor, Bogor Raincake, Strudel Bogor, Mochi.
   

Raden Fatah adalah pendiri dan raja Demak pertama dan memerintah tahun 1500-1518.
 

Profil

KH. Ahmad Sholeh adalah putra kedua dari KH. Muhammad Nur pendiri Pondok Pesantren Langitan. Beliau lahir di Tuban sekitar tahun 1820 an.  KH. Ahmad Sholeh menikah 1287 Hijriyah dengan Raden Nyai Asriyah, puteri KH. Mukhtar (pengasuh Pondok Pesantren Cepoko, Kabupaten Nganjuk). Dari pernikahan tersebut lahir putera dan puteri diantaranya:

  1. Nyai Shofiyah (dinikahkan dengan KH. Khozin, penerus estafet K.H. Ahmad Sholeh di Pondok Pesantren Langitan)
  2. KH. Dahlan Hasbullah
  3. KH. Adnan
  4. Nyai Sholihah (dinikahkan dengan KH. Zainuddin Mojosari, Kabupaten Nganjuk)
  5. Nyai Khodiyah (dinikahkan dengan KH. Rofi’i Gondanglegi, Kabupaten Nganjuk)
  6. Satu puteri lagi yang dinikahkan dengan KH. Nur Iman (berdomisili di Tuban).

Guru-guru beliau di antaranya:

  1. KH. Muhammad Nur (Ayahanda KH. Ahmad Sholeh)
  2. K.H. Abdul Qodir atau Abdul Qohhar (Pesantren Al-Najiyah Sidoresmo, Surabaya)
  3. K.H. Hasbullah (Pesantren Sambilangan, Madura)
  4. Syekh Nawawi Banten
  5. Syekh Ahmad bin Zaini Dahlan (Imam dan Mufti Mahzab Syafi’i di Mekkah al-Mukaromah)
  6. Syekh Muhammad Al-Muqri
  7. Syekh Muhammad bin Sulaiman Hasbullah Al-Makki
  8. Syekh Ahmad Nahrowi
  9. Sayyid Muhammad Saleh bin Sayyid Abdur Rahman Az-Zawawi
  10. Syekh Zahid, Syekh Umar Asy-Syami
  11. Syekh Yusuf Al-Mishri
  12. Syekh Jamal (Mufti Mazhab Hanafi)

Untuk kelanjutannya tentang Profil beliau silahkan baca di Biografi KH. Ahmad Sholeh

Lokasi Makam

KH.  Ahmad  Sholeh  mengasuh  Pondok Pesantren Langitan, selama kurang lebih 32 tahun. Beliau wafat pada tahun 1320 H./1902 M. dan dimakamkan di  kompleks pesarean di Desa Widang, kurang lebih 400 meter sebelah utara kompleks Pondok Pesantren Langitan.

Haul

Haul beliau diperingati tiap tahun pada bulan Shofar tahun Hijriah di pesantren Langitan Tuban

Motivasi Ziarah Menurut Syekh An Nawawi al Bantani

1. Untuk Mengingat mati dan Akhirat
2. Untuk mendoakan
3. Untuk mendapatkan keberkahan
4. Memenuhi hak ahli kubur yang diziarahi, seperti ke makam orang tua

Fadilah

Makam KH. Ahmad Sholeh banyak dikunjungi para peziarah dan santri. Tak hanya datang dari wilayah Tuban saja. Banyak peziarah yang datang dari luar kota dan bahkan dari luar Jawa yang makamnya berada di Komplek pemakaman di Desa Widang, Tuban.

Ada keyakinan dari masyarakat dan santri yang datang ke sana bahwa dengan berziarah, berdoa dan bertawassul di makam  KH. Ahmad Sholeh, maka akan dibukakan alam pikiran dan hatinya dalam menerima ilmu, Diberi kemudahan dalam mencari rezeki, diberi kemudahan dalam mencari jodoh, dan diberi kemudahan dalam mendapatkan anak sholeh dan sholehah.

Oleh-oleh

Oleh-oleh yang bisa dibeli dan dibawa pulang usai ziarah di Tuban di antaranya:
Cumi Crispy, Kecap Laron, Keripik Gayam, Buah Siwalan, Legen, Terasi Udang, Amplo, Gemblong, Ikan asin Tuban, Kerupuk ikan