Aku Akan Segera Menghuni Panti Werda

 
Aku Akan Segera Menghuni Panti Werda

LADUNI.ID, Jakarta - Tulisan yang sedang jadi trending ini, juga jadi tulisan yang paling banyak review-nya di medsos. Pengarangnya adalah ChiJinShan, seorang pensiunan sastrawan yang tinggal di HuBei China. Suasana hati dan perasaannya ketika akan segera menghuni Panti Werda. Apapun keputusan kita bagaimana akan melewati masa tua kita, sudut pandang logis dalam tulisan ini patut kita simak baik-baik.

***

Aku akan segera menghuni Panti Werda, kalau tidak terpaksa, aku tidak akan menghuni Panti Werda. Tetapi ketika kehidupan ini sudah tidak mampu lagi untuk mengurus diri sendiri, sedangkan anak-anak begitu sibuk bekerja juga mengurus serta membesarkan cucu, sehingga waktu untuk kita sudah sangat minim sekali, rasanya ini adalah satu-satunya jalan keluarku.

Aku harus berbenah untuk pindah rumah, pindah ke Panti Werda!

Kondisi dan suasana serta fasilitas Panti Werda bagus sekali: ruang tidur yang bersih, dilengkapi dengan peralatan listrik yang modern dan praktis; semua sarana hiburan juga lengkap; menu harian juga enak; pelayanan juga sangat memadai; lingkungan sekitar juga cantik; hanya saja ‘tidak murah’.

Uang pensiunku pasti tidak cukup. Tapi aku punya rumahku sendiri, segera akan aku jual, oleh karenanya uang sudah bukan masalah. Untuk melewati masa tuaku uangku pasti tidak akan habis, sisa daripadanya sepeninggalku yang akan datang, biarlah jadi warisan untuk anakku.

Anakku sangat berempati: Hartamu sebaiknya pakailah untuk kenikmatanmu sendiri, jangan merisaukan kami anakmu. Sisanya juga akan kami pertimbangkan untuk masa tua kami juga.

Apa kata pepatah: 破家值万贯, yang artinya barang di rumah tua banyak sekali. Sepanjang kehidupan barang-barangku yang terkumpul dari jarum benang lengkap, kotak-kotak penyimpanan, lemari, laci semuanya terisi penuh dengan barang-barang kebutuhan sehari-hari: baju 4 musim, kebutuhan tempat tidur 4 musim, menumpuk segunung; aku gemar sekali menyimpan, perangko terkumpul setumpuk; peralatan dapur juga terkumpul puluhan mungkin ratusan set; belum terhitung barang berharga souvenir kecil besar, giok, manao dll., ada yang tergantung di dinding, juga dua ekor ikan kuning kecilku.

Apa lagi buku-buku, sebidang dinding dengan rak buku yang penuh.

Ada lagi botol-botol dengan anggurnya, dari arak lokal sampai western wine, juga tersimpan puluhan botol; masih juga seperangkat peralatan listrik lengkap; bermacam-macam perlengkapan memasak listrik, panci wajan piring mangkok, minyak beras garam serta bermacam-macam bumbu dapur, mengisi penuh setiap sudut dapurku; juga setumpuk buku-buku resep masakan.

Melihat barang-barang yang banyak sekali seisi rumahku, aku jadi sedih dan gelisah! Di Panti Werda hanya ada satu ruang, sebuah lemari, sebuah meja, sebuah tempat tidur, sebuah sofa, sebuah kulkas, sebuah mesin cuci, sebuah TV, sebuah kompor induksi, sebuah microwave. Sama sekali tidak ada tempat untuk menyimpan semua barang-barang berhargaku yang aku kumpulkan sepanjang hidupku.

Seketika ini, tiba-tiba saja aku merasa, semua barang yang selama ini aku anggap berharga ternyata semua terlalu berlebih dan terlalu banyak, barang-barang ini semua sama sekali bukan menjadi bagianku! Aku hanya sekali-kali saja melihatnya, bermain dengan barang-barang ini, dipakai sebentar, barang-barang ini semua kenyataannya adalah milik alam semesta ini. Kita semua hanyalah pengunjung yang datang mampir untuk melihat-lihat.

