Lahir gagasan untuk mendirikan Pondok Pesantren, Balai Pendidikan Islam, didasarkan atas keprihatinan Bapak Drs. Thayib Muhammad Gobel atas kenyataan bahwa, mayoritas masyarakat Gorontalo memeluk Agama Islam. Kehidupan sehari hari senantiasa bernafaskan Islam. Majelis majelis ta’lim, taman taman pengajian, senantiasa tidak sepi dari pengunjung. Akan tetapi ironisnya, Kiyai dan Ulama yang ada semangat sedikit jumlahnya, bahkan Lembaga Lembaga Pendidikan semacam Pesantren, sebagai tempat mencetak Ulama dan kader kader muslim yang ada di Gorontalo tidak memadahi jumlahnya, dibandingkan dengan kebutuhan yang ada.
Oleh karena itu, persoalan idealisme ini masih menjadi asa yang belum terwujudkan, sehingga masih terasa mengganjal sampai menjelang wafat beliau.Beliau dihadapkan dengan dua panggilan dilematis, panggilan menghadap Allah yang tidak bisa ditunda, dan panggilan untuk menegakkan Agama Islam (mendirikan Lembaga Pendidikan Islam) pondok pesantren.
Panggilan pertama sudah beliau jawab sendiri, sedangkan panggilan kedua, beliau wasiatkan kepada putra putrinya untuk menjawabnya. Sebagai putra putri yang berbakti kepada kedua orang tuanya maka wasiat dan amanat Almarhum betapa beratnya tetap diusahakan untuk bisa diwujudkan, walau dengan bekal yang serba terbatas, terutama ditinjau dari pengalaman.
Berangkat dari keterbatasan ilmu tentang mendidirkan Pondok Pesantren, maka dimulailah langkah besar ini. Langkah pertama yang diambil adalah menghimpun putra putri almarhum yang berjumlah tujuh orang itu dalam satu ikatan, yaitu Yayasan Keluarga Anie Ebu Gobel (YKAENG) satu tahun setelah wafat yaitu pada tanggal 12 September 1984. Meskipun Yayasan Keluarga Anie Ebu Gobel telah berdiri sejak tanggal 12 september 1984, namun Pesantren HUBULO baru berhasil didirikan tiga tahun kemudian, yaitu pada tanggal 12 september 1987. Selang waktu 3 tahun itu dimanfaatkan oleh Yayasan untuk mempelajari ilmu tentang kepondok pesantrenan. Sekaligus mencari model pendidikan pesantren yang paling cocok/sesuai untuk mengantisipasi perkembangan zaman, bahkan yang sesuai juga dengan kondisi social dan budaya Sulawes, khususnya Sulawesi Utara. Tahap awal sebelum didirikannya Pondek Pesantren Hubulo adalah melaksanakan taman pengajian, yang dalam pelaksanaan opersaionalnya bekerja sama dengan Pondek Pesantren Darunnajah Jakarta dengan mengirimkan beberapa tenaga pendidik (alumni). Pesantren HUBULO lahir dengan mulai mendidik sepuluh orang santri secara formal, dengan menjadikan Taman pengajian tadi sebagai embrio berdirinya Pondek Pesantren. Pesantren HUBULO bervisi dan beridiologi Pancaasila dengan menjunjung tinggi prinsip-prinsip Bineka Tunggal Ika, yang didirikan di atas dan untuk kepentingan umat islam khususnya, dan bangsa Indonesia pada umumnya, dengan tidak memandang latar belakang golongan/aliran keagamaan, social dan politik. Oleh karena itu, seluruh pribadi yang terlibat dalam proses pendidikan di Pesantren HUBULO ini, harus rela meninggalkan golongan/aliran keagamaan atau social politiknya masing-masing.Hal ini berarti tidak turut campur tangan dalam menentukan arah pendidikan dalam Pesantren HUBULO ini. - See more at: https://hubulo.com/halaman/sejarah-pesantren#sthash.okxPK1l7.dpuf
Berangkat dari keterbatasan ilmu tentang mendidirkan Pondok Pesantren, maka dimulailah langkah besar ini. Langkah pertama yang diambil adalah menghimpun putra putri almarhum yang berjumlah tujuh orang itu dalam satu ikatan, yaitu Yayasan Keluarga Anie Ebu Gobel (YKAENG) satu tahun setelah wafat yaitu pada tanggal 12 September 1984.
