VUCA, Mau Ke Mana Kita?

 
VUCA, Mau Ke Mana Kita?

“Gimana tadi sowannya ke ustadz?”, tanya istriku pada anak-anakku yang tadi pagi saya minta sowan ke guru-guru ngajinya, ngaji diniyah selepas ashar dan bakda maghrib mulai dari TK mereka dulu.

“Waaaa… malah disuguhi banyak makanan, dikasih minuman macem-macem disuguhi susu juga…”, jawab si mas ke mamanya.

Begitulah, tradisi keluarga kami, termasuk saya dulu, mereka kami ajarkan untuk tidak lupa kepada para guru-guru ngajinya dulu. Walaupun di antara mereka mempunyai memory dimarahi karena sering bercanda sendiri, namun keberanian mereka untuk sowan meminta doa dan restu, bagiku sudah cukup melegakan.

Ya, beberapa kali saya sampaikan ke mereka, bahwa mau tidak mau sekarang ini kita berada dalam suasana kegelapan walaupun secara dzahir lampu-lampu menerangi pemandangan kita. Selain doa kita pribadi dalam rangka memohon keselamatan, namun doa-doa dari mereka yang memiliki kedekatan dan kemampuan pandang yang mampu menembus kegelapan sangat dibutuhkan pada saat ini.

Kalaupun tidak kegelapan yang bisa dipersepsi beragam arti, setidaknya kita memasuki masa yang memberikan kita kemampuan pandang dan jarak pandang terbatas, akibat perkembangan teknologi, persaingan ekonomi, beban-beban kehidupan yang terus semakin berat, kompetisi usaha yang terus mengharuskan efisiensi dengan tentu memakan korban pada pihak-pihak manusia yang dianggap memberikan beban lebih bagi perusahaan, lingkungan eksternal yang tidak mudah diprediksi, serta banyak faktor penghimpit lainnya.

Sehingga mereka-mereka yang dimuliakan Allah, termasuk di antaranya adalah guru ngaji, adalah menjadi harapan-harapan agar kita-kita diberikan keselamatan oleh Allah dalam menempuh perjalanan dengan jarak pandang terbatas.

Manakala kita mengendarai sebuah mobil dengan lingkungan berkabut, sementara AC di dalam mobil belum mampu menyeimbangkan dengan suhu di luaran, sehingga kaca mobil menjadi buram. Dalam kondisi jarak dan kemampuan pandang yang terbatas, maka keberadaan kendaraan lain sebagai pemandu jalan di depan kendaraan kita adalah sangat membantu kita, khususnya keselamatan kita. Begitulah kurang lebih kebutuhan kita kepada para guru-guru ngaji, ustadz, kyai, ulama dalam rangka membantu dengan doa-doanya agar kita memperoleh petunjuk dari Allah SWT.

Begitulah, VUCA (volatile, uncertainty, complex, ambiguous) yang dulu dipahami hanya di dunia peperangan dan militer, saat ini seiring dengan perkembangannya, dunia bisnis pun mengadopsinya. Faktor perkembangan teknologi, tatanan ekonomi baru, nilai dan gaya hidup yang dinamis, terbentuknya trend efisiensi dengan kreatifitas dan inovasi menekan harga sehingga memaksimalkan margin keuntungan, percepatan pertukaran informasi serta hal-hal lainnya telah membuat kalangan bisnis memiliki kemampuan pandang terbatas, baik jarak maupun waktu.

Demikianlah juga dengan kehidupan sosial saat ini, betapa lingkungan sosial juga bersifat labil dan cepat berubah dengan adanya dorongan tantangan baru yang sulit terbaca. Contohnya, lingkungan sosial pendidikan yang beberapa waktu yang lalu dihebohkan adanya perendahan martabat guru oleh orang tua-orang tua muridnya, dikarenakan ketidaksetujuan orang tua terhadap pola ajar gurunya. Sementara di sisi lain, guru terjebak pada keharusan pengajaran formal, sehingga (mungkin) tidak sempat mengajarkan praktik akhlak dan budi pekerti kepada siswanya.

Game-game online yang melatih para pemainnya bermain game menembak musuhnya, membunuhnya, dan menampilkan secara vulgar cipratan darah segar dalam permainan tersebut, mau tidak mau, hal ini akan membawa kepada permisifitas para pemain game terhadap penumpahan darah orang lain. Apakah ini berelasi dengan aktivitas sosial remaja yang pada saatnya bisa dimanfaatkan untuk aktivitas gesekan politik? Wallahu’alam.

Pun demikian dengan faktor ketidakpastian usaha sebagai imbas perang dagang dunia ataupun krisis ekonomi di belahan dunia lain, telah memaksa masyarakat selaku tenaga kerja menerima dampak buruknya. Bagaimana nasib pekerja perusahaan otomotif yang menyatakan tutup dan hengkang dari Indonesia? Bagaimana nasib para buruh pabrik setelah pabriknya di Bekasi pindah ke Kendal?

