Memaknai Kematian

 
Memaknai Kematian

LADUNI.ID, Jakarta - Kematian bagi banyak orang merupakan sesuatu yang menakutkan. Segala hal yang berhubungan dengannya sebisa mungkin dihindari baik percakapan, diskusi atau pengkajian tentang kematian tersebut. Reaksi orang lain biasanya akan negatif ketika ada seseorang yang mencoba mengingatkan atau sekedar membicarakan tentang kematian. Reaksi tersebut bisa berupa ekspresi kaget, takut, cemas, cemooh bahkan marah. Kondisi umum ini terjadi di tengah-tengah masyarakat. Padahal kematian itu merupakan sesuatu yang tidak bisa dihindari semua makhluk hidup, termasuk manusia. Kematian itu sendiri termasuk dalam bagian mata rantai yang tak terpisahkan dengan kehidupan. Kehidupan dan kematian berada dalam suatu siklus yang menyertai kehidupan semua makhluk. Bukankah sesuatu itu ada karena kehadiran lawannya? Pria ada karena ada wanita. Sehat ada karena ada sakit. Orangtua ada karena ada anak. Suami ada karena ada isteri. Demikian juga kehidupan ada karena ada kematian.

Keengganan untuk membicarakan kematian mungkin terkait dengan munculnya persepsi yang menakutkan tentang situasi setelah mati dalam pembicaraan tentang kematian. Semua akibat muncul karena ada sebab. Persepsi itu muncul, tidak terlepas dari penggambaran kematian yang negatif. Meskipun penjelasan objektif tentang kematian baik hal yang positif maupun negatif sudah diurai dalam kitab suci, buku agama dan para pemuka agama, kematian lebih sering diwujudkan sebagai situasi yang menyeramkan, menyedihkan dan mengkhawatirkan. Perwujudannya bisa dilihat dalam bentuk tempat pemakaman umum yang cenderung menyeramkan, walauapun ada juga tempat pemakaman umum yang ditata dengan rapi dan jauh dari kesan menyeramkan. Selain itu cerita-cerita horor tentang arwah gentayangan jika mati tidak secara wajar, penampakan hantu dan sebagainya kayaknya sangat familiar di masyarakat Indonesia.

UNTUK DAPAT MEMBACA ARTIKEL INI SILAKAN LOGIN TERLEBIH DULU. KLIK LOGIN