Biografi Habib Abdurrahman bin Zein bin Ali Al-Jufri

 
Biografi Habib Abdurrahman bin Zein bin Ali Al-Jufri
Sumber Gambar: Istimewa, Ilustrasi: laduni.ID

Daftar Isi Biografi Habib Abdurrahman bin Zein bin Ali Al-Jufri

  1. Kelahiran
  2. Wafat
  3. Pendidikan Masa Kecil
  4. Kegiatan dan Kiprah

Kelahiran

Sayyid Al-Habib Abdurrahman bin Zein bin Ali bin Ahmad Al-Jufri dilahirkan pada tahun 1938 di Semarang. Ayahanda beliau adalah seorang ulama yang terkenal dengan ketinggian akhlak, keluasan ilmu, dan kesederhanaan hidupnya, yaitu Sayyid Al-Habib Zein bin Ali bin Ahmad Al-Jufri. Sedangkan ibundanya adalah sosok perempuan sholehah, yakni Sayyidah Hababah Sidah binti Muhdlor As-Segaf.

Wafat

Sayyid Al-Habib Abdurrahman bin Zein bin Ali bin Ahmad Al-Jufri berpulang ke rahmatullah pada tanggal 26 Juli 1997/21 Rabiul Awal 1417, tepat satu minggu setelah beliau memandikan Sayyid Al-Habib Syaikh bin Abu Bakar As-Segaf di Solo. Menjelang berpulang ke rahmatullah, Habib Abdurrahman bin Zein masih mengisi acara dan memberi nasehat kepada murid-muridnya. Beliau menyampaikan agar senantiasa memperhatikan shalat lima waktu.

Pendidikan Masa Kecil

Ketika berusia 8 tahun, beliau diantar oleh ayahandanya ke Kota Tarim di Hadramaut (Yaman) untuk belajar pada Sayyid Al-Habib Abdullah bin Umar As-Syatiri. Selain belajar kepada Sayyid Habib Abdullah bin Umar As-Syatiri, Habib Abdurrahman bin Zein juga belajar kepada banyak ulama lain, di antaranya adalah Sayyid Al-Habib Alwi bin Abdullah bin Shihab, Sayyid Al-Habib Ali bin Hafidz bin Syaikh Abu Bakar, Sayyid Al-Habib Ali bin Toha Al-Haddad, dll.

Habib Abdurrahman bin Zein mendapat ijazah pembacaan Maulid Al-Ahzab secara langsung dari Syaikh Muhammad Al-Ahzab, ketika masih belajar di Hadramaut. Setelah rampung belajar di sana, beliau kembali ke Indonesia dan kembali belajar kepada para ulama Indonesia, di antaranya adalah Sayyid Al-Habib Ahmad bin Umar As-Segaf (Semarang), Sayyid Al-Habib Toha bin Umar As-Segaf (Semarang), Sayyid Al-Habib Ali bin Ahmad (Pekalongan), Sayyid Al-Habib Ali bin Ahmad Al-'Atthos (Pekalongan), Sayyid Al-Habib Salim bin Ahmad bin Jindan, Sayyid Al-Habib Ali bin Abdurrahman As-Syatiri (Jakarta), dan lain-lain.

Dalam satu kesempatan, Habib Abdurrahman bin Zein pernah mengatakan bahwa kalau sedang di Jakarta, beliau tidak lupa mengunjungi salah satu dua Habib Ali, yaitu Sayyid Al-Habib Ali bin Abdurrahman Al-Habsyi dan Sayyid Al-Habib Ali bin Husein Al-'Atthos.

Kegiatan dan Kiprah

Habib Abdurrahman bin Zein selalu berpesan kepada murid-muridnya untuk selalu menuntut ilmu, salah satunya dengan menghadiri majelis ta'lim. Beliau tidak hanya menyampaikan secara lisan, tetap juga secara langsung memberi contoh. Di antara beberapa majelis yang rutin beliau adalah majelis pembacaan Maulid Nabi, peringatan haul dan majelis pembacaan Shahih Bukhari.