Di sisi lain, gaya hidup yang terus meningkat dari godaan-godaan syahwat barang mewah nan mentereng telah menjebak mereka dalam pusaran hutang yang melilit leher. Manakala tidak mampu bayar, maka mereka menggadaikan barang tersebut, ataupun menjualnya murah. Maka tuntaslah mereka terjebak dalam jeratan hutang, barangnya turun drastis nilainya, ketika dijual, ternyata hasil jualan barang tersebut tidak mampu menutup hutang, sehingga semakin sengsaralah mereka, di mana gaya hidup sudah tidak bisa terpenuhi, namun hutang masih harus dilunasi.

Keterbatasan jarak dan kemampuan pandang juga terjadi manakala kita terjebak kepada masalah yang kompleks, kita tidak bisa memahami permasalahan keseluruhan, sehingga sulit mengetahui ujung permasalahan, maka dengan demikian dipastikan tidak akan dapat menyelesaikan permasalahan tersebut. Permasalahan saling sambung menyambung dan berkelindan sehingga sulit diuraikan, sehingga memaksa banyak orang untuk menyerah.

Kelanjutan posisi di atas, ketika hutang sudah menjerat, lingkungan menutup diri dalam memberikan bantuan, maka yang terjadi adalah solusi-solusi instan yang biasanya tidak jauh dari menjual harga diri kemanusiaan. Bagaimana kita sering mendengar adanya penggerebekan prostitusi online? Mengapa hal itu banyak terjadi? Keterpaksaan satu pihak dalam konteks menyerah dalam mencari solusi telah ditangkap sebagai peluang bagi pihak lainnya untuk menjual kepemilikan terakhir pihak pertama kepada pihak lain yang membutuhkan. Aplikasi-aplikasi online dalam genggaman dengan koneksi internetnya telah membuka peluang itu sangat lebar, meski berada pada pojok-pojok kamar yang remang.

Kompleksitas masalah yang tidak menemukan jalan keluar, bertemu dengan kebutuhan segera untuk pemenuhan kebutuhan dasar, bertemu dengan (maaf) tipisnya iman kita kepada Allah, telah menyeret banyak orang ke lembah-lembah nista yang jauh dari rahmat Allah.

Jengahnya dari bagian akhir perputaran VUCA ini adalah pada faktor ambiguitas atau membingungkan. Dalam hal sebagian orang berusaha bertaubat mencari pertolongan dari sisi keagamaan, ternyata sebagian orang ternyata salah dalam memilih. Mereka mengira bahwa setiap orang yang menggunakan atribut tokoh Islam adalah orang yang ahli agama dengan akhlak yang mulia, namun banyak di antara mereka terjebak karena ternyata pengguna atribut tokoh Islam itu hanya memanfaatkan atribut itu untuk menipu orang-orang yang justru sedang dahaga keagamaan.

Sudah banyak kasus kita jumpai, bagaimana orang yang menggunakan atribut tokoh Islam atau jargon  Islam terbukti secara hukum menipu, seperti deretan kasus travel haji umroh yang telah menipu ribuan calon jemaahnya, begitu juga deretan penipuan perumahan berembel-embel syariah. Belum lagi, mereka yang sedang dahaga keagamaan ini justru dimanfaatkan semangat keagamaannya untuk aksi-aksi politik dengan bungkus agama.

Pendeknya bahwa kondisi VUCA telah memaksa kita semua untuk terjebak pada kemampuan dan jarak pandang yang terbatas dalam menangani setiap permasalahan yang timbul, sehingga kita semua memerlukan bantuan mereka-mereka yang dikaruniai oleh Allah pandangan-pandangan yang mampu menembus ataupun mengurai setiap permasalahan, mampu menembus pandang pada topeng-topeng kebaikan yang menjebak, membongkar kegelapan demi kegelapan yang terus menghantui dan saling menyelimuti, ataupun setidaknya mampu mendoakan kita-kita untuk selamat dari setiap permasalahan yang timbul.

Demikianlah, VUCA ada di sekeliling kita, menimpa kita semua, mari kita berdoa semoga Allah selalu memberikan pertolongan kita semua, juga kita dianugerahi guru-guru yang dimuliakan Allah yang berkenan mendoakan kita semua dengan runut doa yang tersambung sampai Rasulullah yang kelak memberikan syafaat kepada kita semua. Sebagaimana dhawuh Romo kyai Musthofa Bisri, Gus Mus, bahwa “tidak ada yang layak dibanggakan, kecuali pemerolehan syafaat dari kanjeng nabi Muhammad rasulullah”.

Semoga kita semua digolongkan orang-orang yang memperoleh pertolongan dan syafaat dari nabi Muhammad SAW kelak di yaumul kiyamah.

Alfatihah.

Aamiin.

 

Ditulis oleh Cak Usma