Karomah Kiai ‘Aqil Siroj, Mimpi Bertemu Rasulullah SAW

 
Karomah Kiai ‘Aqil Siroj, Mimpi Bertemu Rasulullah SAW

LADUNI.ID, Jakarta - Dalam pembahasan paling akhir Kitab Fathul Majid, kitab tauhid karangan Syekh Muhammad Nawawi Banten disebutkan bahwa nikmat paling besar ketika di akhirat adalah bisa melihat Allah secara langsung:

واذا راى المؤمنون الله جل وعز تركوا نعيم الجنة لانه لو اجتمع نعيم اهل الجنة لا يساوى اقل لحظة من رايته تعالى فهى اكبر نعم الاخرة كما ان الايمان اكبر نعم الدنيا

“Ketika orang-orang beriman mulai bisa melihat Allah, maka mereka langsung meninggalkan nikmat-nikmat surga yang lain. Hal ini terjadi karena apabila semua nikmat penghuni surga dikumpulkan maka sedikitpun tidak bisa menyamai dengan nikmatnya melihat Allah. Melihat Allah adalah nikmat akhirat yang paling besar seperti halnya iman adalah nikmat yang paling besar ketika di dunia.”

Lalu bagaimanakah dengan melihat Rasulullah Muhammad ketika di dunia? Apakah manusia bisa melihat Rasulullah?

Dikutip Laduni.id dari laman KHASMedia, melihat Rasulullah bagi umat zaman akhir adalah sebuah keistewaan tersendiri, dan ini hanya dimiliki oleh orang-orang tertentu, hamba-Nya yang sholeh, ahli ibadah serta taat beribadah.

Diceritakan oleh KH Muhammad Mustofa Aqiel ketika Haul Almarhumin KH Aqiel Siroj, KH Nashir Abu Bakar serta Nyai Hj Afifah Harun pada tahun 2013, bahwa salah satu orang yang pernah bertemu dengan Rasulullah lewat mimpi adalah Ayah beliau, Kiai ‘Aqiel Siroj.

Seperti diketahui oleh banyak orang, Kiai ‘Aqiel adalah hamba yang taat beribadah, alim, menguasai berbagai macam kitab klasik serta ilmu agama dan juga beliau sangat menghormati dan memuliakan Rasulullah, maka tak jarang beliau sering dijumpai ikut duduk bersama santri untuk membaca Diba’i serta Barzanji setiap malam jumat.

Beberapa tahun sebelum wafat, beliau berjumpa dengan Baginda Rasulullah dalam mimpinya. Ceritanya dalam suatu malam ketika Beliau sedang tidur, tiba-tiba, beliau terbangun setengah menjerit dengan nafas seperti orang yang habis berlari kencang.

Kemudian Beliau berkata kepada istrinya (Nyai Afifah). “Mi, isun ngimpi ketemu Kanjeng Nabi, salaman karo Kanjeng Nabi” (Bu, Saya baru saja mimpi bertemu dengan Baginda Rasulullah dan bahkan saya bersalaman dengan Baginda Rasul).

Antara bahagia dan nikmat, esok harinya ketika beliau selesai memimpin jamaah sholat shubuh, beliau mengumpulkan santrinya. Kemudian, beliau menceritakan kejadian mimpi yang baru saja malam ini dialaminya.

Selesai bercerita, beliau mempersilahkan santrinya agar bersalaman dengan tangannya, tangan yang malam ini bersentuhan langsung dengan Baginda Rasulullah lewat mimpi.

Wallahu A’lam.