Kisah Nyata: Keluarga Mayit yang Anti Tahlil Bertaubat Usai Alami Keanehan Ini

 
Kisah Nyata: Keluarga Mayit yang Anti Tahlil Bertaubat Usai Alami Keanehan Ini

LADUNI.ID, Jakarta - Kisah ini menceritakan tentang seorang jenazah lelaki yang dikubur di TPU Utan Kayu Rawamangun, Jakarta Timur, di mana keluarga jenazah menolak dilaksanakan tahlil. Namun, keluarga tersebut akhirnya bertaubat lantaran mengalami hal aneh yang terjadi.

Kisah ini dirangkum oleh Laduni.id dari cerita KH Abu Bakar Ghazali, seorang pegawai di TPU Utan Kayu Jakarta Timur, yang diceritakan kepada Sekjen JATMI KH Miftahul Falah pada Kamis, tanggal 2 Januari  2020.

KH Abu Bakar Ghazali menceritakan bahwa beberapa tahun yang lalu pernah terjadi keanehan yang luar biasa. Betapa tidak, waktu itu ada jenazah seseorang lelaki yang dikubur di TPU Utan Kayu Rawamangun, Jakarta Timur. Seperti biasa, waktu proses pemakaman, ketika jenazah diturunkan, maka ada beberapa tradisi seperti adzan dikumandangkan.

“Tapi oleh keluarga almarhum pembacaan Adzan dilarang dengan alasan gak ada dasar hukumnya dan adzan itu bukan untuk orang mati, tapi untuk tanda masuk sholat, akhirnya bacaan adzan ditiadakan,” terang KH Miftahul Falah, sebagaimana rilis yang diterima Laduni.id, Jumat (3/1).

Lebih dari itu, keluarga almarhum juga ngotot tidak perlu adanya pembacaan Talkin, Tahlilan serta doa-doa juga tidak dibolehkan. Alasannya, karena tidak ada dasar hukumnya. Semua itu bid'ah dan sesat.

“Pokoknya prosesi yag lazim baca adzan, talkin, tahlil dan doa semua ditiadakan. Alasannya bid'ah, dlolalah, sesat, gak contoh dari Nabi Muhammad SAW,” jelasnya.

Bahkan, ketika petugas pemakaman akan memasang nisan dari kayu pun, keluarga almarhum mengharamkannya. Termasuk posisi kuburan tanahnya juga tidak boleh ditinggikan, melainkan dibuat rata.

“Bahkan keluarga almarhum juga marah bahwa tali pocong supaya tetap dalam keadaan terikat. Pokoknya keluarga almarhum gak mau preses penguburan seperti itu,” ceritanya.

Keanehan pun Terjadi

Setelah semua permintaan almarhum dipenuhi, akhirnya proses pemakaman pun selesai. Semua yang hadir lantas pulang, termasuk keluarga yang melarang ini itu. Suatu keanehan pun terjadi.

Di tengah perjalanan pulang, si keluarga yang kebetulan seorang bapak itu ketakutan luar biasa. Ia dibayang-bayangi ada pocong jenazah saudaranya tadi ngintil, mengikutinya dari belakang sambil berbicara,

‘Kenapa tali pocongku gak dilepas... Kenapa aku gak dibacakan doa...’ ucap pocong itu sambil merintih, sepertinya si pocong itu kesakitan. Dia minta tolong supaya tali pocongnya dibika dan dibacakan doa untuknya.

Hal itu berlangsung bahkan sepanjang jalan dari TPU Utan Kayu Rawamangun sampai Cempaka Putih, rumah keluarga itu. Pocong itu tetap mengikutinya.  

Karena ketakutan yang luar biasa, meski sudah sampai di rumah, akhirnya dia kembali lagi ke kuburan Utan Kayu. Bapak itu pun minta ustadz KH Abu Bakar Ghozali dengan nada ketakutan dan merengek-rengek agar jenazah keluarganya tadi di kubur ulang.

Bapak itu pun meminta supaya dibacakan adzan, talkin, dan tali pocong supaya dilepas. Bahkan, ia juga minta dibacakan tahlilan dan doa khusus untuk si mayit tadi.

Akhirnya, atas permintaan keluarga yang anti doa dan tahlilan, adzan, akhirnya dituruti oleh KH Abu Bakar Ghozali.

Ketika jenazah digali kembali, ternyata kondisi jenazah sudah berubah, padahal hanya berselang beberapa jam saja. Kain kafannya sudah sobek-sobek, tercabik-cabik, bahkan keluar darah segar dari jenazah ini layaknya diterkam binatang buas.

Melihat kondisi ini, akhirnya diputuskan jenazah tidak dikubur ulang, tapi digali kembali. Keluarga jenazah itu pun akhirnya tidak ngotot lagi. Dia bahkan menyadari bahwa adzan, talkin, tahlilan dan doa untuk si mayit sudah tidak ada gunanya, karena kondisi mayit sudah seperti itu.

Akhirnya, Keluarganya pun Bertaubat

Sang keluarga si mayit itupun akhirnya minta supaya dibacakan talkin, tahlilan dan juga doa khusus si untuk si mayit. Dia pun juga meminta agar rumah duka juga diadakan tahlilan selama seminggu.

Akhirnya, pembacaan tahlil selama satu minggu dilaksanakan dan langsung dipimpin KH Abu Bakar Ghazali. Keluarga ini juga pada akhirnya percaya bahwa doa itu ada dalilnya, dan juga ada manfaatnya.

Alhamdulillah, saudaranya yang jadi pocong itu akhirnya tidak mengganggu keluarga itu lagi.

Wallahu a’lam bisshawab…