Dalil, Keutamaan dan Petunjuk Lengkap Shalat Rawatib

 
Dalil, Keutamaan dan Petunjuk Lengkap Shalat Rawatib
Sumber Gambar: Foto Monstera / Pexels (ilustrasi foto)

DAFTAR ISI

  1. Pengertian Shalat Sunah Qabliyah-Ba’diyah
  2. Hukum Shalat Sunah Qabliyah-Ba’diyah
  3. Keutamaan Shalat Qabliyah-Ba’diyah
  4. Niat Shalat Sunah Qabliyah-Ba’diyah
  5. Kesimpulan

PENGERTIAN SHALAT SUNAH QABLIYAH-BA’DIYAH

Laduni.ID, Jakarta - Manusia adalah tempatnya khilaf dan salah ketika melaksanakan suatu amal. Begitupun dalam melaksanakan Shalat wajib lima waktu ada kemungkinan di dalamnya terdapat kekeliruan atau setidaknya tidak sempurnanya pelaksanaan shalat kita. Namun demikian, Islam telah memberikan solusi ketika terjadi kekhilafan atau ketidaksempurnaan kita dalam melaksanakan shalat fardhu lima waktu dengan memberikan ruang bagi kita untuk menutupi kekurangan tersebut.

Dalam hal pelaksanaan shalat fardhu lima waktu, mungkin ada hal-hal yang mengganggu kekhusyu'an shalat kita seperti menghayal atau ada sesuatu hal yang menyebabkan kita tidak khusyu' dalam melaksanakan shalat fardhu. Sebagai antisipasi jika dalam pelaksanaannya terdapat kekurangan maka kita disunahkan untuk melaksanakan shalat sunah Rawatib sebagai penutup kekurangan tersebut. Secara ringkas shalat sunah Rawatib adalah shalat sunah yang mengiringi pelaksanakan shalat fardhu. Shalat sunah Rawatib terbagi menjadi dua yaitu shalat sunah Qabliyah (dilaksanakan sebelum melaksanakan shalat fardhu) dan shalat sunah Ba'diyah (dilaksanakan setelah melaksanakan shalat fardhu). Kedua shalat sunah tersebut dilaksanakan dengan tujuan sebagai penyempurna shalat fardhu.

Baca juga: Petunjuk Lengkap Qadha Shalat Fardhu Beserta Bacaan Niatnya

Shalat adalah amal ibadah yang pertama kali akan dihisab nanti, sehingga derajat kesempurnaan shalat adalah satu hal yang sangat penting untuk kita dapatkan. Untuk menghindari ketidaksempurnaan tersebut salah satunya adalah dengan melaksanakan shalat sunah Rawatib. Hal ini sebagaimana hadits Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Imam Ibnu Majah

إِنَّ أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ بِهِ الْعَبْدُ الْمُسْلِمُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، الصَّلَاةُ الْمَكْتُوبَةُ، فَإِنْ أَتَمَّهَا، وَإِلَّا قِيلَ: انْظُرُوا هَلْ لَهُ مِنْ تَطَوُّعٍ؟ فَإِنْ كَانَ لَهُ تَطَوُّعٌ أُكْمِلَتِ الْفَرِيضَةُ مِنْ تَطَوُّعِهِ، ثُمَّ يُفْعَلُ بِسَائِرِ الْأَعْمَالِ الْمَفْرُوضَةِ مِثْلُ ذَلِكَ

"Sesungguhnya amal hamba yang pertama kali dihisab pada hari Kiamat adalah shalat fardhu. Itu pun jika sang hamba menyempurnakannya. Jika tidak, maka disampaikan, “Lihatlah oleh kalian, apakah hamba itu memiliki amalan (shalat) sunnah?” Jika memiliki amalan shalat sunnah, sempurnakan amalan shalat fardhu dengan amal shalat sunnahnya. Kemudian, perlakukanlah amal-amal fardhu lainnya seperti tadi"

Bahkan Imam Ar-Rifai sebagaimana dikutip oleh Imam Ibnu Hajar Al-Haitami dalam kitab Al-Jawazir ‘an Iqtirafil Kaba’ir menyebutkan bahwa orang yang meninggalkan shalat sunah Rawatib layak ditolak kesaksiannya karena dianggap menyepelakan sunah.

