Ketika Pemikiran Ibnu Arabi Dikenalkan ke Nusantara

 
Ketika Pemikiran Ibnu Arabi Dikenalkan ke Nusantara
Sumber Gambar: Pinterest, Ilustrasi: laduni.ID

Laduni.ID, Jakarta - Ketika pemikiran tasawuf Ibnu Arabi diperkenalkan ke Nusantara, dan diintegrasikan ke dalam kajian-kajian tasawuf falsafi Islam Nusantara, maka akan ditemukan banyak hal menarik.

Pada dasarnya, mengkaji ilmu yang diuraikan oleh Ibnu Arabi adalah sesuatu yang eksklusif, khusus takhassus. Levelnya yang melakukan kajian ini adalah santri-santri Ma'had Aly. Dan harus melalui jaringan thariqoh serta perlu guru atau mursyid-nya. Berikut ini contohnya:

Ini adalah naskah Kitab Muntahal Madarik karya Sa’dudin atau Sa’iduddin Muhammad bin Ahmad Al-Farghani (w. 700 H/1300 H). Beliau adalah murid dari Sadruddin Al-Qunawi (w. 672 H/1273 M), dan yang terakhir ini adalah murid dari Imam Ibnu Arabi.

Naskah tersebut disalin dan dikomentari oleh seorang guru thariqoh Syathariyah dan Qadiriyah yang bermazhab Syafi'i asal Minangkabau, kelahiran Sampadang, Kota Tengah, Padang. Naskah itu ditulis di kota suci Madinah pada hari Rabu 6 Jumadil Awal 1096 H (10-11 April 1685 M).

Lalu nama ulama Nusantara, penulis naskah tersebut adalah Muhammad Jamaluddin bin Syarafuddin As-Sampadanawi Al-Minangkabawi.

Naskah ini lalu masuk ke Aceh di abad 18 dan menjadi bahan pengajian takhassus komunitas thariqoh. Ketika perang Aceh bergolak sejak 1874, naskah tersebut dirampas dari satu Dayah (Pesantren), bersama ratusan naskah-naskah lainnya. Lalu dibawa pegawai Kompeni ke Batavia awal abad ke-20, dan kini sudah masuk koleksi Perpusnas Jakarta (kode A 426/PNRI).

Kita patut bersyukur, atas naskah yang masih ada dan dapat dikaji tersebut. Tapi anenhnya, kini ada yang memvonis haram membaca Ibnu Arabi, padahal tidak pernah ikut thariqoh Syathariyah atau Qadiriyah, tidak pernah ikut Jatman, dan tidak juga pernah belajar "nyantri" di Ma'had Aly takhassus kajian tasawuf falsafi. Jika anggapan sini ini tidak diluruskan, maka bisa dikhawatirkan bisa merusak agama ini. Karena itu, para santri yang mempunyai modal cukup dalam mengkaji pemikiran Imam Ibnu Arabi dengan berbagai naskah yang membahasnya, perlu untuk hadir dan berperan aktif dalam hal ini. [] 


Catatan: Tulisan ini telah terbit pada tanggal 08 Oktober 2020. Tim Redaksi mengunggah ulang dengan melakukan penyuntingan dan penyelarasan bahasa.

___________

Penulis: KH. Ahmad Baso

Editor: Hakim