Forbiden City milik siapa? Raja menganggap milik baginda, tapi hari ini, dia milik rakyat, dia milik masyarakat.

Tiba-tiba saja aku jadi memahami satu hal: Kenapa Bill Gates mau mendonasikan seluruh hartanya nantinya; Kenapa MaWeiDu mengumumkan akan mendonasikan seluruh koleksi barang antik di musiumnya.

Semua itu karena mereka paham: Semua ini pada dasarnya adalah bukan milik mereka, mereka hanya sekali-kali melihat-lihat, bermain-main, dipakai. Ketika lahir tidak membawanya, nanti ketika meninggal juga tidak bisa membawanya, bukankah akan lebih baik bila menorehkan sedikit nama harum, sekaligus beramal dan berdana. Sungguh amat cerdik!

Sedang seluruh barang-barang yang banyak sekali di dalam rumahku ini, sungguh sangat ingin sekali aku donasikan, namun amat sulit melakukannya. Sekarang mau mengurusnya benar-benar jadi masalah rumit. Anak cucu yang bersedia menerimanya hanya satu dua dengan niat yang terpaksa.

Bisa aku bayangkan, suasana seperti apa yang akan anak cucuku lakukan pada barang-barang yang aku anggap berharga dan kesayanganku ini:

Semua baju-baju seprei selimut yang pernah aku pakai semuanya akan dibuang; puluhan buku-buku album foto kenanganku semua akan dimusnahkan; sebidang dinding buku-buku berhargaku di lemari akan dijual sebagai barang rombengan; souvenir dan semua pernik-pernik yang kukumpulkan puluhan tahun dianggap tidak berkenan akan disingkirkan semua; perabot kayu merah yang tidak berguna, dijual dengan harga murah.

Seperti akhir cerita dari loteng merah: yang tertinggal adalah semuanya kosong, sangat bersih!

Akhirnya, memandang tumpukan baju-bajuku yang menumpuk seperti gunung, aku hanya mengambil beberapa potong yang paling sering dan paling nyaman aku pakai; perlengkapan dapur aku hanya mengambil wajan dan ember; buku aku ambil yang benar-benar masih layak dan pantas dilihat lagi; pecah belah kubawa 1 set cangkir untuk minum teh; kuambil Identitas diriku, surat pensiunku, kartu berobat,  buku rekening bank, tentu saja kartu ATM-ku, cukup sudah!

Ini adalah semua harta yang ada di rumahku! Aku telah akan meninggalkannya, aku pamit dengan tetanggaku, aku berlutut di depan pintu rumahku dan menyembah tiga kali, aku kembalikan rumahku ini kepada dunia ini!

Benar sekali! Kehidupan manusia hanya butuh sebuah tempat tidur, sebuah ruang tidur, selebihnya hanya untuk dilihat dan dipakai untuk bermain sebentar!

Seseorang hidup sepanjang hidupnya akhirnya memahami: Barang yang benar-benar kita butuhkan, adalah kita harus bertanggung jawab pada diri sendiri. Kita wajib merawat dan mengurus baik-baik kesehatan diri ini, menyesal kemudian tidak berguna. Bila tubuh dan kesehatan kita jelek, hidup di dunia ini sungguh amat sangat menderita.

Seseorang hidup di dunia ini sebenarnya barang yang dibutuhkan tidak banyak, janganlah karena barang-barang yang berlebihan menjerat langkah kita untuk ‘happy’!

***

Yang ditulis ini semua adalah pengalaman dan suasana hati yang nyata, buat mereka-mereka yang berusia 60 tahun ke atas, sangat patut untuk direnungkan baik-baik, perjalanan terakhir dalam tahap kehidupan ini akan dijalani seperti apa? Lupakan semua impian dan beban kemelekatan, lupakan semua makanan yang tidak habis termakan, pakaian yang dipakai tidak habis, juga barang-barang yang tidak bisa dibawa. Mempunyai badan yang sehat adalah lebih penting daripada apapun juga!