وَقَدْ ذَكَرَ الرَّافِعِيُّ فِي الْكَلَامِ عَلَى الْمُرُوءَةِ أَنَّ مَنْ اعْتَادَ تَرْكَ السُّنَنِ الرَّوَاتِبِ وَتَسْبِيحَاتِ الرُّكُوعِ وَالسُّجُودِ رُدَّتْ شَهَادَتُهُ؛ لِتَهَاوُنِهِ بِالسُّنَنِ، فَهَذَا صَرِيحٌ فِي أَنَّ الْمُوَاظَبَةَ عَلَى ارْتِكَابِ خِلَافِ الْمَسْنُونِ تُرَدُّ الشَّهَادَةُ بِهِ مَعَ أَنَّهُ لَا إثْمَ فِيهِ

"Imam Ar-Rafi‘i menyebutkan dalam pembahasan tentang muruah bahwa orang yang biasa meninggalkan shalat-shalat sunnah rawatib, tasbih rukuk, dan sujud, layak ditolak kesaksiannya karena dianggap menyepelekan sunah. Ini jelas bahwa melanggengkan diri melakukan sesuatu yang bertentangan dengan perkara sunah menyebabkan ditolaknya kesaksian walaupun tidak ada dosa di dalamnya"

HUKUM SHALAT SUNAH QABLIYAH DAN BA’DIYAH
Berdasarkan keterangan dari para ulama, shalat Qabliyah dan Ba’diyah dapat dibagi ke dalam dua katagori yaitu sunah Muakkad dan sunah Ghairu Muakkad. Adapun jumlah raka'at shalat Rawtib selama satu hari adalah 20 raka'at sebagaimana yang disebutkan dalam kitab Fathul Mu'in karya Syekh Zainuddin Al-Malibary

يسن للأخبار الصحيحة الثابتة في السنن أربع ركعات قبل عصر وأربع قبل ظهر وأربع بعده وركعتان بعد مغرب وندب وصلهما بالفرض ولا يفوت فضيلة الوصل بإتيانه قبلهما الذكر المأثور بعد المكتوبة وبعد عشاء ركعتان خفيفتان وقبلهما إن لم يشتغل بهما عن إجابة المؤذن فإن كان بين الأذان والإقامة ما يسعهما فعلهما وإلا أخرهما وركعتان قبل صبح

"Disunnahkan shalat sunah 4 rakaat sebelum shalat ashar, 4 rakaat sebelum dzuhur dan setelahnya, 2 rakaat setelah maghrib dan disunahkan menyambung 2 rakaat ba’diyah maghrib dengan shalat fardhu, dan tidak hilang keutamaan menyambung 2 rakaat ba’diyah maghrib sebab melakukan dzikir ma’tsur setelah shalat fardhu, kemudian setelah isya 2 rakaat yang ringan, begitu juga 2 rakaat sebelum shalat isya jika tidak sibuk menjawab azan. Apabila di antara azan dan iqamat ada waktu luang untuk mengerjakan 2 rakaat sebelum isya, maka dapat dikerjakan. Jika tidak, maka diakhirkan (setelah shalat isya), dan dua rakaat setelah subuh"

1. Shalat Sunah Qabliyah dan Ba’diyah yang Muakad (Dianjurkan)
Menurut ulama madzhab Syafi'i, shalat Qobliyah dan Ba'diyah yang dihukumi sunah Muakkad jumlahnya 10 raka'at yaitu dua raka'at sebelum dzhuhur, dua raka'at setelah dzuhur, dua raka'at setelah maghrib, dua raka'at setelah isya, dan dua raka'at sebelum shubuh. Hal ini berdasarkan hadits Rasulullah SAW dari Ibnu Umar RA yang diriwaytkan oleh Imam Bukhari

عن ابن عمر رضي الله عنهما قال: حفظت من النبي صلى الله عليه و سلم عشر ركعات ركعتين قبل الظهر وركعتين بعدها وركعتين بعد المغرب في بيته وركعتين بعد العشاء في بيته وركعتين قبل صلاة الصبح

"Dari Ibnu Umar RA, ia berkata: Aku memelihara dari Nabi SAW sepuluh raka'at yaitu dua raka'at sebelum dzhuhur, dua raka'at setelahnya, dua raka'at setelah maghrib di rumahnya, dua raka'at setelah isya di rumahnya, dan dua raka'at sebelum shubuh"

