Demi Kekasih, Beginilah Abu Bakar Meraba Dinding Gua Tsur

 
Demi Kekasih, Beginilah Abu Bakar Meraba Dinding Gua Tsur

LADUNI.ID, Jakarta - Dengan penuh hati-hati, Abu Bakar memasuki ruang gelap Gua Tsur. Ia meraba-raba dinding dan lantai gua, ia mencari lubang atau celah dalam gua itu untuk memastikan, tidak ada hewan berbisa yang mengganggu Nabi. "Demi Allah engkau jangan masuk dulu sebelum aku masuk," pinta Abu Bakar.

Benar, tangannya menyentuh bebatuan yang berlubang, ia merobek kain miliknya, ia tutupi lubang demi lubang dengan kain yang masih tersisa. Ia cari lagi, ia menemukan dua lubang lagi, tetapi kain sudah tidak tersisa. Akhirnya,  kedua kaki beliau dengan cekatan menyumbat lubang itu. Setelah dirasa aman, Abu Bakar mempersilahkan Nabi untuk masuk.

Ia bukan mengkhawatirkan dirinya tersengat ular atau kalajengging. Ia hanya khawatir hewan-hewan itu menyentuh Rasulullah. Ia tidak ingin kekasihnya itu kesakitan, atau terganggu dengan hewan-hewan gua yang penuh bisa.

Setelah Abu Bakar mempersilahkan Nabi masuk, ia pun menyiapkan dirinya untuk dibuat hamparan Nabi. Nabi kemudian tidur di pangkuan Abu Bakar. Tetiba, ada hewan berbisa yang menggigit Abu Bakar dari salah satu lubang itu. Abu Bakar meringis kesakitan, sakitnya sungguh menyengat, Abu Bakar menahan rasa itu, tanpa ada suara teriakan. Namun, air mata itu pun jatuh tanpa permisi, karena menahan perih gigitan hewan berbisa itu.

"Ada apa denganmu ya Abi Bakar?" Nabi terbangun, karena tetesan air mata itu mengenai pipi Nabi.

Ketika para pemuda yang ingin membunuh Nabi itu menemukan Gua Tsur, Abu Bakar tambah semakin khawatir, ia bermandikan keringat, bukan karena takut dirinya, ia hanya takut terjadi apa-apa dengan kelasihnya.

"Jangan bersedih, Allah bersama kita" kata Rasulullah pada Abu Bakar. "Kalau pemuda itu menjenguk ke bawah, pasti mereka melihat kita ya Rasul". Nabi tetap tenang. Di luar  sana, mata pemuda-pemuda itu terus awas menyambar setiap nafas, setiap gerak, dan bayangan. Tapi, mereka tidak menemukan apa pun, hanya melihat laba-laba yang asyik mengayam gua. Mereka pun pergi 'dengan dongkol.

***

Ketika beliau ditanya tentang seseorang yang paling dicintai? Maka, beliau menjawab: Abu Bakar. "Sesungguhnya Allah telah menjadikanku sebagai kekasih-Nya, sebagaimana Dia menjadikan Ibrahim sebagai kekasih-Nya. Dan kalau saja aku mengambil dari umatku sebagai kekasih, akan aku jadikan Abu Bakar sebagai kekasih." (HR. Bukhari dan Muslim).

كانتْ لأبي بكر مكانةٌ عالية عندَ سيِّدنا رسولِ الله صلَّى الله عليه وسلَّم حيث أثْنَى عليه كثيرًا؛ فعَن أبي الأحوص، عن عبدالله، قال: قال رسولُ الله صلَّى الله عليه وسلَّم: «ألاَ إني أبرأُ إلى كلِّ خليل مِن خُلَّته، ولو كنتُ مُتَّخِذًا خليلاً، لاتخذتُ أبا بكر خليلاً، إنَّ صاحبَكم خليلُ الله»، قال وكيع: يعني نفسه"؛ (سنن ابن ماجه)

Abu Bakar sangat mencintai Nabi, Nabi juga demikian. Cinta atas nama Tuhan, akan berakhir pada sebuah kebahagiaan. Setiap jiwa, yang hanya diliputi cinta jasadi, ia akan berakhir pada jasad, tapi bila mencatintai dengan ruhi, ia terus merasa kebahagiaan tanpa henti, sebagai mana ruh akan merasa sakinah bila ia menemukan hakekat diri.(*)

***

Penulis: Halimi Zuhdy
Editor: Muhammad Mihrob