Berkat NU, Terwujud Kongres Perempuan Pertama di Afghanistan

 
Berkat NU, Terwujud Kongres Perempuan Pertama di Afghanistan

LADUNI.ID, Jakarta - Dalam sebuah postingan foto di akun Facebook pribadi Kiai As’ad Said Ali yang terbaru, memperlihatkan foto pada sebuah pertemuan pertama Muslimat NU Afganistan di Kabul, Afghanistan, tanggal 1 dan 2 Oktober 2020.

“Beberapa peserta yang posisi duduk adalah mereka yang dapat beasiswa dari PBNU tahun 2013 sampai 2019, studi di Universitas Wahid Hasyim, Semarang,” tulis mantan Waketum PBNU tersebut dalam keterangan fotonya, Selasa (6/10).

Kongres perempuan Muslimat NU di Afghanistan tersebut merupakan kali pertama yang dilaksanakan di negara konflik Afghanistan. Menurut mantan Wakil Ketua Badan Intelijen Negara (BIN) ini, NU yang ada di Afganistan saat ini telah tersebar di 22 Provinsi. Semua  menjadi motor pendorong atas tercapainya perdamaian di sana.

Sebelumnya, Indonesia telah menegaskan komitmen untuk ikut mewujudkan perdamaian dan stabilitas di Afghanistan, salah satunya lewat diplomasi Islam Nusantara yang diwujudkan oleh Nadhlatul Ulama. Melalui konsep Islam Nusantara sebagai bentuk praktik Islam yang moderat, toleran dan tidak menggunakan kekerasan itu, pada Juni 2014, telah dibentuk “NU-Afghanistan” atau NUA.

Hingga Juni 2019, NUA sudah dibuka di 22 dari 34 provinsi di seluruh Afghanistan dan didukung oleh lebih dari 6.000 ulama.

Sebagaimana telah dijelaskan oleh Kepala Pusat Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Asia Pasifik & Afrika di Kementerian Luar Negeri Indonesia Dr. Arifi Saiman, dialog dan pemberian beasiswa ini sangat efektif untuk ikut memperkenalkan wajah Islam di Indonesia yang rahmatan lil alamin, yang mengedepankan toleransi pada sesama. Sehingga, banyak negara ingin membuka forum yang sama.

“Ada permintaan dari negara-negara seperti Lebanon, Belgia, Rusia, Sudan dan Turki untuk mengembangkan apa yang sudah dilakukan oleh NU-Afghanistan. Mereka merujuk pada konsep Islam Nusantara yang dijalankan NU. Yang paling mengagetkan ada 168 masjid di Belgia yang sangat ingin agar ada orang NU bisa jadi imam di sana,” terang Arifi Saiman pada tahun 2019 lalu.