Syekh Zainuddin Al-Malibary menjelaskan hal yang sama dalam kitab Fathul Mu'in terkait sepuluh rak'at shalat rawatib yang utama

والمؤكد من الرواتب عشر وهو ركعتان قبل صبح وظهر وبعده وبعد مغرب وعشاء

"Shalat-shalat rawatib yang muakkad ada 10 rakaat: 2 rakaat sebelum subuh, 2 rakaat sebelum dzuhur, 2 rakaat setelah dzuhur, 2 rakaat setelah maghrib dan 2 rakaat setelah isya"

Sepuluh raka'at sebagaimana di atas juga disebutkan dalam kitab Asnal Mathalib fi Syarh Raudlatut Thalib karya Syekh Zakariya Al-Anshari

(وَرَوَاتِبُ الْفَرَائِضِ) الْمُؤَكَّدَةِ (عَشْرٌ)، وَالْحِكْمَةُ فِيهَا تَكْمِيلُ مَا نَقَصَ مِنْ الْفَرَائِضِ فَضْلًا مِنْ اللَّه وَنِعْمَةً، وَهِيَ (رَكْعَتَانِ قَبْلَ الصُّبْحِ وَ) رَكْعَتَانِ قَبْلَ (الظُّهْرِ وَرَكْعَتَانِ بَعْدَ الظُّهْرِ وَ) رَكْعَتَانِ بَعْدَ (الْمَغْرِبِ وَ) رَكْعَتَانِ بَعْدَ (الْعِشَاءِ) لِلِاتِّبَاعِ رَوَاهُ الشَّيْخَانِ

"Shalat sunnah rawatib pengikut fardhu yang ditekankan adalah sepuluh rakaat. Hikmahnya adalah menyempurnakan kekurangan shalat fardhu sebagai karunia dan nikmat dari Allah. Sepuluh rakaat tersebut adalah dua rakaat sebelum subuh, dua rakaat sebelum dhuhur, dua rakaat setelah dhuhur, dua rakaat setelah magrib, dan dua rakaat setelah isya, karena ikut kepada riwayat Al-Bukhari dan Muslim"

Namun Imam Abu Hanifah menambahkan bahwa shalat sebelum dzuhur itu 4 raka'at termasuk ke dalam sunah Muakkad, sehingga jumlah raka'at shalat Rawatib dalam sehari adalah 12 raka'at. Beliau berlandaskan hadits Rasulullah SAW dari Aisyah RA yang diriwayatkan oleh Imam At-Tirmidzi

مَنْ ثَابَرَ عَلَى ثِنْتَيْ عَشْرَةَ رَكْعَةً مِنْ السُّنَّةِ بَنَى اللَّهُ لَهُ بَيْتًا فِي الْجَنَّةِ أَرْبَعِ رَكَعَاتٍ قَبْلَ الظُّهْرِ وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَهَا وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَ الْمَغْرِبِ وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَ الْعِشَاءِ وَرَكْعَتَيْنِ قَبْلَ الْفَجْرِ

"Barangsiapa menjaga dalam mengerjakan shalat sunah dua belas raka'at, maka Allah akan membangunkan rumah untuknya di surga, yaitu empat raka'at sebelum dzhuhur, dua raka'at setelah zhuhur, dua raka'at setelah maghrib, dua raka'at setelah isya` dan dua raka'at sebelum subuh"

Baca juga: Petunjuk Lengkap Shalat Sunnah Mutlak

2. Shalat Sunah Qabliyah dan Ba’diyah yang Ghairu Muakad
Adapun shalat sunah Qabliyah dan Ba'diyah yang dihukumi sunah Ghairu Muakkad menurut ulama madzhab Syafi'i adalah shalat sunah selain yang sudah disebutkan di atas seperti tambahan dua raka'at sebelum dan setelah dzuhur, empat raka'at sebelum ashar, dua raka'at sebelum magrib, dua raka'at sebelum isya.

