Mengenal Dua Model Keberanian dalam Hidup

 
Mengenal Dua Model Keberanian dalam Hidup

LADUNI.ID, Jakarta - Berani (syaja’ah) adalah sikap melangkah maju ke depan guna mendapatkan atau mempertahankan kehormatan dengan menggunakan pertimbangan akal. Sikap ini (berani) dilakukan dengan cara melangkah maju ke depan, jika memang harus maju ke depan; atau sebaliknya, dilakukan dengan cara menahan diri dari maju ke depan, jika hal tersebut memang belum memungkinkan.

Posisi sikap berani ini berada di antara dua sikap buruk, yaitu antara sikap takut (jubn) dan sikap nekat atau ngawur (tahawwur). Yang dimaksud dengan takut adalah kekhawatiran yang berlebihan terhadap sesuatu yang tidak sepatutnya dihindari. Sedang yang dimaksud dengan nekat atau ngawur adalah melangkah maju ke depan tanpa disertai dengan pertimbangan akal. Keburukan sikap penakut adalah karena ia menyia-nyiakan peluang dan kesempatan yang ada; sedang buruknya sikap orang yang nekat karena ia melakukan sesuatu di luar batas kemampuannya.

Keberanian itu ada dua: pertama, keberanian bersikap (syaja’ah adabiyyah), dan kedua, keberanian fisik (syaja’ah madiyyah). Keduanya sama-sama penting dan diperlukan dalam kehidupan.

Keberanian bersikap dilakukan dalam rangka mencegah kezaliman dan menolak ketidakadilan. Hal itu diupayakan dengan cara memberi teguran, peringatan, kritik atau saran kepada para pejabat atau penguasa yang bertindak tidak sesuai dengan tugas dan fungsinya. Keberanian ini harus dilakukan agar kezaliman dan otoritarianisme dapat dicegah sekuat tenaga, karena memberikan dampak buruk yang nyata bagi masyarakat.

Sedang keberanian fisik diperlukan dalam rangka membela dan mempertahankan bangsa dan tanah air dari serangan musuh demi kedaulatan negara, atau membela diri dari gangguan orang yg ingin berbuat jahat kepada kita demi kehormatan diri dan keluarga.

Hilangnya keberanian akan mengakibatkan kesewenangan, penderitaan dan kesengsaraan berlaku terus dan merata, lenyapnya kebebasan dan kedaulatan rakyat, serta hilangnya keistimewaan dan jati diri bangsa. Oleh karena itu, para pemuda sepatutnya memiliki sikap berani yang mulia ini demi kebaikan dan kejayaan bangsanya. (Idhotun-Nasyi`in).


*) Oleh KH. Dr. Hilmy Muhammad, Wakil Rais Syuriah PWNU DIY, Pengasuh Pesantren Krapyak Yogyakarta