Kisah Karomah Mbah Noer Durya (Mbah Moga)

 
Kisah Karomah Mbah Noer Durya (Mbah Moga)

LADUNI.ID, Jakarta - Kalau berbicara sosok waliyullah dan ulama’ yang zuhud dan penuh karismatik pasti tak lepas dari sosok beliau Si Mbah Kyai Haji Noer Durya Bin Sayid. Beliau adalah kyai yang sangat zuhud, dan hidup di pinggir sungai di daerah Walangsanga Moga Pemalang Jawa Tengah.

Berikut adalah sepenggal dan cerita tentang karomah-karomah beliau:

1. Menyelamatkan Santrinya yang Sowan Ketika Banjir Bandang Datang

Ada seorang santrinya Mbah Noer Moga dari Desa Kangkung Mranggen Jawa Tengah yaitu KH. Abdul Muid Elco yang sangat takdim dan patuh terhadap dawuh-dawuhnya Mbah Noer Moga, dan setelah wafatpun beliau KH. Abdul Muid setiap tahun pasti ke sana untuk mengkahuli gurunya itu.

Di suatu tahun kira-kira tahun 2011an lampau, ketika selesai berzirah dan ingin pulang, tidak tahu kenapa mobil bisnya macet dan tidak bisa jalan dan diperbaiki sampai jam 3 malam tetap gak bisa nyala mobilnya. Kemudian KH. Abdul Muid memutuskan untuk bermalam di makamnya mbah Noer.

Anehnya tanpa diapa-apakan, paginya mobil itu bisa menyala sendiri, dan ketika sampai di Pemalang kota, ternyata tadi malam ada bencana banjir besar bahkan air banjir bandang itu katanya warga sampai berwarna hitam. Bahkan, yang diakibatkan dari banjir bandang semalam yaitu putusnya jembatan Comal Pemalang karna diakibatkan banjir tadi malam.

Semenjak itu dengan kejadian mobil yang mogok tanpa adanya masalah itu bisa disimpulkan, bahwa mbah Noer Moga tidak mengijinkan santri kesayangannya pulang karena tidak ingin santrinya yang baru saja sowan itu kena musibah di perjalanan pulangnya. (cerita ini dikutib dari rombongan peziarah khoul Mbah Noer Moga dari Desa Kangkung Kecamatan MRANGGEN Kab. Demak)

2. Modal Perjalanan Sowan Pasti Sudah Dihidangkan di Meja Mbah Noer Moga

Suatu saat ketika mbah Noer Moga masih sugeng (hidup). Santri mbah Noer Moga, K. Bardi dan KH.Abdul Muid ingin sowan kepada gurunya yaitu KH. Noer Durya Bin Sayid. Ketika itu beliau tidak punya sangu untuk ke sana, yang dipunyai hanyalah pisang yang masih dipohonnya. Lalu ditegurlah pohon pisang itu dan dijualnya untuk modal perjalanan berangakat sowan kepada gurunya Mbah Noer Moga.

Singkat cerita sesampainya di rumah Mbah Noer Moga yang berada persis di bibir sungai itu. Beliau kaget, karena pisang yang ditegor dari kebunnya dan dijualnya dibakul itu, ternyata sangat persis dengan pisang yang dihidangkan oleh Mbah Noer Moga kepada santrinya itu, K. Bardi dan KH. Abdul Muid. (cerita ini dikutib dari dawuh KH. Abdul Muid saat mengkaji kitab Nashoihul Ibad )

3. Ketika Banjir Datang Airnya Mengalir Miring Menyingkir dari Kediaman Mbah Noer

Kediamannya Mbah Noer Moga memang tidak wajar untuk keumuman manusia. Karena apa? Kediaman beliau terletak di bawah dasar sampir persis bibir sungai, yang bisa dibilang antara rumah beliau sama sungai tidak ada jarak bahkan bisa dibilang menyatu dengan sungai.

Itulah yang membuat kekharismatikan Mbah Noer Moga semakin terlihat, dan kesederhanaan rumahnya yang terbuat dari bambu (gedhek bahasa Jawanya) itu semakin terlihat kezuhudannya beliau. Namun ada titik khowarikul adahnya dari beliau.

Ketika banjir datang di sungai itu, air sungainya tidak pernah merendam rumah Mbah Noer Moga, bahkan air sungainya yang meluap itu seakan mengalir miring menghindari rumah Mbah Noer Moga yang hanya terbuat dari bambu itu.

Sebesar apapun banjir yang datang, pasti airnya miring dan tidak sampai menggenangi bahkan menyentuh pintu bilik rumahnya Mbah Noer Moga, Subahanallah

Kalau Allah menyukai seseorang, pasti Allah menyuruh semua mahkluk ciptaannya untuk hormat dan takdim kepada orang yang dikasihi Allah itu.

Inilah sepenggal kisah karomah beliau kh. Noer Durya bin Sayid, dari Desa Walangsangan Moga Pemalang. Kisah ini saya ketik semata-mata karena ketakdiman saya kepada guru sekaligus si Mbah saya Mbah Noer Moga. Jika ada salah kata maupun penulisan saya beribu-ribu minta maaf.


*) Dikutip dari laman Facebook Mohamad Pasya