Covid-19 dan Pendekatan Intelijen

 
Covid-19 dan Pendekatan Intelijen

LADUNI.ID, Jakarta - Di luar sana, ada yang bingung kenapa Presiden Joko Widodo  (yang biasa kupanggil akrab Lik Joko) kok menggunakan pendekatan intelijen saat hadapi #COVID-19. Bahkan bukan sekadar bingung, tapi juga mencemooh, merundung, dan sebagainya.

Hal yang menarik, dari salah satu jejak yang bernada minor itu kemudian membandingkan bagaimana penanganan COVID-19 di negara-negara lain, salah satunya di Amerika Serikat - di mana komando “perang” melawan COVID-19 berada di tangan CDC alias Centers for Disease Control and Prevention.

CDC inilah yang memberikan alert atau peringatan akan terjadinya disrupsi signifikan bagi orang-orang Amerika - sesuai prinsip mereka CDC 24/7 alias bekerja 24 jam non-stop setiap hari, dan 7 hari dalam seminggu untuk melindungi Amerika dari ancaman kesehatan dan keselamatan, baik dari luar negeri maupun dari dalam negeri. Singkatnya, CDC ini badan intel kesehatan Amerika, CMIIW Kek Alto Luger - di mana para Direkturnya mayoritas berkarir sejak awal sebagai “Intelligence Officer” alias intel.

Ya, intel!

Di bagian Epidemic Intelligence Service misalnya, kalau kita mau googling seriyes, bisa ketemu dokter-dokter top, salah satunya Dokter Ali S. Khan, yang menuliskan secara ciamik buku autobiografinya “Next Pandemic: On the Front Lines Againts Humankind’s Gravest Danger” bersama  William Patrick tahun 2017 yang lalu-di mana keduanya menggambarkan pandemi mengerikan seperti Ebola, Anthrax, Zika dan SARS di-inteli dan kemudian diatasi bersama.

UNTUK DAPAT MEMBACA ARTIKEL INI SILAKAN LOGIN TERLEBIH DULU. KLIK LOGIN