Seperti dua atau empat reka’at sebelum shalat ashar, berdasarkan hadits Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud

رَحِمَ اللَّهُ امْرَأً صَلَّى قَبْلَ الْعَصْرِ أَرْبَعًا

"Allah SWT menyayangi seseorang yang shalat empat rakaat sebelum shalat Ashar"

Kemudian dua raka’at sebelum shalat maghrib, sebagaimana hadits Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari

"Shalatlah kalian sebelum Maghrib (beliau mengulangnya tiga kali). Diakhirnya beliau bersabda,"Bagi siapa saja yang mau melaksanakannya". Beliau takut hal tersebut dijadikan oleh orang-orang sebagai sunnah" 

Lalu hadits Rasulullah SAW dari Abdullah bin Mughaffal RA yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari

بَيْنَ كُلِّ أَذَانَيْنِ صَلَاةٌ قَالَهَا ثَلَاثًا قَالَ فِي الثَّالِثَةِ لِمَنْ شَاءَ

"Di antara setiap dua adzan (azan dan iqamah) itu ada shalat (sunnah).” Beliau mengulanginya hingga tiga kali. Dan pada kali yang ketiga beliau bersabda, “Bagi siapa saja yang mau mengerjakannya"

KEUTAMAAN SHALAT SUNAH QABLIYAH DAN BA’DIYAH
Adapun berbagai keutamaan shalat sunah Qabliyah dan Ba’diyah diterangkan dalam hadits riwayat Imam Muslim berikut ini. Ummu Habibah berkata bahwa ia mendengar Rasulullah SAW bersabda,

مَنْ صَلَّى اثْنَتَىْ عَشْرَةَ رَكْعَةً فِى يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ بُنِىَ لَهُ بِهِنَّ بَيْتٌ فِى الْجَنَّةِ

"Barangsiapa yang mengerjakan shalat 12 raka’at (sunnah qabliyah ba’diyah) sehari semalam, akan dibangunkan baginya rumah di surga"

Dalam riwayat Imam An-Nasai dari Ummu Habibah, ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda,

ثِنْتَا عَشْرَةَ رَكْعَةً مَنْ صَلَّاهُنَّ، بُنِيَ لَهُ بَيْتٌ فِي الْجَنَّةِ، أَرْبَعُ رَكَعَاتٍ قَبْلَ الظُّهْرِ، وَرَكْعَتَانِ بَعْدَ الظُّهْرِ، وَرَكْعَتَانِ قَبْلَ الْعَصْرِ، وَرَكْعَتَانِ بَعْدَ الْمَغْرِبِ، وَرَكْعَتَانِ قَبْلَ صَلَاةِ الصُّبْحِ

"Dua belas raka'at yang ditunaikan seseorang maka sebuah rumah di surga akan dibangunkan untuknya, yakni empat raka'at sebelum dhuhur, dua raka'at setelah dzuhur, dua raka'at sebelum ashar, dua raka'at setelah magrib, dan dua raka'at sebelum subuh"

Bahkan ada ada shalat sunnah rawatib yang menandingi kebaikan dunia dan isinya. Dialah shalat sunnah fajar atau dua rakaat shalat sunnah subuh. Sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari ‘Aisyah berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda,

رَكْعَتَا الْفَجْرِ خَيْرٌ مِنْ الدُّنْيَا وَمَا فِيهَا

"Dua rakaat sunnah fajar (subuh) lebih baik dari dunia dan seisinya"

Kemudian keutamaan khusus yang dimiliki shalat sunah rawatib adalah empat rak'at sebelum dan setelah dzuhur, berdasarkan hadits riwayat Imam at-Tirmidzi berikut

مَنْ حَافَظَ عَلَى أَرْبَعِ رَكَعَاتٍ قَبْلَ الظُّهْرِ وَأَرْبَعٍ بَعْدَهَا حَرَّمَهُ اللَّهُ عَلَى النَّارِ

"Barang siapa saja yang menjaga empat rakaat sebelum dhuhur dan empat rakaat setelahnya, maka Allah mengharamkannya atas siksa neraka"

Baca juga: Koleksi Lengkap Tuntunan Ibadah Shalat

NIAT SHALAT SUNAH QABLIYAH-BA’DIYAH
Berikut niat shalat sunah Qabliyah dan Ba'diyah

Niat Shalat Qabliyah Subuh

اُصَلِّى سُنَّةَ الصُّبْحِ رَكْعَتَيْنِ قَبْلِيَّةً مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ ِللهِ تَعَالَى

"Aku niat mengerjakan shalat sunah sebelum Subuh 2 raka'at, menghadap Kiblat karena Allah Ta’ala"

Niat Shalat Qabliyah Dzuhur

اُصَلِّى سُنَّةً الظُّهْرِرَكْعَتَيْنِ قَبْلِيَّةً مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ ِللهِ تَعَالَى