Dalam satu kesempatan, ketika berada di "Majelis Rauhah" di kediaman Sayyid Al-Habib Abu Bakar As-Segaf (Gresik), beliau berkata; "Seandainya keberkahan majelis ini ditebus dengan uang 1 Miliar sekalipun, maka tetap tidak akan menggantikan keberkahan majelis tersebut." 

Sementara itu, Habib Abdurrahman bin Zein mengasuh beberapa majelis ta’lim di Semarang, di antaranya adalah pengajian Ahad pagi di kediaman ayahandanya, yakni di Jl. Pethek 55 Semarang, dan pembacaan Maulid di Mushola Nurul Iman di kampung Pranakan (kampung Habib Abdurrahman bin Zein). Selain majelis tersebut, beliau juga rutin mengikuti pembacaan Manaqib As-Syaikh Abdul Qodir Al-Jillani tiap malam Jumat di kediamannya sendiri dan pengajian Kitab Ihya’ Ulumiddin tiap Sabtu pagi.

Salah satu amanat Habib Abdurrahman bin Zein yang seringkali disampaikan adalah anjuran untuk hidup sederhana dan senantiasa istiqomah dalam mengikuti majelis, baik majelis ta'lim maupun majelis dzikir. Anjuran itu semuanya tercermin juga dalam kepribadian Habib Abdurrahman bin Zein. Dikisahkan bahwa ketika hujan dan banjir melanda, beliau tetap menyempatkan diri untuk menghadiri majelis-majelisnya, meskipun hanya diboncengkan sepeda motor.

Ketika terjadi banjir besar di Semarang pada tahun 1991, Habib Abdurrahman bin Zein berjalan dari kediamannya dan melihat keadaan murid-muridnya, serta menanyakan kabarnya. Kesederhanaan beliau selalu menarik untuk dikenang. Ketika hadir di majelisnya di Sragen, beliau memastikan hadir dan berangkat bersama murid-muridnya dengan naik angkutan umum. Selain itu, ada satu kisah menarik lainnya, ketika beliau menyanggupi untuk mengisi acara tahlil di sebuah rumah. Kebetulan rumah orang yang punya hajat tersebut kebanjiran. Tapi beliau tetap melanjutkan acaranya dan meminta agar disediakan kursi, dan berkata; "Mari kita mulai di tempat ini, karena banjir tidak boleh menyebabkan terganggunya hal-hal yang baik."

"Tidak ada kebaikan yang ringan, semua kebaikan itu berat," begitu salah satu nasehat Habib Abdurrahman bin Zein yang masih diingat para muridnya. Selain itu, di antara nasehat-nasehatnya yang masyhur adalah agar senantiasa menghormati orang tua, dan menegaskan bahwa bahwa kunci hidup beliau adalah ibunya. 

Habib Abdurrahman bin Zein menganggap murid-murid tercintanya sebagai anak sendiri. Dalam banyak kesempatan, beliau tidak pernah lupa memberi nasehat. Beliau mengatakan dengan penuh kelembutan terkait beberapa hal, di antaranya adalah agar senantiasa bersabar karena sabar tidak ada batasnya, harus senantiasa bermusyawarah dalam semua hal dan kalau ada sesuatu hal yang penting, sebaiknya meminta pendapat pada yang lebih tua.

Murid-murid Habib Abdurrahman bin Zein senantiasa diingatkan agar senantiasa menyempatkan diri mendatangi majelis-majelis kebaikan untuk mengambil yang baik dan membuang yang tidak baik. Tapi kalau majelis-majelis tersebut sudah mengajarkan untuk bersifat fanatik, membanggakan golongan dan penuh kebencian, maka Habib Abdurrahman bin Zein menganjurkan agar meninggalkannya, karena pasti di dalamnya tidak akan ada kebaikan.


Artikel ini sebelumnya diedit tanggal 26 Maret 2021, dan kembali diedit dengan penyelarasan bahasa tanggal 26 Juli 2023.

 

Lokasi Terkait Beliau

    Belum ada lokasi untuk sekarang

List Lokasi Lainnya