Tafakkur Kehidupan atas Kuasa Allah SWT

 
Tafakkur Kehidupan atas Kuasa Allah SWT
Sumber Gambar: Pinterest, Ilustrasi: laduni.ID

Laduni.ID, Jakarta - Ketika terjadi ujian kehidupan seperti kesusahan, kekhawatiran, malapetaka, musibah, krisis, banyak orang yang menyangka bahwa Allah SWT telah marah kepadanya. Benarkah demikian?

Ketahuilah bahwa sebenarnya memang demikian itulah sifat dunia yang diciptakan Allah SWT. Jadi tak perlu menyangka bahwa Allah SWT telah marah.

Sebagaimana kita tahu bahwa Allah SWT adalah Dzat yang menciptakan segala sesuatu dan menakdirkan sifatnya masing-masing. Misalnya, Allah menciptakan api dan menjadikan bisa membakar. Dengan api umat manusia dapat mendapatkan kehangatan dari nyala api itu. Ketika diletakkan daging ke dalamnya, daging pun bisa terpanggang dan matang. Api juga dapat dimanfaatkan menjadi sumber energi panas, dan lain sebagainya. 

Allah SWT menciptakan matahari yang menerangi. Dan dari penerangan ini terjadilah siang hari. Allah SWT menciptakan laut, dan menciptakan air di dalamnya, dan air ini menyebabkan basah.

Dengan demikian, jadi jika ada seseorang yang melemparkan dirinya ke laut menjadi basah, maka dia tidak perlu kaget dan mengatakan, "Kenapa Allah menakdirkan diriku basah? Apakah ini kemarahan dari-Nya? Memangnya apa yang telah aku lakukan?" Jika hal itu dilakukan, maka pasti akan muncul keluh kesah, terjebak dalam kebingungan dan keraguan. Bahkan bisa saja dengan keraguannya itu, ia menjadi tidak mempercayai diri sendiri, maupun Tuhan.

Untuk menghilangkan kebingungan ini, perlu diketahui bahwa asal usul dunia ini adalah ketidaknyamanan. Jadi tidak perlu terkejut, karena dunia memang hal yang rendahan. Demikian itu memang karakteristiknya dan penderitaan di dunia adalah bagian dari sebuah realitas.

Di dunia ini muncul berbagai kesusahan, musibah, masalah, bencana, kekhawatiran, krisis, penyakit dan sebagainya. Tetapi muncul satu pertanyaan; Apakah pantas kita mendeskripsikan dunia dengan sifat-sifat yang jelek itu?

Benar, hakikat dunia memang begitu. Makanya tidak perlu kaget ketika muncul berbagai kesusahan. Fakta ini membuat seseorang memiliki keseimbangan untuk berinteraksi dan mengukur hubungannya dengan dunia. Ketika musibah datang, maka bisa dihadapai dengan baik-baik saja, karena memang sejak mula ditegaskan bahwa hakikat dunia itu memang demikian. Jadi tak perlu kaget dan berlebihan dalam menghadapinya. 

Dengan pandangan seperti itu, maka seseorang secara sadar dapat bersabar. Tapi bagaimana praktiknya dalam keseharian kita? Kesabaran memang pahit dan tidak mudah karena berlawanan dengan hawa nafsu. Meski begitu, hal ini bukanlah tidak mungkin bisa dilakukan. Kesabaran itu dapat diperoleh dengan kesiapan diri, lalu memahami bahwa segala hal yang dihadapai itu adalah normal biasa.

Jika ada seseraong yang memahami bahwa penderitaan itu adalah sesuatu yang hanya menimpa pada dirinya saja, dan selalu mempertanyakan bagaimana hal itu bisa terjadi, maka tentu dia akan terjebak dalam kebingungan dan selalu merasa cemas.

Mengenai hal itu, ada sebuah riwayat Hadis yang sangat menarik. Ketika Nabi SAW melihat seorang perempuan yang menangis, menampar wajahnya, dan sebagainya disebabkan putranya telah meninggal dunia, maka beliau pun berkata pada perempuan yang menangis itu; "Bertakwalah pada Allah dan bersabarlah." Si perempuan pun berkata; "Menjauhlah dariku, kamu tidak pernah menderita apa yang aku derita." Ternyata perempuan itu tidak mengetahui bahwa yang mengajaknya bicara adalah Rasulullah SAW, karena dia larut dalam kesedihan dan merasa panik tak karuan.

Lalu orang-orang pun memberitahukan bahwa yang menasihatinya tadi adalah Rasulullah SAW. Merasa kaget, akhirnya si perempuan itu lari mengejar Rasulullah SAW dan kemudian berkata; "Saya tidak mengenal Anda."

Mendengar hal itu, Rasulullah SAW pun berkata; "Kesabaran adalah saat kejutan pertama (awal terjadi musibah)."

Dari Hadis di atas, kita mungkin bertanya bagaimana maksud kesabaran ada pada kejutan pertama. Hal ini bisa dipahami dengan pengetahuan dan pemahaman yang utuh sebagaimana di jelaskan di atas bahwa seharusnya memang kita tak perllu merasa kaget dengan terjadinya berbagai kesusahan selama berada di tempat ini, di dunia ini. Dengan keyakinan dan faktanya memang demikian itu, maka kita dapat melatih diri untuk bersabar dan tidak khawatir lagi dalam menjalani kehidupan di dunia. 

Lalu, apa yang sebenarnya terjadi setelah bersabar? atau katakanlah, apa hasilnya?

Ketahuilah bahwa semua itu mengarah kepada kepasrahan dan keridhoan kita atas segala hal yang ditakdirkan oleh Allah SWT. Demikianlah yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW. 

Nabi SAW pernah bersabda yang dapat menggambarkan hal itu; "Sesungguhnya mata menangis dan hati bersedih, sesungguhnya kami bersedih karena perpisahan denganmu, wahai Ibrahim, dan kami tidak mengatakan apapun yang membuat Allah marah".

Hadis itu menyiratkan bahwa beliau mempunyai pemahaman yang kuat dalam jiwa. Segala hal yang telah, sedang dan akan terjadi adalah kehendak dari Allah SWT, semuanya telah ditakdirkan oleh-Nya. 

Jadi, jika kita bisa menghayati hikmah di atas, maka itu sangat membantu kita untuk menciptakan jiwa yang tangguh dan berakhlak sebagaimana diteladankan oleh Nabi Muhammad SAW. []


Sumber: Tulisan ini merupakan catatan yang diolah dan dikembangkan dari ceramah Dr. Ali Jum'ah. Tim redaksi bertanggungjawab sepenuhnya atas uraian dan narasi di dalam tulisan ini.

Catatan: Tulisan ini telah terbit pada tanggal 31 Maret 2020. Tim Redaksi mengunggah ulang dengan melakukan penyuntingan dan penyelarasan bahasa.

___________

Editor: Hakim