"Aku niat mengerjakan shalat sunah sebelum Dzuhur 2 raka'at, menghadap Kiblat karena Allah Ta’ala"

Niat Shalat Ba'diyah Dzuhur

اُصَلِّى سُنَّةً الظُّهْرِرَكْعَتَيْنِ بَعْدِيَّةً مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ ِللهِ تَعَالَى

"Aku niat mengerjakan shalat sunah sesudah Dzuhur 2 raka'at, menghadap Kiblat karena Allah Ta’ala"

Niat Shalat Qabliyah Ashar

اُصَلِّيْ سُنَّةَ الْعَصْرِ رَكْعَتَيْنِ قَبْلِيَّةً مُسْتَقْبِلَ اْلقِبْلَةِ لِلَّهِ تَعَالَى

"Aku niat mengerjakan shalat sunah sebelum Ashar 2 raka'at, menghadap Kiblat karena Allah Ta’ala"

Niat Shalat Qabliyah Maghrib

اُصَلِّيْ سُنَّةَ اْلْمَغْرِبِ رَكْعَتَيْنِ قَبْلِيَّةً مُسْتَقْبِلَ اْلقِبْلَةِ  لِلَّهِ تَعَالَى

"Aku niat mengerjakan shalat sunah sebelum Maghrib 2 raka'at, menghadap Kiblat karena Allah Ta’ala"

Niat Shalat Ba'diyah Maghrib

اُصَلِّيْ سُنَّةَ اْلْمَغْرِبِ رَكْعَتَيْنِ بَعْدِيَّةً مُسْتَقْبِلَ اْلقِبْلَةِ لِلَّهِ تَعَالَى

"Aku niat mengerjakan shalat sunah sesudah Maghrib 2 raka'at, menghadap Kiblat karena Allah Ta’ala"

Dalam kitab Nihayatuz Zain karya Syekh Nawawi Al-Bantani dijelaskan secara mendetail bacaan yang disunnahkan untuk shalat Ba'diyah Maghrib yaitu pada rakaat pertama setelah membaca Al-Fatihah membaca surat Al-Kafirun dan pada raka'at kedua setelah membaca surat Al-Fatihah membaca surat Al-Ikhlash. Shalatlah dengan tenang dan sedikit lama sehingga para jamaah yang lain telah bubar meninggalkan lokasi.

Niat Shalat Qabliyah Isya

اُصَلِّيْ سُنَّةَ الْعِشَاءِ رَكْعَتَيْنِ قَبْلِيَّةً مُسْتَقْبِلَ اْلقِبْلَةِ  لِلَّهِ تَعَالَى

"Aku niat mengerjakan shalat sunah sebelum Isya 2 raka'at, menghadap Kiblat karena Allah Ta’ala"

Niat Shalat Ba'diyah Isya

اُصَلِّيْ سُنَّةَ الْعِشَاءِ رَكْعَتَيْنِ بَعْدِيَّةً مُسْتَقْبِلَ اْلقِبْلَةِ اَدَاءً لِلَّهِ تَعَالَى

"Aku niat mengerjakan shalat sunah sesudah Isya 2 raka'at, menghadap Kiblat karena Allah Ta’ala"

Baca juga: Tata Cara Sholat ketika di Perjalanan

KESIMPULAN
Dari beberapa penjelasan mengenai shalat sunah Rawatib (Qabliyah dan Ba’diyah) di atas, setidaknya dapat disimpulkan bahwa shalat sunnah rawatib memiliki keutamaan yang begitu banyak besar, baik yang Muakkad maupun yang Ghairu Muakkad. Diantara keutamaan yang paling utama dan sebagaimana maksud dan tujuan awal shalat Rawatib antara lain adalah sebagai penutup dari kekurangan shalat fardhu, pengundang ridha dan rahmat Allah SWT, penanding kebaikan dunia, dan pengantar nikmat akhirat. Barang siapa yang ingin mendapatkan pahala dan keutamaan tersebut, maka tunaikanlah shalat sunah Rawatib tanpa melihat Muakkad atau Ghair Muakkad-nya. Sebab, yang Ghair Mukkad juga memiliki keutamaan besar sehingga sayang untuk dilewatkan. Namun jika dalam keadaan sempit dan tidak lapang, setidaknya kita melaksanakan shalat Rawatib yang Muakkad.

Wallahu A'la