Meskipun Yayasan Keluarga Anie Ebu Gobel telah berdiri sejak tanggal 12 september 1984, namun Pesantren HUBULO baru berhasil didirikan tiga tahun kemudian, yaitu pada tanggal 12 september 1987. Selang waktu 3 tahun itu dimanfaatkan oleh Yayasan untuk mempelajari ilmu tentang kepondok pesantrenan.
Sekaligus mencari model pendidikan pesantren yang paling cocok/sesuai untuk mengantisipasi perkembangan zaman, bahkan yang sesuai juga dengan kondisi social dan budaya Sulawes, khususnya Sulawesi Utara. Tahap awal sebelum didirikannya Pondek Pesantren Hubulo adalah melaksanakan taman pengajian, yang dalam pelaksanaan opersaionalnya bekerja sama dengan Pondek Pesantren Darunnajah Jakarta dengan mengirimkan beberapa tenaga pendidik (alumni).
Pesantren HUBULO lahir dengan mulai mendidik sepuluh orang santri secara formal, dengan menjadikan Taman pengajian tadi sebagai embrio berdirinya Pondek Pesantren. Pesantren HUBULO bervisi dan beridiologi Pancasila dengan menjunjung tinggi prinsip-prinsip Bhineka Tunggal Ika, yang didirikan di atas dan untuk kepentingan umat islam khususnya, dan bangsa Indonesia pada umumnya, dengan tidak memandang latar belakang golongan/aliran keagamaan, social dan politik.
Oleh karena itu, seluruh pribadi yang terlibat dalam proses pendidikan di Pesantren HUBULO ini, harus rela meninggalkan golongan/aliran keagamaan atau sosial politiknya masing-masing.Hal ini berarti tidak turut campur tangan dalam menentukan arah pendidikan dalam Pesantren HUBULO ini.
Gagasan untuk mendirikan Pesantren HUBULO, sebenarnya telah lahir sejak Almarhum Bapak Drs. H. Thayib Gobel – sampai Muhammad Gobel masih ada. Persiapan persiapan kearahnya berdirinya pesantren pun telah dilakukan, dan langkah langkah kongkritpun telah diambil.Akan tetapi karena kehendak Allah jualah maka sampai akhir hayat beliau pondok pesantren yang diidam idamkan belum juga terwujud. Lahir gagasan untuk mendirikan Pondok Pesantren, Balai Pendidikan Islam, didasarkan atas keprihatinan Bapak Drs. Thayib Muhammad Gobel atas kenyataan bahwa, mayoritas masyarakat Gorontalo memeluk Agama Islam. Kehidupan sehari hari senantiasa bernafaskan Islam. Majelis majelis ta’lim, taman taman pengajian, senantiasa tidak sepi dari pengunjung. Akan tetapi ironisnya, Kiyai dan Ulama yang ada semangat sedikit jumlahnya, bahkan Lembaga Lembaga Pendidikan semacam Pesantren, sebagai tempat mencetak Ulama dan kader kader muslim yang ada di Gorontalo tidak memadahi jumlahnya, dibandingkan dengan kebutuhan yang ada. Oleh karena itu, persoalan idealism ini masih menjadi asa yang belum terwujudkan, sehingga masih terasa mengganjal sampai menjelang wafat beliau.Beliau dihadapkan dengan dua panggilan dilematis, panggilan menghadap Allah yang tidak bisa ditunda, dan panggilan untuk menegakkan Agama Islam (mendirikan Lembaga Pendidikan Islam) pondok pesantren. Panggilan pertama sudah beliau jawab sendiri, sedangkan panggilan kedua, beliau wasiatkan kepada putra putrinya untuk menjawabnya.Sebagai putra putrid yang berbakti krpada kedua orang tuanya maka wasiat dan amanat Almarhum betapa beratnya tetap diusahakan untuk bisa diwujudkan, walau dengan bekal yang serba terbatas, terutama ditinjau dari pengalaman. - See more at: https://hubulo.com/halaman/sejarah-pesantren#sthash.okxPK1l7.dpuf
Jl. Aulia Hubulo No. 297 Desa Kramat Kec. Tapa Bone Bolango, Kabupaten Bone Bolango, Gorontalo
Telepon: (0435) 824208 / 085340117020
Kode Pos: 96181
Untuk Keterangan lebih lanjut dan Mengenai Pendaftaran silahkan hubungi:https://hubulo.com/
Data pesantren lebih lengkap per propinsi dan kabupaten/kota dapat dicek di wiki.laduni.id/pesantren
Untuk berpartisipasi memperbarui informasi ini, silakan mengirim email ke redaksi@laduni.id.
Memuat Komentar ...